Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

12 Juni 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keluhan Mahasiswa Universitas Papua

KAMI, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Papua (FK Unipa), ingin menceritakan persoalan pendidikan kami yang belum terselesaikan. Semangat awal pendirian fakultas ini adalah agar generasi muda Papua Barat tidak perlu jauh-jauh ke Pulau Jawa untuk bisa menjadi dokter. FK Unipa berdiri pada 2014 dengan total mahasiswa sampai sekarang sebanyak 102 orang. FK Unipa berdiri atas inisiatif Unipa, FK Universitas Indonesia, dan Pemerintah Kabupaten Sorong. FK UI akan menjadi pengampu dan Pemerintah Sorong sebagai penyandang dana.

Selama dua tahun, Pemerintah Kabupaten Sorong memberikan dana operasional, sarana dan prasarana, lahan, pembangunan kampus, serta beasiswa. Sedangkan dana untuk pengajar untuk FK UI berasal dari hibah Pemerintah Provinsi Papua Barat. Memasuki tahun ketiga, masalah pendanaan mulai muncul, yang berimbas pada berhentinya kegiatan kuliah karena dosen dari FK UI tidak lagi mengajar. Sampai saat ini, dosen tetap FK Unipa hanya 11 orang-9 orang masih kuliah di luar Sorong.

Perkuliahan terhenti pada 2 Oktober 2016. Sejak saat itu, kuliah mahasiswa dilakukan secara mandiri. Mahasiswa senior mengajar mahasiswa junior. Kami juga diajar oleh dokter lokal di Pemerintah Kabupaten Sorong selama 2 Oktober-28 November 2016.

Pada 2 Desember 2016, mahasiswa menemui Rektor Unipa dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Papua Barat. Tapi usaha untuk mempertemukan Rektor Unipa dengan DPRD Papua Barat tidak terlaksana. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berkunjung ke Kampus II FK Unipa di Sorong untuk membicarakan permasalahan kami pada 21 Desember 2016. Hasilnya, mahasiswa dijanjikan kuliah pada awal 2017 tapi janji itu tak terwujud.

Pada awal Februari, mahasiswa dan perwakilan orang tua yang didampingi Pemerintah Kabupaten dan DPRD Sorong mengadu ke Jakarta. Kami menemui Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Profesor Intan Ahmad pada 7 Februari. Hasilnya, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memanggil Rektor Unipa ke Jakarta. Kami mengetahui ada rapat lagi membicarakan penyelesaian masalah FK Unipa pada 2 Maret, yang dihadiri pejabat Kementerian Dalam Negeri; Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; Universitas Papua; Univeristas Indonesia; DPRD dan Gubernur Papua Barat; serta Bupati Sorong.

Hasil pertemuan ini, sesuai dengan berita acara yang kami lihat, (1) tanggung jawab pembiayaan FK Unipa akan dilakukan secara bertahap mulai 6 Maret 2017, (2) proses perkuliahan akan dimulai lagi paling lambat 20 Maret dan FK UI menyiapkan dosen, (3) FK Unipa tidak menerima mahasiswa baru pada tahun ajaran 2017/2018 sampai proses pembelajaran stabil, serta (4) Pemerintah Kabupaten Sorong dan Pemerintah Provinsi Papua Barat akan mendukung keberlangsungan FK Unipa.

Pada 27 Maret, proses perkuliahan kembali berjalan. Dosen dari UI datang lagi mengajar kami. Sayangnya, perkuliahan ini hanya berlangsung satu bulan. Perkuliahan terhenti lagi pada 29 April. Pada 20 Mei, kami mendapat informasi bahwa Gubernur Papua Barat bertemu dengan pihak Unipa. Dalam pertemuan itu, Gubernur Papua Barat berkomitmen membiayai FK Unipa dan telah menyiapkan dana untuk tenaga pengajar agar perkuliahan bisa berjalan pada awal Juni ini. Tapi pihak FK Unipa justru mengambil keputusan menghentikan sementara proses perkuliahan pada 5 Juni karena dana yang dibutuhkan untuk mendatangkan dosen dari FK UI sudah habis. Sampai saat ini, kami tidak mendapatkan kejelasan kapan perkuliahan kembali dilanjutkan.

Indah Wainsaf
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran - Universitas Papua

Masalah Pelanggan Bolt

PADA awal April 2017, saya dihubungi pihak marketing Bolt yang menawarkan layanan Internet paket Bolt senilai Rp 150 ribu yang di-autodebet melalui kartu kredit dengan kuota 15 GB + bonus 5 GB. Saya mendaftar pada 14 April 2017 melalui tenaga marketing Hany dengan nomor pelanggan 999596512*.

Setelah dua pekan, saya ingin menggunakan layanan Internet Bolt, tapi ternyata paketnya belum diaktifkan. Sebelumnya, berkali-kali saya lapor via call centre agar minta diaktivasi, tapi selalu dilempar ke sana-sini dengan alasan belum diaktifkan, silakan ditunggu 2 x 24 jam, dan disarankan langsung ke Bolt Care terdekat buat aktivasi.

Kesabaran saya habis karena layanan tak kunjung saya nikmati. Uang deposit senilai Rp 300 ribu sudah saya berikan. Akhirnya, pada 29 April 2017, saya ke Bolt Care di Depok Town Square untuk mengurus pengembalian uang deposit saya dan membatalkan penggunaan layanan Internet Bolt. Di Bolt Care, saya ditangani oleh Prayoga dan dijanjikan deposit dikembalikan 30 hari ke depan via transfer. Hingga saat ini saya belum menerima pengembalian apa pun. Saya sudah dua kali menghubungi pihak call centre, tapi selalu mendapat jawaban normatif.

Iqbal Noor Habieb
Jagakarsa, Jakarta Selatan


RALAT:

DI halaman 33 majalah Tempo edisi 5-11 Juni 2017, tertulis: Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN). Seharusnya: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Mohon maaf atas kekeliruan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus