Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dari topik tentang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bagaimana vaksin virus corona Covid-19 dikembangkan dan rencana distribusi vaksin ke seluruh dunia. Untuk mendistribusikannya, WHO mengaku memiliki rencana dua fase yang akan dipelajari dan dinilai dengan cermat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berita terpopuler selanjutnya tentang kampus Universitas Abdurachman Saleh (Unars) di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, ditutup sementara sejak Senin lalu hingga 14 hari ke depan. Penyebabnya, seorang dosen dan staf bagian administrasi positif terinfeksi virus corona Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, gangguan pada perut seperti diare dan muntah-muntah berpotensi menjadi gejala Covid-19 yang krusial di kalangan anak-anak dan harus ditambahkan ke dalam kriteria pengujian virus tersebut, yang umumnya saat ini meliputi demam, batuk serta kehilangan indera penciuman atau perasa, ungkap sebuah studi terbaru dari Queen's University di Belfast.
Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno:
Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Christopher Black/WHO/Handout via REUTERS
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bagaimana vaksin virus corona Covid-19 dikembangkan dan rencana distribusi vaksin ke seluruh dunia.
Lebih dari 170 negara sedang dalam pembicaraan untuk bergabung dengan Covid-19 Vaccines Global Access Facility atau Covax, dengan tujuan mengembangkan dan mendistribusikan dosis vaksin pada akhir 2021.
Di bawah rencana tersebut, negara-negara kaya dan miskin akan mengumpulkan uang untuk memberikan jaminan kepada produsen untuk sejumlah kandidat vaksin. Idenya adalah untuk mencegah penimbunan dan fokus pada vaksinasi orang berisiko tinggi di setiap negara yang berpartisipasi terlebih dahulu.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menerangkan, jika dan ketika memiliki vaksin yang efektif harus menggunakannya secara efektif. "Dan cara terbaik untuk melakukannya adalah mulai dengan memvaksinasi beberapa orang di semua negara, bukan semua orang di beberapa negara," ujar dia, seperti dikutip Washington Post, Senin, 21 September 2020.
2. Lagi, Kampus Ditutup Sementara Gara-gara Covid-19
Ilustrasi - Sejumlah petugas medis mengangkat peti jenazah pasien positif Covid-19 saat simulasi pemakaman di Lhokseumawe, Aceh, Jumat, 17 April 2020. Kredit: ANTARA/Rahmad
Kampus Universitas Abdurachman Saleh (Unars) di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, ditutup sementara sejak Senin lalu hingga 14 hari ke depan. Penyebabnya, seorang dosen dan staf bagian administrasi positif terinfeksi virus corona Covid-19.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Akhmad Yulianto mengungkapkan kalau satu dari dua kasus positif Covid-19 di kampus itu bahkan meninggal. "Kami mendapatkan laporan dari Rektor Unars yang katanya penutupan selama 14 hari, namun dalam seminggu akan dievaluasi," katanya, Senin 21 September 2020.
Selain ditutup sementara, Dinas Kesehatan Situbondo berkoordinasi dengan pimpinan Unars untuk menelusuri kontak erat dengan dua orang itu untuk selanjutnya dilakukan swab test. Tindakan serupa, dijelaskan Yulianto, dilakukan atas kasus satu orang yang positif di Kantor Dinas Perhubungan setempat.
"Untuk di Dinas Perhubungan juga ditutup sementara. Mengenai rentang waktu penutupan sementara tergantung kepalanya," kata dia sambil menjelaskan total kasus Covid-19 di Situbondo sebanyak 476 orang dengan 36 orang meninggal.
Sejumlah anak-anak menggunakan masker saat mengikuti upacara sebelum mengikuti pelajaran di dalam kelas saat tahun ajaran baru dimulai di tengah pandemi Covid-19 di Damaskus, Suriah, 13 September 2020. REUTERS/Yamam Al Shaar
Gangguan pada perut seperti diare dan muntah-muntah berpotensi menjadi gejala Covid-19 yang krusial di kalangan anak-anak dan harus ditambahkan ke dalam kriteria pengujian virus tersebut, yang umumnya saat ini meliputi demam, batuk serta kehilangan indera penciuman atau perasa, ungkap sebuah studi terbaru dari Queen's University di Belfast.
Studi tersebut, yang melibatkan 992 anak sehat berusia antara 2-15 tahun di seluruh Inggris, menguji antibodi Covid-19 mereka dan mengumpulkan data terkait gejala-gejala yang mereka derita.
Hasilnya menemukan bahwa hampir tujuh persen dari jumlah anak-anak itu teruji positif antibodi Covid-19, yang mengindikasikan bahwa mereka telah terinfeksi sebelumnya meski hanya separuh di antaranya yang menunjukkan gejala.
Di antara semua gejala yang berbeda, demam menjadi gejala yang paling sering diderita dan mencakup 31 persen dari seluruh anak-anak yang terinfeksi Covid-19.