Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KURSI ruang paripurna DPR itu kosong melompong. Dari sekitar 700 bangku yang tersedia, hanya 309 yang terisi. Ada memang terdengar suara anggota DPR yang menginterupsi soal ini dan itu. Tapi tak ada pertentangan yang berarti dalam rapat Rabu pekan lalu itu. Ketua sidang, Soetardjo Soerjogoeritno dari PDIP, jadi enteng mengetukkan palu.
Sidang paripurna yang sudah digelar tiga kali sejak Selasa hingga Kamis lalu itu memang diboikot lima fraksi dari Koalisi Kerakyatan—persekutuan yang mendukung Presiden Yudhoyono. Mereka tak hadir karena menolak mekanisme voting dalam pemilihan pimpinan komisi.
Koalisi Kebangsaan plus F-KB pun menyapu bersih pimpinan komisi dan badan-badan DPR. Dari 11 komisi dan lima badan yang ada, F-PG merebut 7 ketua dan 9 wakil ketua, F-PDIP 5 ketua dan 11 wakil ketua, F-KB 3 ketua dan 9 wakil ketua, F-PDS dan F-PBR masing-masing 5 wakil ketua. Koalisi Kebangsaan membusungkan dada dengan kenyataan itu. ”Semua kita lakukan karena banyak masalah yang harus kita bereskan secara cepat,” kata Zaenal Ma’arif, Wakil Ketua DPR dari Partai Bintang Reformasi.
Namun roda berputar, kini giliran Zaenal tergusur dari kursi Dewan di Senayan. Perlawanan Zaenal juga membuatnya harus bersengketa dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang menandatangani surat pencopotannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo