Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sebuah kawasan di Gothenburg, Swedia, Pasar Kviberg tak pernah sepi pengunjung. Meski barang yang dijajakan kebanyakan bekas pakai, calon pembeli selalu memadati pasar ini. salah satunya adalah Afrilia Dwi Kisworini asal Indonesia. Dia mengaku tidak perlu ragu berbelanja di sana lantaran mayoritas pedagangnya rata-rata muslim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasar Kviberg menawarkan berbagai jenis pakaian hingga barang elektronik, baik barang baru maupun bekas dengan harga yang sangat miring. Bahkan harga yang dijual lebih murah dibanding harga di pasar swalayan. Selain barang loak, pedagang menjual aneka makanan cepat saji, daging, sayur dan buah segar, serta bahan makanan lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pedagang Pasar Kviberg mayoritas muslim dari Irak. Pembelinya pun mayoritas muslim dari berbagai negara," ujar Afrilia, mahasiswa pertukaran pelajar di Chalmers University of Technology, kepada Tempo, kemarin. Pasar Kviberg buka setiap Sabtu-Minggu pada pukul 10.00-15.00 GMT+1.
Menurut Afrilia, selama Ramadan, harga makanan dan kebutuhan lainnya tetap stabil. Kondisi ini berbeda dengan di Indonesia, di mana harga bahan pokok melonjak. "Pada saat Ramadan, pasar terasa lebih padat pembeli dibanding hari biasa. Antrean kasir terlihat padat," tuturnya. "Baju yang dijual pun jadi banyak yang model gamis. Bahkan beberapa masih ada labelnya (baru)."
Afrilia mengaku nyaman berbelanja di Pasar Kviberg karena para penjualnya ramah. Apalagi jika para pembeli mengaku seorang muslim, mereka akan menyambut hangat. Afrilia senang lantaran penjual selalu mengucapkan salam. Pasalnya, tinggal di negara dengan minoritas muslim sangat jarang mendengar kata "assalamualaikum".
"Ketika saya bilang dari Indonesia, mereka menyapa dengan ‘apa kabar’ dan ‘kabar baik’. Tak jarang mereka mendoakan pembelinya. Tentu saja saya senang mendengarnya," kata Afrilia.
Pasar ini menempati tiga gudang besar, yang kabarnya bekas markas tentara. Meski hanya buka pada Sabtu-Minggu, Pasar Kviberg hampir tidak pernah sepi, terutama untuk para pendatang atau imigran.
LARISSA HUDA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo