Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Jari rontok di Prumpung

Wabah lepra di daerah prumpung tengah, jakarta timur diperkirakan 200.000 lebih penderita lepra di indonesia. tapi yang ditemukan baru separuhnya. penderita penyakit ini bisa disembuhkan. (ksh)

18 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA jari kakinya sudah rontok. Sekujur tangan dan mukanya kelihatan dibalut tonjolan kulit berwarna merah kehitaman dan berair. Cacat tersebut membuat wanita yang bernama Guni itu malu untuk muncul ke tengah tetangga. Dia hanya bergerak dari tempat tidur ke dapur. Dokter menyebutkan kuman lepra yang membuat dia menderita begitu. Tapi ayahnya, Pak Tember punya versi lain: "Sebelum sakit begitu dia digunagunain. Ada jarum, rambut, benang dan macam-macam di perutnya. Ini jelas dibikin orang," kata orang tua yang berusia 70 tahun dan sehari-hari bekerja sebagai tukang sampah. Keluarga besar Pak Tember menempati sebuah rumah kecil di daerah Prumpung Tengah, Jakarta Timur. Sebuah daerah yang dikelilingi rawa-rawa, empang dan selokan yang berbau busuk. Di rumah itu Pak Tember dan istrinya menampung 6 anak, 20 cucu dan 2 buyut. Rumah bilik 4 x 8 meter itu nampaknya sudah menjadi sarang penyakit. Tiga tahun lalu, seorang cucunya meninggal karena lepra. Lantas anaknya yang bernama Guni kena serangan. Sekarang istrinya pun dapat giliran. Wajah nenek tua itu bergeronjal. Bibir, kuping dan pipinya menebal. "Wah ini bagaimana? Mau lebaran, masih sakit begini. Tak punya uang lagi," keluh Pak Tember. Tidak hanya Pak Tember yang cemas menghadapi ponyakit yang mengelilinginya. Juga masyarakat luas pada minggu kedua bulan Ramadhan ini terkejut membaca berita-berita koran tentang meluasnya penderita lepra di daerah bagian ibukota itu. Berita itu bermula dari wartawan yang datang menyaksikan peragaan bagaimana menangù kap pencuri, menggerebek penjudi, mengepung perkelahian massal dan pemabuk, yang diselen, garakan pihak kepolisian setempat. Tiba-tiba mereka melihat seorang anak perempuan yang menderita semacam penyakit kulit dengan jarijarinya yang sudah putus. Berita yang muncul keesokan harinya berhasil memancing petugas kesehatan. Faridah, 15 tahun, beserta kedua saudaranya diangkut dari rumah mereka dan dikirim ke Rumah Sakit Kusta Sitanala, Tangerang. Di daerah Prumpung Tengah yang masuk Kelurahan Cipinang itu penyakit kulit kelihatannya memang mewabah, terutama di antara anak-anak. Ini akibat lingkungan yang kotor. Untuk mandi, penduduk setempat banyak yang memanfaatkan selokan berair keruh dan bau. "Gara gara berendam di kali itulah badan saya jadi begini," ujar si Maun. Anak muda berusia 21 tampak cepat menjadi tua karena rongrongan kpra. Wajahnya bengkak-bengkak, tangan dan kakinya mengelupas dan kisut. Para penderita lepra tingkat dini berbaur dengan mereka yang menderita penyakit kulit. Menurut ahli penyakit lepra, pada tingkat dini penyakit ini mirip-mirip panu. Tapi kalau ditusuk pakai jarum tak merasa sakit. Bercak-bercak putih itu bisa ditemukan di belakang kuping, ketiak dan pantat. Sedangkan pihak petugas kesehatan menurut penduduk setempat, tidak pernah melakukan penelitian untuk mencari penderita lepra tingkat dini di antara orang yang menderita penyakit kulit. Menanggapi meluasnya penderita leyra di Prumpung itu, Kepala Dinas Keshatan DKI, Sudarso menghimbau masyarakat setempat untuk jangan panik. "Karena penularannya tidaklah mudah. Sedang yang terjadi bukan merupakan wabah," katanya. Menurut dunia kedokteran penyakit itu hanya bisa menular melalui kontak yang lama. Sedang masa inkubasi kumannya antara 3 sampai 5 tahun. Masyarakat yang hidup dengan lingkungan bersih dan gizi cukup menurut perkiraan 90% kebal terhadap penyakit tersebut. Radiur 100 m Dalam seminggu dari RW 04, Kelurahan Cipinang Besar yang jadi pusat perhatian, berhasil ditemukan 21 penderita. Tidak jelas apakah mereka penderita baru atau pernah mendapat pengobatan karena kemauan sendiri ke sebuah balai pengobaun di Cawang. "Dalam radius 100 meter sudah ditemukan pula penderita," kata Timbang Subroto, Peltu Polisi yang menjabat Ketua RW 04. Anak buahnya kewalahan karena pihak keluarga menyembunyikan anggotanya yang kena lepra. Di Departemen Kesehatn, Andy A. Louhenapessy yang rnenangani masalah lepra secara nasional menyesalkan sikap masyarakat yang masih takut. "Penyakit ini bisa disembuhkan. Dan janganlah khawatir terhadap para penderita yang berkeliaran apalagi mereka sudah mendapat pengobatan yang teratur," katanya. Menurut Louhenapessy 92% penderiu diobati di luar rumah sakit. Sebab pengucilan penderiu selama ini (sampai 1972) dianggap kurang tepat. "Karena penyakitnya tidak gampang menular dan obatnya pun murah. Yang terpenting bagaimana menemukan penderita sedini mungkin. Tambah cepat ditemukan, lebih singkat masa pengobatannya," katanya. Pihak Dep-Kes sekarang ini sedang giat-giatya mencari penderita baru. Anan Charoen Pakdi, ahli lepra dari kantor WHO di New Delhi yang sedang berkunjung ke Jakarta, kepada TEMPO mengatakan: "Di Indonesia diperkirakan ada 233.000 penderita, yang ditemukan baru 52%."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus