Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hikmah

Mengapa Tidak Boleh Langsung Tidur Setelah Makan Sahur?

Selain dapat mengganggu pencernaan, tidur setelah makan berisiko memicu gejala GERD.

11 Maret 2025 | 13.32 WIB

Ilustrasi Sahur. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi Sahur. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah dokter mengingatkan agar masyarakat tidak langsung tidur setelah makan sahur. Sebab, kebiasaan tersebut dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, terutama masalah pencernaan seperti refluks asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau kita habis makan kan butuh waktu untuk mencerna makanan kita. Jadi kalau kita langsung tidur (usai sahur) dikhawatirkan nanti mengganggu pencernaan," kata dokter spesialis kedokteran olahraga Andhika Respati dikutip dari Antara, Senin, 10 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Selain dapat mengganggu pencernaan, Andhika juga menjelaskan bahwa tidur setelah makan berisiko memicu gejala GERD, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit tersebut. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan di lambung yang dapat menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan.

tak hanya itu, untuk memastikan kebutuhan tidur delapan jam tetap terpenuhi selama Ramadan, ia menyarankan agar seseorang menjaga pola istirahat yang teratur dan konsisten. Ia mencontohkan, setelah melakukan ibadah salat Tarawih sekitar pukul 20.00 atau 20.30 dapat segera istirahat.

"Jadi harusnya tidur jam 21.00 kalau bisa dibiasakan itu nggak mungkin di bulan puasa. Jadi jam 21.00 tidur, jam 3 dini hari bangun (untuk persiapan memasak sahur). Masih aman-aman saja apalagi kalau jam bangun jam 4 pagi ya kalau nggak masak," ujarnya.

Jika waktu tidur malam belum mencukupi, tidur siang dapat menjadi alternatif untuk menjaga kebugaran tubuh sepanjang hari. Tidur siang meskipun tidak bisa sepenuhnya menggantikan tidur malam, tetap berperan dalam membantu tubuh mengurangi rasa kantuk dan meningkatkan fokus saat beraktivitas.

Menurut dia, tidur siang yang ideal sebaiknya berlangsung sekitar 20 hingga 30 menit agar tidak mengganggu siklus tidur malam. "Jadi tidur siang itu tidak didesain untuk menggantikan tidur malam," katanya.

Untuk mengatasi kurangnya waktu tidur, ia menyarankan agar memanfaatkan waktu istirahat pada hari berikutnya sebaik mungkin. Selain itu, meningkatkan asupan nutrisi juga dianjurkan agar tubuh dapat kembali pulih dengan optimal setelah mengalami kekurangan tidur.

Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta, Elisabeth Sipayung, mengatakan pada kasus yang lebih parah, seseorang dengan penyakit asam lambung harus membatalkan puasanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Itu (setelah sahur) tidak dianjurkan kalau langsung tidur, karena pada saat itu, bisa makanannya kembali lagi ke atas, asam lambungnya bisa naik lagi, dan bisa mengiritasi di kerongkongan," kata dia seperti dikutip dari Antara.

Elisabeth mengungkapkan bahwa kebiasaan tersebut dapat menimbulkan sensasi seperti tercekik bagi penderita asam lambung. Menurut dia, kondisi ini bisa mengganggu kelancaran ibadah puasa, terutama pada kasus yang lebih serius. Dalam situasi tertentu, penderita asam lambung mungkin perlu membatalkan puasanya demi menghindari risiko yang tidak diinginkan.

"Kalau memang masih bisa ditahan, itu bisa kita lanjutkan terus saja puasanya. Namun, apabila sudah sampai perih banget, rasanya seperti diputar-putar, mules, bahkan muntah, nah itu ya mungkin nggak bisa lagi diteruskan," kata dia.

Untuk mencegah kambuhnya asam lambung setelah berbuka puasa, Elisabeth menyarankan agar masyarakat menghindari makanan asam serta makanan tinggi lemak seperti daging berlemak, gorengan, dan jeroan. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya mengatur porsi makan agar tidak terlalu banyak dalam satu waktu serta menghindari kebiasaan merokok.

Sebagai langkah pencegahan tambahan, Elisabeth merekomendasikan untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran guna menjaga kesehatan sistem pencernaan. "Cara pengolahan makanan itu juga penting. Jadi, hindarilah makan-makanan yang digoreng, perbanyak yang direbus, dikukus, atau dibakar. Banyak makan-makan ikan, ya," ujarnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus