Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Linimasa media sosial kemarin dan hari ini, Sabtu, 30 Juli 2022, ramai oleh ucapan Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1444 Hijriah. Selain mengucapkan selamat tahun baru, orang juga menyematkan sebaris doa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun Baru Islam atau penetapan awal penanggalan Hijriah merujuk pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Kota Makkah ke Madinah pada 622 Masehi. Meski demikian, penanggalan Hijriah baru digunakan 17 tahun setelah hijrah Nabi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari laman muhammadiyah.or.id, Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Khaeruddin Hamsin menjelaskan kalender Islam baru resmi digunakan saat sistem pemerintahan Islam dipimpin Khalifah Umar bin Khattab, 7 tahun setelah Nabi wafat atau 17 tahun setelah Nabi hijrah.
“Muharram merupakan salah satu bulan yang Allah muliakan sebagai arba’atun hurum selain Zulqaidah, Zulhijah, dan Rajab,” kata Khaeruddin dalam kutbah Jumat di Masjid KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta, Jumat pekan lalu, 22 Juli 2022. Pada bulan-bulan itu Allah SWT menjanjikan pahala yang berlipat atas setiap amal saleh yang dikerjakan manusia. Sebaliknya, ada ancaman berlipat pula atas setiap dosa yang diperbuat manusia.
Kebutuhan Administrasi
Kalender Islam pada kepemimpinan Umar bin Khattab mulai digunakan lantaran kebutuhan akan persoalan administratif surat-menyurat. Saat Abu Musa Al-Asy’ari ditunjuk sebagai gubernur, ia kebingungan karena surat yang dikirim Umar kepadanya tertulis tanpa tanggal yang rinci dan detail. Ia mendapati surat pada bulan Syaban, namun bingung Syaban tahun berapa.
Hal itu menjadi persoalan serius jika diarsipkan ke dalam administrasi kenegaraan. Apalagi, banyak wilayah dalam kekuasaan Islam yang memiliki penanggalannya sendiri, sehingga pengarsipan menjadi semakin rumit.
Akhirnya, Umar mengumpulkan para sahabat untuk membahas soal penanggalan. Prosesi hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah sepakat dipilih dari sekian usulan alternatif acuan tahun Islam karena saat itulah titik awal membangun masyarakat Islami. Disepakati pula oleh para sahabat untuk nama bulan yang pertama adalah Muharram.
Hindari Pengkultusan
“Setelah 17 tahun Nabi Saw Hijrah, umat Islam baru membuat penanggalan kalender Hijriyah, yaitu perhitungannya dari Muharram. Kalau direnungkan, pasti ada hikmah di baliknya,” ujar Kepala Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Hikmah ditetapkan Muharam sebagai awal bulan karena Umar tidak ingin ada pengkultusan Rasulullah secara berlebihan. Bila Nabi Saw dikultuskan sedemikian jauh, barangkali bulan Rabiul Awal akan jadi bulan yang paling istimewa di antara bulan yang lain. Pasalnya, pada bulan ini Nabi Saw dilahirkan dan melakukan hijrah.
Khaerudin mengakui bahwa sebagai umat Islam harus menjadikan Rasulullah SAW sebagai panutan. Tapi ada kekhawatiran dari Umar bin Khattab jangan-jangan kalau ditetapkan pada bulan Rabiul Awal, itu terjadi pengkultusan pribadi. "Padahal, umat Islam mengkultuskan nilai-nilai Nabi, bulan pribadinya,” kata Khaeruddin.
IDRIS BOUFAKAR