Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Ancaman di kebun raya

Ulang tahun ke-163 kebun raya bogor, yang didirikan pada tgl 18 mei 1817 dengan nama 'slands plantentuin (prof.dr. c.g.l reinwardt sebagai direkturnya), kini dipimpin oleh prof.dr. didin s.

24 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA tanggal 18 Mei 1817, ia diresmikan dengan nama 's Lands Plantentuin (Kebun Tanaman milik Negara), ketika semangat pembaruan sedang meliputi Negeri Belanda. Dengan kekalahan Napuleon di Waterloo tahun 1815, Negeri Belanda yang terlepas dari cengkeraman penjajahan oleh kaisar tersohor itu menghadapi persoalan membangun negaranya kembali. Maka peranan ekonomis jajahan warisan VOC yang bernama Hindia Timur itu tampak amat penting. Juga suasana perkembangan ilmu, terutama di Eropa ketika itu mempengaruhi sangat keputusan untuk membangun berbagai fasilitas ilmiah dan penelitian. Bila abad ke-18 dikenal sebagai "Abad Revolusi", abad ke-19 itu ditandai oleh semangat penelitian ke seluruh pelosok dunia dan penghimpunan pengetahuan di segala bidang. Terutama ilmu alam mendapat perhatian besar. Karenanya gagasan untuk mendirikan sebuah kebun penelitian tanaman segera mendapat sambutan baik dari para komisarisjenderal Belanda yang berkuasa di Hindia Timur setelah Raffles. Dalam waktu satu hari di awal tahun 1817 mereka membicarakan dan memutuskan "untuk membangun sebuah kebun rempah-rempah, yang bisa dimanfaatkan untuk membiakkan berbagai jenis tanaman dan melakukan peneiitian di bidang pertanian." Sebagai direkturnya ditunjuk Prof. Dr. C.G.L. Reinwardt, ahli botani Belanda terkenal di masa itu. Disediakan pula sebidang tanah yang berbatasan dengan pekarangan istana para gubernur jenderal Hindia Timur di Buitenorg, 60-an km sebelah selatan Batavia. Kini bagi kebanyakan pengunjung, Kebun Raya di Bogor itu merupakan tempat rekreasi yang nyaman. Tahun lalu, menurut Dr. Made Sri Prana, wakil kepala Kebun Raya, lebih 630.000 orang mengunjunginya. Terutama di hari Minggu dan libur banyak pengunjungnya. Tapi sedikit sekali orang yang sadar akan fungsi ilmiah Kebun Raya itu. Kalangan ilmu pun hampir tidak memanfaatkannya. Misalnya dalam 5 tahun terakhir hanya 7 orang Indonesia yang meraih gelar kesarjanaan mereka berdasarkan riset di kebun ini. "Tiga untuk gelar Doktor, tiga untuk M.Sc. dan satu untuk insinyur," ucap Made. Minat siswa tak usah ditanyakan. "Banyak pelajar yang berkaryawisata ke sini," cerita Made, "tapi lebih banyak wisata daripada karyanya." Tanah di pinggir Kali Ciliwung itu mula-mula hanya berisi tumbuhan dari sekitar Bogor. Kemudian Reinwardt menghubungi berbagai negeri di seluruh dunia untuk mendapatkan tumbuhan baru. Selama tahun-tahun permulaannya kebun itu kekurangan dana dan pekerjaan itu merana. Baru 20-an tahun kemudian dalam masa jabatan direktur ke-3 bernama J.E. Teysmann kemajuan tercapai. Teysmann adalah tukang kebun biasa pada mulanya yang mengurus kebun Gubernur Jenderal van den Bosch. Bersama Dr. J.H. Hasskarl, ahli botani, ia melakukan penanaman kembali seluruh koleksi tanaman menurut kelompok seperti terdapat dalam lingkungan alamiah tanaman itu. Ini dilakukan dengan tujuan memberi dasar ilmiah pada kebun itu, namun dikerjakan dengan rasa estetis yang amat tinggi. Teysmann juga menerbitkan katalogus kedua dan ternyata sudah memuat 2.885 jenis. Artinya Gawat Berbagai jenis tanaman yang kurang berhasil dalam iklim Bogor dipindahkan ke Cibodas yang lebih dingin dan diresmikan sebagai cabang Kebun Raya pula. Banyak tanaman baru diintrodusir di masa itu antara lain tanaman ekonomi seperti kina (Amerika Selatan), dan kelapa sawit (Afrika Timur). Oleh Dr. R.H.C.C. Scheffer, yang menggantikan Teysmann dan Hasskarl kebun itu diperluas dengan kebun pembibitan di Cikeumeuh. Juga dilengkapi kebun itu dengan sebuah perpustakaan, herbarium dan museum. Ia pun mengintroduksi jenis kopi Liberia dan berhasil menanamkan jenis pohon karet yang kemudian menjadi salah satu usaha perkebunan terbesar. Tapi kebun itu mengalami kemajuan yang luar biasa di bawah pimpinan Pof. Dr. Melchior Treub yang menggantikan Scheffer di tahun 1880. Dengan berbagai cara ia usahakan agar para ahli botani seluruh dunia bisa berkunjung ke situ. Kebun Raya kemudian tersohor sebagai tempat penelitian ilmiah yang tidak ada taranya di dunia. Treub melengkapi kebun itu dengan sebuah museum zoologi dan sebuah laboratorium. (Ini sekarang menjadi Pusat Penelitian Biologi di Bogor). Dr.J.C. Koningsberger, yang menggantikan Treub di tahun 1909, antara lain meletakkan dasar bagi laboratorium penelitian ikan yang sekarang dikenal sebagai Lembaga Oseanologi Nasional. Kini Kebun Raya di Bogor dipimpin oleh Prof. Dr. Didin S. Sastrapradja, yang juga menjabat sebagai wakil ketua bidang IPA, LIPI. Luasnya mencapai 87 ha. Bila termasuk pekarangan Istana Bogor, ia mencapai 111 ha. Koleksi tanamannya sekarang mencapai 21.074 anak jenis yang terhimpun dalam 207 suku, 1.466 marga dan 5.454 jenis. Meskipun dengan persediaan dana yang sangat terbatas, kebun itu tampak terawat baik. Salah satu ancaman baginya adalah polusi akibat asap kendaraan bermotor. Berbagai indikator telah menunjuk adanya bahaya itu. Daun beberapa tanaman yang terletak di pinggir jalan, menguning dan cepat mati. Populasi lumut kerak mulai berkurang. "Lumut kerak yang nempel di pohon-pohon adalah tumbuhan yang paling tahan," ucap Made. "Kalau dia sampai mati, artinya tingkat polusi sudah gawat." Problem lain adalah pengunjung dan para pedagang. Selain sering terjadi adegan romantis, ada kegemaran orang membawa pulang berbagai tanaman, bunga atau buah-buahan. Bahkan papan nama tanaman itu pun banyak yang lenyap. Sebaliknya, nama pengunjung ramai tergores dl batang pohon. Suasana hiruk pikuk di hari libur dangdut dari tape-recorder atau radio transistor, sungguh tidak mengasyikkan lagi. Para penjaja minuman, rokok, minyak angin, pala manis dan entah apa lagi merupakan jenis polusi tersendiri. Banyak sampah yang ditinggalkan mereka. Setiap kali dilakukan penertiban terhadap mereka, "selalu muncul pembabatan terhadap koleksi tanaman dan hilangnya papan nama," cerita Made. Menurut Naat, anggota polsus Kebun Raya, setiap bulan ada 4 pasang "merpati" yang ditangkap karena hendak berbuat mesum. Tapi, menurut Naat yang sudah mengabdi sejak tahun 1949, ini jarang terjadi sebelum tahun 1975.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus