Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Tamu dari malaysia

Tempo menerima kunjungan dua tokoh sastrawan ma- laysia, a.samad said,57, dan usman awang,62. mere- ka bertemu isma sawitri, leila s.chudori, putu wi- jaya, putu setia, gunawan dan bambang budjono.

3 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SURAT DARI REDAKSI JARAK antara Malaysia dan Indonesia tak jauh dalam soal bahasa. Ejaan sudah disamakan. Beberapa istilah Malaysia masuk ke Indonesia (misalnya, "pakar" dan "menggalakkan"). Pengaruh sastra Indonesia cukup kuat di sana. Seandainya ini berlangsung pesat, bahasa Indonesia (dan Melayu) akan jadi bahasa yang sangat kaya dan maju. Tapi sayang: arus media antara kedua negeri yang praktis satu bahasa ini sangat terbatas. Buku dan majalah terbitan Malaysia hampir nihil di sini. Aneh? Ya. Sebab ada peraturan pemerintah Indonesia, yang berlaku sejak masa sebelum 1966, yang melarang buku berbahasa Melayu Indonesia yang dicetak di luar negeri untuk diimpor kemari. Ketimpangan ini pada waktunya nanti bukan saja akan memperasing dua masyarakat yang praktis memakai satu bahasa ini, tapi juga akan mempermiskin khasanah masyarakat Indonesia sendiri yang akhirnya akan bagaikan katak dalam tempurung. Dengan niat menerobos tempurung kerdil itulah TEMPO Jumat pekan lalu menjadi tuan rumah untuk dua tokoh sastrawan Malaysia. Yang berkaus oblong dengan rambut dan jenggot putih panjang adalah A. Samad Said, 57 tahun, penulis prosa Malaysia yang terkemuka. Karyanya banyak. Misalnya Salina, Sungai Mengalir Lesu, atau Langit Petang. Karena prestasinya, di negeri di mana sastrawan sangat dihargai itu Samad diangkat jadi Sastrawan Negara, semacam "Poet Laurate" di Inggris dan AS. Yang bertubuh tegap dan tampan adalah Usman Awang, 62 tahun, penyair, penulis novel dan cerita pendek, serta dramawan nomor wahid Malaysia. Sejumlah kumpulan puisinya lahir dari tangannya. Antara lain Bunga Popi, Gadis di Kuburan, dan Nasib Buruh. Naskah dramanya pun banyak. Misalnya Matinya Seorang Pahlawan, Malam Kemerdekaan, dan Degup Jantungnya. Usman juga seorang Sastrawan Negara. Usman masih teringat kunjungannya bersama sejumlah penulis Malaysia lain ke TEMPO hampir 20 tahun yang lalu. Waktu itu TEMPO masih di sebuah kantor kecil di Jalan Senen Raya (yang sekarang sudah tinggal puing dan diubah). Ketika itu, kursi tamu belum ada. Maka kami bentangkan tikar untuk menyambut mereka. Usman Awang, sastrawan yang banyak berbicara masalah sosial itu, senang dengan sambutan sederhana yang seperti adat kita di kampung itu. Kini Usman dan Samad tak melihat lagi tikar di TEMPO. Tapi pertalian yang serasa teman sekampung masih terasa. Kedua tamu itu bertemu dengan sejumlah penulis Indonesia yang bekerja di TEMPO: Isma Sawitri, Leila S. Chudori, Putu Wijaya, Putu Setia, Goenawan Mohamad, Bambang Budjono. TEMPO bukan majalah kebudayaan. Tapi para sastrawan Malaysia itu rupanya cukup cermat mengikutinya. Mereka melihat TEMPO sebagai usaha yang menggabungkan antara jurnalisme dan sastra. Dan memang itulah ikhtiar kami sejak dulu -- seraya membebaskan bahasa kita dari bahasa klise, bahasa indoktrinasi, bahasa yang ruwet dan menutupi pemikiran. Selama sepekan di sini, kedua tamu itu akan bertemu dengan para seniman Indonesia. Bahkan, Sabtu pekan silam, Samad membaca puisi di Taman Ismail Marzuki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus