Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Daerah di Nusantara memiliki kekhasan dalam menyajikan menu makanan selama Ramadan. Salah satunya adalah masyarakat Melayu di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, yang menyajikan lemang sebagai salah satu menu buka puasa. "Salah satu kekhasan lemang yang saya bikin adalah rasanya yang gurih dan lemak santannya sangat terasa, sehingga penikmat kuliner lemang akan ketagihan untuk menikmatinya kembali," kata Iwan, pembuat lemang di Pontianak, seperti dikutip Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menjelaskan, kelebihan produk lemang Pontianak adalah lebih gurih karena kualitas santan kelapanya bagus apabila dibandingkan dengan produk dari daerah lainnya. "Kemudian untuk menghasilkan lemang yang gurih tersebut, dalam memanggangnya membutuhkan waktu sekitar tiga jam lebih, dan api untuk memanggang tersebut juga harus bagus," ujar Iwan, yang sudah 30 tahun membuat lemang. "Sehingga tingkat kematangannya bagus dan merata."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal itu, menurut dia, dari warna bambu yang awalnya hijau untuk wadah ketan itu menjadi warna kekuning-kuningan dan diperkuat lagi bagian atas lemang tersebut santannya sudah menjadi minyak, maka lemang tersebut sudah matang atau masak.
Iwan mengaku, selama Ramadan dibantu 11 orang untuk membuat lemang. "Produksi sekitar 200 batang lemang dengan ukuran sekitar 50 sentimeter."
Adapun bahan baku utama dalam pembuatan lemang adalah bambu yang sudah dibersihkan. Kemudian dimasukkan daun pisang muda ke bambu tersebut. Lalu dimasukkan beras ketan atau pulut. Selanjutnya ditambahkan santan kelapa dan rempah. Selain itu, bisa ditambah kacang hijau atau kacang tanah atau tergantung selera, lalu dipanggang menggunakan api dari kayu yang dibakar hingga masak.
Tidak banyak warga yang mengetahui bahwa penghasilan atau omzet dari membuat penganan lemang yang merupakan kuliner khas masyarakat Melayu, salah satunya masyarakat Melayu Pontianak-sangat menggiurkan, terutama di sepanjang Ramadan.
"Alhamdulillah, khusus bulan penuh berkah ini, omzet saya bisa sekitar Rp 40 juta dalam sebulan dengan harga jual Rp 25 ribu per batang," kata Iwan.
Menurut dia, produksi lemang tersebut dijual di pasar-pasar tradisional, seperti di kawasan Pasar Flamboyan Pontianak, Parit Haji Husin, dan Sungai Raya Dalam. "Bambu didatangkan dari luar Kota Pontianak, seperti dari daerah Toho, Kabupaten Landak, dan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Hingga saat ini bahan baku bambu tidak ada kendala," katanya.
Lemang akan semakin nikmat apabila dimakan dengan dicampur kuah santan, baik itu menggunakan daging sapi, daging ayam, maupun daging kambing.
REZKI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo