Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ramadhan

Bajong Banyu, Tradisi Warga Dusun Dawung Sambut Ramadan

Setiap kali mendekati bulan suci Ramadan, masyarakat Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menggelar tradisi "Bajong Banyu".

4 Mei 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga saling melempar air saat tradisi Bajong Banyu di Dusun Dawung, Banjarnegoro, Mertoyudan, Magelang, Jateng, 1 Mei lalu. ANTARA/Anis Efizudin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiap kali mendekati bulan suci Ramadan, masyarakat Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menggelar tradisi "Bajong Banyu". Seperti pada Rabu, 1 Mei lalu, mereka menyambut bulan Ramadan 1.440 Hijriah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seluruh warga Dusun Dawung, dari anak-anak hingga orang dewasa, saling lempar air di hamparan tanah lapang dusun. Prosesi diawali dengan pengambilan air oleh tokoh masyarakat dan perangkat desa setempat di Sendang Dawung yang berjarak sekitar 300 meter dari lokasi Bajong Banyu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Air dari sendang itu dibawa dengan sejumlah kendi menuju lokasi prosesi Bajong Dawung, lalu dituang ke dalam sebuah gentong. Selanjutnya, air dalam gentong itu digunakan untuk membasuh muka warga. Satu per satu air dituangkan dengan gayung oleh sesepuh dusun.

Setelah membasuh muka, warga saling melempar dengan air yang sudah disiapkan di dalam sejumlah kantong plastik. Dalam rangkaian Bajong Banyu tersebut juga dipentaskan sejumlah kesenian tradisional.

Koordinator kegiatan, Gepeng Nugroho, mengatakan tradisi ini mengandung makna membersihkan diri sebelum menjalani ibadah puasa pada Ramadan nanti. "Kegiatan ini wujud dari budaya di kampung kami menjelang bulan Ramadan. Kami adakan acara perang air Bajong Banyu, dengan prosesi yang sudah dilakukan sebelumnya," kata dia seperti dikutip Antara.

Dia menjelaskan, makna dari kegiatan ini adalah, ketika masyarakat saling menyerang, membasahi anggota masyarakat yang lain, justru mereka bergembira. "Mereka justru saling memberikan dorongan satu sama lain untuk berbasah-basahan," ujarnya.

Menurut dia, hal ini seharusnya menginspirasi dalam dinamika berinteraksi sosial dalam masyarakat. Persoalan di masyarakat itu pasti ada, tapi ketika pikiran kita positif, interaksi sosial di masyarakat bisa rukun.

Seorang warga, Dawung Nuryanto, 27 tahun, merasa senang bisa mengikuti tradisi Bajong Banyu meskipun harus berbasah-basahan. "Kami selalu mengikuti tradisi saling lempar air ini untuk menyambut bulan Ramadan tahun ini," katanya. REZKI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus