LITUPAN prop botol sampanye silih berganti menambah semarak
suasana di ruang pertemuan Pusat Antariksa di Kourou, Guiana,
wilayah Prancis di Amerika Selatan. Pekik tres jolie (sangat
memuaskan) dan tepuk tangan mengiringi nyanyi dan tari gembira
puluhan ahli teknik dan pegawai di tempat peluncuran roket milik
Prancis itu. Hari itu, mereka merayakan suksesnya peluncuran
Ariane, roket Eropa yanbJ mengantar dua satelit bumi sekaligus
ke dalam orbit.
Pukul 09.33, waktu setempat, 19 Juni, roket raksasa bertahap
tiga itu mengangkat diri dari landasannya. Diiringi gemuruh yang
memekakkan telinga, ia menghilang di angkasa biru yang
melingkupi hutan tropis di pundak utara Amerika Selatan.
Saat peluncurannya semula tertunda tiga kali. Bahkan hitungan
terakhir terpaksa dihentikan sesaat, akibat gangguan pada
saluran listrik yang menghubungkan mesin roket. Namun akhirnya
roket setinggi 47 m itu lepas landas dengan perkasa, dan
meluncur mencapai sasarannya. "Roket tidaklah berangkat seperti
kereta listrik," komentar seorang pimpinan proyek itu lega.
Keberhasilan Eropa
Sukses itu juga melambungkan kembali harapan ASE (l'Agence
Spatiale Europeene), konsorsium 11 negara Eropa. Lambang
kesebelas negara itu menghiasi tubuh langsing roket Ariane
buatan Prancis itu. "Ini suatu keberhasilan bagi Eropa," ujar
Eric Quistgaard, direktur utama ASE.
Salah satu program utama ASE ialah pengembangan sarana
pengangkut satelit, menyaingi Amerika Serikat di bidang itu.
Untuk itu sejak tahun 1973 dimulai program Ariane di bawah
pimpinan Prancis. Sedikitnya US$ 900 juta (Rp 560 milyar)
biayanya untuk peluncuran percobaan empat kali. Lebih duapertiga
biaya ini disediakan Prancis. Sarana peluncurannya di Kourou
dioperasikan CNES (Centre National d'Etudes Spatiale), NASA-nya
Prancis.
Pernah peluncuran percobaan Ariane, Mei 1980, gagal. Waktu itu,
hampir dua menit setelah peluncurannya, proses pembakaran satu
di antara keempat mesin tahap pertama bertingkah. Ini
mengakibatkan roket itu bergetar hebat dan akhirnya meledak.
Kepingannya berjatuhan di Samudera Atlantik, sekitar 1 km dari
Kourou. Bersama roket itu, dua satelit buatan Jerman Barat yang
dibawanya turut hancur. Tidak kurang hancur ialah harapan para
sponsor program itu. Ilingga jadwal rangkaian percobaan mundur 6
bulan.
ASE memang menawarkan jasanya mengangkut satelit ke dalam orbit,
sekalipun Ariane masih dalam taraf peluncuran percobaan. Hanya
risiko kegagalan ditanggung pemilik satelit sendiri.
Tapi suksesnya barusan ini suatu kemenangan unik bagi Eropa.
Pertama kali sebuah roket berhasil menempatkan dua satelit
sekaligus ke dalam orbit tinggi. Keduanya yang dibawa Ariane
kali ini masing-masing milik ASE sendiri dan milik India.
Satelit India ini dijuluki Apple, singkatan dari Anane Passenger
Payload Experiment. "Isyarat dari Apple dapat diterima dengan
baik," kata U.R. Rao, direktur Pusat Satelit India di Bengalore
beberapa saat setelah fteluncuran .
Apple merupakan prototipe satelit komunikasi India yang bakal
berfungsi seperti Palapa milik Indonesia. Benda itu berbentuk
silinder, yang tinggi dan garis tengahnya sama 1,20 m. Beratnya
70 kg, termasuk berat mesin yang mengendalikan satelit itu ke
dalam orbitnya, 3 5 .700 km di atas muka bumi. Di ketinggian
itu, kecepatan dan arahnya sama dengan sutaran bumi, hingga
relatif rerhadap bumi ke.iudukan satelit tidak berubah. Ini
dinamakan orbit geosinkron, suatu posisi yang terutama penting
bagi satelit komunikasi.
Juga satelit ASE bertempat pada ketinggian ini. Meteosat-2,
demikian namanya, mengamati cuaca dan mengirim gambar keadaan
cuaca seperti terlihat dari atas. Seperti juga Ariane, Meteosat
merupakan program patungan . negara Eropa yang tergabung di ASE.
Meteosat-1 yang diluncurkan November 1977 mengirim gambar dan
data selama dua tahun, sampai terjadi kerusakan. Berbagai usaha
memperbaiknya melalui isyarat radio tak berhasil. Akibatnya,
jutaan pirsawan televisi di Eropa kehilangan gambar keadaan
cuaca benua mereka yang setiap malam disiarkan dalam acara
ramalan cuaca. Gambar itu sekarang muncul lagi dengan kehadiran
Meteosat2, yang berada 35.700 km di atas Ghana.
Meteosat dioperasikan Pusat ASE untuk Pengamatan Ruang Angkasa
di Darmstadt, Jerman Barat. Bersama tiga satelit AS dan sebuah
satelit Jepang, Meteosat membentuk jaringan pengamat cuaca
skeliling dunia. Hanya daerah kutub yang tidak terjangkau
pengamatan Jaringan satelit cuaca itu.
Berbeda dengan Spaceshuttle Amerika Serikat, Ariane dapat
diluncurkan sekali saja. Tahap pertama roket itu terhempas ke
laut setelah mesinnya menyala selama 2 menit 37 detik,
menggunakan bahan bakar hidrazina dan nitrogentetroksida. Tahap
kedua, yang menggunakan bahan bakar sama, terlepas setelah
menyala selama 2 menit 19 detik. Sedang tahap terakhir, yang
menggunakan bahan bakar oksigen cair dan hidrogen cair, berhenti
menyala setelal 9 menit 42 detik. Tahap ini beberapa waktu
berada dalam orbit keliling bumi dan lambat laun hancur akibat
friksi dengan lapisan udara.
Total perjalanan Ariane berlangsung selama 14 menit 38 detik,
dan 2 menit kemudian kedua satelit terlepas dari tahap terakhir
roket itu dan berada dalam orbit pengalihan, sekitar 200 km di
atas muka bumi. Dorongan Ariane, dibantu tenaga mesin pada
satelit itu sendiri, akhirnya mengantarkan kedua benda itu
sampai ketinggian 35.700 km, pada orbit geosinkron. Kemampuan
Ariane itu sendiri diperoleh karena tempat peluncurannya di
khatulistiwa. Putaran bumi di sini paling cepat, dan ini
menambah daya dorong roket itu sendiri.
Keunggulan ini, yang terutama hendak dimanfaatkan program Ariane
untuk menyaingi Spacesbuttle. Kendati kendaraan ruang angkasa
Amerika itu mampu mengangkut sekaligus 5 atau 6 satelit,
ketinggian yang bisa dicapainya hanya 1100 km. Ini tidak cukup
bagi satelit telekomunikasi. Untuk menaikkannya ke dalam orbit
lebih tinggi, diperlukan dorongan tambahan. Ini -- dibanding
mesin pembantu pada satelit yang diantar Ariane -- jauh lebih
besar dan mahal.
Waspadalah
Program Ariane bakal merupakan saingan berat bagi (NASA) Amerika
Serikat. Seperti diungkapkan Majalah Time dalam salah satu
judulnya: NASA, en Garde! (NASA, Waspadalah!).
Agaknya persaingan tidak hanya datang dari pihak Eropa Space
Service Inc. di Texas, AS, merencanakan peluncuran roket pembawa
satelit menjelang tahun 1983. Perusahaan swasta itu menggunakan
roket Percheron, nama sejenis kuda tarik Prancis. Roket ini
sedang dibangun sejumlah ahli, sebagian besar bekas NASA. Gary
Hudson, direktur perusahaan itu, yakin pasaran bagi jasanya
cukup besar. Ia tidak keliru.
Meski sudah banyak satelit diluncurkan, menggunakan jasa NASA,
kebutuhan akan satelit smakin meningkat. Sementara itu jadwal
fasilitas NASA berupa roket Delta dan Atlas-Centaur sudah terisi
untuk 5 tahun mendatang. Demikian juga Spaceshuttle, menurut
NASA, sudah penuh dengan pemesanan tempat sampai tahun 1986.
Situasi ini juga dimanfaatkan Eropa dengan program Ariane.
Intelsat dan Inmarsat, badan internasional yang mengatur
hubungan telekomunikasi dan komunikasi bagi kapal laut, sudah
memesan tempat pada Ariane. Juga beberapa perusahaan
telekomunikasi AS, seperti AT & T dan Western Union menaruh
minat atas jasa Ariane itu. Sementara itu Liga Arab memesan tiga
satelit telekomunikasi dengan kontrak seharga US$ 134,5 juta (Rp
83,4 milyar), pada perusahaan Prancis, Aerospatiale. Tidak
diragukan bahwa ketiganya nanti juga diorbitkan dengan jasa
Ariane.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini