TEMPO, 17 Juli 1993, Pendidikan, mencantumkan penilaian yang tak sesuai dengan kenyataan. Seorang pejabat mengomentari hasil penelitian tahun 1991-1992: ''Kebanyakan guru sekarang ini cuma sebagai pengajar, bukan pendidik. Penghapusan sekolah pendidikan guru (SPG) punya andil pada kemerosotan mutu murid SD karena guru sekarang hanya dididik dua tahun di PGSD, yang direkrut dari lulusan SMA.'' Tahun 1991-1992 PGSD belum menghasilkan lulusan, dan baru tahun ini SK pengangkatan mereka diterbitkan. Di samping itu, 60% mahasiswa PGSD berasal dari lulusan SPG. Ini karena perencanaan yang tidak tepat, hingga lebih dari 200.000 di antara mereka tak bisa ditempatkan pada tahun 1989. Tekad untuk meningkatkan mutu guru lewat program diploma II tak hanya berasal dari pihak LPIK, tapi juga tercantum dalam buku Rancangan Repelita V (halaman 20-76). Jadi, tidak ada alasan bila masih ada pejabat di lingkungan Departemen P dan K yang mengusulkan agar SPG dihidupkan kembali. Janganlah membandingkan lulusan PGSD yang belum pernah mengajar itu dengan lulusan SPG yang sudah mengajar selama puluhan tahun. Bandingkan mereka itu sepuluh tahun mendatang, insya Allah hasilnya akan lain. Kritik memang kita harapkan, tapi hendaknya didasarkan pada kenyataan. Kepada lulusan PGSD (yang sebagian besar juga lulusan SPG), saya ucapkan selamat bertugas. Terimalah segala kritik dengan lapang dada, karena maksudnya baik dan diharapkan akan meningkatkan kualitas pendidikan kita. RETMONO Rektor IKIP Semarang
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini