Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Hak Jawab Universitas Negeri Semarang

Universitas Negeri Semarang mengajukan hak jawab atas artikel “Mobil Rektor untuk Pak Menteri” pada majalah Tempo edisi 1-7 Februari 2021.

6 Februari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Surat - MBM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Dampak belajar online di masa pandemi

  • Arsitektur yang humanis

  • Humas Universitas Negeri Semarang menjawab tuduhan plagiasi disertasi Rektor

Hak Jawab Universitas Negeri Semarang

Saya mengajukan hak jawab atas artikel “Mobil Rektor untuk Pak Menteri” pada majalah Tempo edisi 1-7 Februari 2021:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Artikel tersebut mengandung informasi yang salah, bias, dan penghakiman oleh media yang sangat merugikan Rektor Prof. Dr. Fathur Rokhman dan Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

2. Tempo menulis bahwa Rektor Unnes telah terbukti melakukan plagiasi. Informasi ini salah dan berpotensi menjadi fitnah. Berdasarkan surat Rektor Universitas Gadjah Mada Nomor 1720/UN1.P/SET-R//HK/2020 tanggal 2 April 2020, tuduhan plagiasi terhadap Fathur Rokhman dinyatakan tidak terbukti. Fakta itu diperkuat kembali dalam surat Rektor UGM Nomor 2555/UN1.P/SET-R/HK/2020 tanggal 18 Mei 2020 yang menyatakan bahwa UGM berdasarkan kewenangannya telah melakukan pemeriksaan dengan melibatkan orang-orang yang kredibel dan ahli dalam hukum pembuktian dan hak cipta. Hasil pemeriksaan itu menyatakan bahwa tuduhan plagiasi terhadap disertasi Rektor Unnes tidak terbukti. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa tuduhan plagiasi terhadap Prof. Fathur Rokhman tidak terbukti.

3. Tempo menulis pada ringkasan berita: “Disertasi dan karya Rektor Unnes Fathur Rokhman terbukti menjiplak mahasiswanya”. Tulisan ini sangat merugikan Prof. Fathur Rokhman karena bertolak belakang dengan fakta-fakta hukum dan akademik sebagaimana kami jelaskan pada poin 2. Justifikasi tersebut merupakan bentuk penghakiman oleh media (trial by the press) yang sangat merugikan.

4. Tempo menulis judul “Mobil Rektor untuk Pak Menteri” untuk membangun bingkai (framing) bahwa gratifikasi Prof. Fathur Rokhman M. Hum kepada Prof. Mohamad Nasir adalah hal yang menyebabkan keputusan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa plagiasi tidak terbukti. Padahal telah dijelaskan oleh Sekretaris Dirjen Pendidikan Tinggi bahwa tim tersebut merupakan tim independen dan telah melakukan kajian yang membuktikan Prof. Fathur Rokhman tidak melakukan plagiasi. Adapun mobil yang digunakan oleh Menteri M. Nasir adalah mobil yang disiapkan oleh tim protokol Kementerian Riset.

5. Kami mohon majalah Tempo mencabut pemberitaan tersebut. 


Muhamad Burhanudin
Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat Hubungan Masyarakat Universitas Negeri Semarang


Humanisme dalam Arsitektur

Arsitektur identik dengan kesan mewah, rumit, estetis, dan mahal. Akibatnya, pandangan yang berkembang adalah arsitektur yang layak hanya bisa diperoleh oleh masyarakat kelas menengah ke atas.

Pandangan ini mempengaruhi tindakan masyarakat ketika ingin mendesain bangunan. Banyak yang menyerahkan desain kepada pemborong yang menawarkan desain gratis. Padahal rumah bukan hanya butuh nyaman dan sehat, tapi juga inspiratif. Karena itu, banyak orang keliru dalam memandang arsitektur.

Arsitektur merupakan sebuah wadah yang dirancang untuk menaungi segala jenis aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, arsitektur memang ditujukan untuk semua orang. Dengan kata lain, tidak hanya masyarakat kelas menengah ke atas saja, tapi juga semua orang, termasuk masyarakat kelas menengah ke bawah, berhak untuk menikmati dan memiliki arsitektur yang layak.

Pertanyaannya, apakah humanisme dalam arsitektur bisa diimplementasikan? Jika bisa, bagaimanakah caranya? Apakah ada arsitek yang mau bersikap profesional dalam menghadapi ketimpangan yang sering kali terjadi di lapangan ini? Jawabannya, tentu ada. 


Grace Elkitov Pantan

Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.


Dampak Belajar Online

Selain memudahkan, belajar online selama masa pandemi virus corona membuat pendidikan karakter terabaikan. Keteladanan para pendidik yang dilihat dan dirasakan langsung oleh para mahasiswa menjadi hilang. Banyak pengajar mengeluhkan partisipasi mahasiswa yang turun ketika belajar online. Pengajar kesulitan memastikan apakah mahasiswa/mahasiswi mengikuti pembelajaran dengan serius.

Pembelajaran olahraga dan praktikum di laboratorium juga terbengkalai. Padahal materi pelajaran tersebut mendidik mahasiswa untuk memiliki karakter positif, seperti, teliti, tekun, jujur, hati-hati, tidak mudah menyerah, dan menghargai proses. Yang dikhawatirkan, jika pandemi ini berlangsung lama, generasi muda bangsa ini akan terbiasa dengan berbagai kemudahan yang tak mendidik dan mendewasakan.

Bangsa ini tidak lagi menghadapi ancaman kekurangan orang-orang pintar di era Internet seperti sekarang. Akses informasi tanpa batas memudahkan setiap orang untuk mempelajari apa pun. Namun pembelajaran berbeda dengan pendidikan, apalagi pendidikan karakter. Bangsa ini membutuhkan generasi muda yang karakter positifnya terbentuk. Hal itu hanya bisa diraih dengan pendidikan karakter yang mengedepankan keteladanan para pengajar yang harus disaksikan dan ditiru langsung oleh para mahasiswa.

Karena itu, sudah saatnya pemerintah memikirkan cara mengganti pendidikan karakter yang selama masa pandemi ini terabaikan. Jangan sampai hilangnya nilai-nilai pendidikan karakter juga menjadi bagian dari new normal. Akibatnya, kita nanti tak lagi merasa aneh melihat generasi muda yang kehilangan karakter-karakter positif karena pendidikan kita akhirnya didominasi pembelajaran daring yang hanya mengedepankan transfer pengetahuan tanpa penanaman nilai-nilai akhlak mulia. 


Sulastri Oktaviani Manalu

Universitas Medan Area


RALAT

Dalam tulisan “Siapa Pembuat Relief Sarinah?” di rubrik Selingan edisi 1 Februari 2021 halaman 48 tertulis: “Buku Granit untuk Bangsa yang ditulis Ireng Larasati...” Seharusnya: “Buku Andesit untuk Bangsa yang ditulis Ireng Laras Sari…” Kami mohon maaf atas kekeliruan ini.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus