JUGA di Indonesia perhatian terhadap pendidikan prasekolah
bertambah luas. Meskipun di daerah pedesaan pendidikan tingkat
SD yang baik masih merupakan problem, di berbagai kota besar
makin banyak muncul TK dan Playgroup.
Menurut perhitungan tidak resmi, kini di seluruh Indonesia
terdapat lebih 30.000 TK dan Playgroup, termasuk sekitar 30-an
yang berstatus negeri. Dari jumlah itu sekitar 600 lebih
terdapat di Jakarta. Sementara itu selama Repelita III ini akan
dibangun sejumlah TK Pembina di 21 propinsi dan 3 kabupaten.
Namun kita masih jauh ketinggalan dalam pendidikan prasekolah,
kata Menteri P&K, Daoed Joesoef di depan Kepala SMP Swasta
seluruh Indonesia baru-baru ini. Dr. Joesoef sudah berkali-kali
dalam berbagai kesempatan mengemukakan hal ini dan ia tidak
sendiri. Juga Dr. Singgih Gunarsa, dosen di Fakultas Psikologi,
UI, pernah mengatakan: "Sesudah usia 5 tahun kemungkinan
perkembangan kecerdasan anak masih ada, tapi itu hanya merupakan
modifikasi saja dari apa yang sudah ada "
Perhatian orang Indonesia makin besar terhadap pembinaan
anak-anak di hawah 5 tahun, karena alasan berbeda-beda. Sebagian
besar mereka menginginkan suatu persiapan bagi anaknya
menghadapi pendidikan formal di SD dan selanjutnya. Hasrat
menitipkan anak selama beberapa jam sehari juga ada. Ada juga
yang berpendapat bahwa anak yang mau masuk SD harus punya
sertifikat pendidikan TK.
Menurut Ny. IAL Tobing dari TK Ade Irma Suryani di Jakarta, anak
yang tidak mengikuti TK mungkin akan mengalami kesulitan waktu
memasuki SD. "Untuk memasuki SD, si anak harus memperlihatkan
keterangan perkembangan pribadi selama ia di TK," katanya.
Departemen P & K secara resmi belum mengharuskan begitu.
Apalagi karena jumlah TK masih terbatas.
Program pendidikan di TK pimpinan Ny. Tobing ini lebih banyak
diarahkan kepada pengembangan jiwa anak. "Kita sangat
memperhatikan masa peka anak-anak," cerita Ny. Tobing kepada
Luki Hendro dari TEMPO. Pada hakekatnya metode pendidikan di TK
ini adalah gabungan rnetode Froebel.
Montesorri dan Ki Hadjar Dewantoro. "Zaman sekarang jarang ada
sekolah yang hanya menggunakan satu metode saja," kata Ny.
Tobing.
Tapi bagi Ny. Tobing yang merangkap jabatan Ketua I dan
Bendahara Umum Ikatan Guru TK Indonosia, belum jelas metode apa
yang digunakan banyak TK dan Playgroup lain di Indonesia. Bahkan
ada Playgroup yang menggunakan bahasa pengantar Inggris. "Tidak
masuk akal," katanya "karena si anak belum menguasai benar
bahasa ibunya yaitu bahasa Indonesia. " Umumnya Playgroup itu
diikuti anak-anak berusia 34 tahun, sebelum memasuki TK.
"Dewi" di Kebayoran Baru adalah sebuah Playgroup yang
menggunakan bahasa Inggris. "Ini karena PG Dewi semula dibuka
bagi anak-anak asing saja," ujar pemimpinnya, Ny. Mely Santoso.
Meski bahasa pengantar Inggris, terhadap anak Indonesia di
"Dewi" itu tetap dipergunakan bahasa Indonesia. "Sampai saat ini
belum pernah ada kesulitan," sambung Ny. Santoso.
Peranan Orangtua
Juga di situ digunakan gabungan metode Froebel dan Montesorri.
"Tapi kami mengambil intisarinya saja, " kata Ny. Santoso.
Banyak dipergunakannya alat permainan yang sebagian diimpor dari
luar negeri.
Yang diasuh Pak Kasur di Jakarta tidak mempergunakan permainan
impor dari luar negeri. Bahkan namanya bukan Playgroup tapi
disebut Kebun Anak-anak Mini. "Saya berusaha untuk membiasakan
anak bermain dengan apa saja," cerita Pak Kasur. Semua permainan
yang dipergunakan bertujuan menanamkan pada si anak disiplin,
tata-tertib, ketangkasan, keberanian, kecerdasan dan mengenal
irama. "Dengan dolanan lebih mudah mengajar anak," kisah Pak
Kasur.
Pak Kasur memakai metode sendiri yang ia namakan "ngemong",
namun ia mengaku ia juga mengenal metode Froebel dan Montesorri.
"Saya ambil intisarinya saja," katanya, "dan menyesuaikannya
dengan alam Indonesia. "
Peranan orang tua dinilai oleh Pak Kasur tetap penting. Setiap
pelajaran atau permainan selalu dijelaskannya kepada para ibu
yang harus menemani Inak masing-masing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini