Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ramadhan

Ramadan 2021: Pesantren Qomaruddin Gresik Miliki Beragam Naskah Tua Keislaman

Selama Ramadan ini Pesantren Qomaruddin mendigitalisasi sekitar 100 manuskrip atau naskah tua keislaman.

18 April 2021 | 12.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Malang - Pusat Studi Pesantren (PSP) Institut Agama Islam Qomaruddin melakukan digitalisasi manuskrip atau naskah tua keislaman. Selain untuk mengisi Ramadan, digitalisasi tersebut ditujukan untuk melestarikan manuskrip tua keislaman kepunyaan pondok pesantren yang berlokasi di Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Agama Semarang—Unit Pelaksana Teknis Badan Litbang dan Diklat (Pendidikan dan Latihan) Kementerian Agama— Agus Iswanto mengatakan manuskrip koleksi Pondok Pesantren Qomaruddin secara umum menunjukkan keragaman aktivitas literasi keislaman di masa silam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para ulama menuliskan karya-karyanya dalam pelbagai bahasa, seperti Arab, Melayu, dan Jawa yang tercermin dalam beragam aksara seperti arab jawi atau arab pegon. Keragaman naskah juga tercermin dalam bahan manuskrip yang digunakan seperti menggunakan kulit hewan, kertas dluwang, dan kertas Eropa.

Dari sisi tema, Pondok Pesantren Qomaruddin juga menyimpan teks-teks utama yang umum ditemukan di pondok pesantren, yaitu risalah fikih, tauhid, tasawuf, dan gramatika bahasa Arab. Dari semua naskah, ditemukan naskah tertua bertarikh/berangka 1831. Banyak naskah tanpa judul.

“Fifty-fifty. Ada naskah yang berjudul dan ada naskah yang tidak berjudul. Menariknya, di sela-sela teks utama ada selipan catatan-catatan yang menunjukkan konteks yang penting. Jadi, ketika kertas terbatas, mereka selalu mencatat apa saja yang terjadi pada manuskrip atau kertas yang tersedia,” kata Agus yang merupakan anggota tim ahli DREAMSEA.

Namun, Agus melanjutkan, ia menemukan hal menarik di Pondok Pesantren Qomaruddin. Pertama, Kiai Qomaruddin sang pendiri ternyata seorang penyalin banyak naskah dan cukup banyak naskah karya sendiri.

Agus mencontohkan naskah karya Kiai Qomaruddin yang menjelaskan sikap dan pendapat Kiai Qomaruddin terkait rakaat salat tarawih. Dalam naskah disebutkan Kiai Qomaruddin tidak menyalahkan kaum muslim yang melaksanakan salat tarawih dengan 20 maupun 23 rakaat. Ini ditulis di abad ke-19.

Hal menarik lain adalah adalah polemik keagamaan yang sudah muncul di awal Abad XX. Ada sebuah naskah yang ditulis Kiai Qomaruddin yang isinya berupa sanggahan terhadap kaum Wahabi yang mengkritik amalan-amalan kaum ahlussunnah wa al-jama’ah (Aswaja), seperti penghormatan terhadap sembilan wali atau Wali Songo dan ulama, pelaksanaan kenduri dan tahlilan.

Naskah-naskah lain menggambarkan tentang keterbukaan alam pemikiran kiai-kiai di Pondok Pesantren Qomaruddin. Sebagian kiai belajar sejarah pemikiran Islam yang tumbuh dan berkembang dengan berbagai mazhab atau aliran keagamaan, baik di bidang politik, hukum, maupun akidah/kalam. Di bidang akidah, misalnya, muncul beragam aliran seperti Mu’tazillah, Asy’ariyah, Maturidiyah Salafiyah, dan Wahabiyah.

Temuan itu sangat menarik dan relevan dengan kondisi kekinian Indonesia. Ulama-ulama Nusantara di masa lalu ternyata mampu bersikap asertif, berpikiran terbuka dan moderat, mempunyai wawasan dan pengetahuan luas. Mereka kosmopolitan.

“Polemik maupun perdebatan di masa itu mereka tulis sebagai naskah yang menyerupai buku; tidak cuma jadi polemik berlisan-lisan saja. Ini menggambarkan betapa kegiatan literasi di masa itu sudah berjalan dan berkembang cukup maju,” kata Agus.

Selain kosmopolitan, Kiai Qomaruddin ternyata membangun jaringan pertemanan dan intelektual dengan tokoh-tokoh agama lain di Nusantara. Hal ini tergambar dari beberapa naskah yang menujukan jaringan pertemanan Kiai Qomaruddin dengan ulama besar di Ponorogo, Jawa Timur; Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat, dan beberapa ulama Aceh.

Menurut Agus, seluruh hasil digitalisasi manuskrip Pondok Pesantren Qomaruddin nanti tersedia dalam basis data manuskrip Asia Tenggara yang dikelola oleh DREAMSEA. Untuk menghindari penyalahgunaan data, seluruh manuskrip digital hanya bisa dibaca secara online tanpa harus mengunduh data manuskripnya.

Pihak pesantren sebagai pemilik manuskrip diberi salinan data manuskrip digitalnya sehingga sangat membantu pihak pesantren jika ingin mengembangkan perpustakaan digital manuskrip secara mandiri. Ada sekitar 100 manuskrip yang rencananya akan digitalisasi selama Ramadan ini. Semua manuskrip merupakan karya para ulama di Gresik sejak tahun 1740.

Ketua Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin Muhammad Nawawi menyambut baik inisiatif pelestarian karya ulama di lingkungannya selama Ramadan ini. Digitalisasi akan membuat karya-karya ulama pesantren menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat umum tanpa harus merusak fisik manuskripnya. Sehingga, pihaknya berharap, melalui program ini akan menambah semarak kajian keislaman yang menjadi ciri khas pesantren.

ABDI PURMONO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus