Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Berita Tempo Plus

Tentang Bhinneka Tunggal Ika

12 April 1999 | 00.00 WIB

Tentang Bhinneka Tunggal Ika
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menanggapi tulisan Majalah TEMPO, edisi 29 Maret 1999, berjudul "Untuk Rencong Demi Hak Adat", saya ingin menyampaikan pendapat. Kata-kata "Bhinneka Tunggal Ika" dalam lambang negara, pada zaman Orde Baru, tidak diimplementasikan dalam kehidupan ekonomi dan politik. Kata-kata itu dikalahkan dengan "Wawasan Nusantara". Perlakuan pusat terhadap daerah-daerah tidak sama. Untuk daerah-daerah luar Jawa yang "keras", gubernur/kepala daerahnya selalu orang daerah, misalnya di Aceh dan Irianjaya. Sedangkan daerah-daerah yang dianggap "lemah", misalnya Kalimantan Tengah, sudah tiga periode ini gubernur/kepala daerahnya bukan putra daerah. Bahkan sekarang ketua DPRD-nya pun bukan putra daerah sehingga Kal-Teng merupakan satu-satunya daerah yang tidak mempunyai putra daerah di jajaran musyawarah pimpinan daerah.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus