SENIN malam awal bulan ini ada acara di rumah Jalan Gudang
Peluru 33 A (Jakarta Timur). Di ruang tengah sekitar 20 orang
tahlilan dengan membaca surat Yasin. Genap tujuh hari peragawati
Julie Yasin berangkat ke alam baka. Membawa sembilan luka
tikaman di tubuhnya.
Peragawati yang belum terkenal tersebut, berusia 26 tahun,
ditemukan. pembantu rumah tangganya di anak tangga yang
menghubungkan ruang keluarga dengan dapur. Keadaannya payah:
darah mengalir dari leher, dada, punggung, kepala dan dari
bagian telinganya yang terputus. Pembantu rumah tangga
terpanggil oleh teriakan nyonya majikan yang sebelumnya
diketahuinya menerima empat orang tamu -- salah seorang dikenal
baik oleh penghuni rumah. Ketika itu sore, menjelang maghrib, 29
Juni lalu.
Polisi bergerak. Para pembantu rumah dan pedagang rokok yang
mangkal dekat situ dimintai keterangan. Suami korban, H.M.
Yasin, tak berada di rumah ketika peristiwa terjadi -- ia
berada di Surabaya. Dari keterangan yang ada polisi memburu
keempat tamu yang datang sore itu, yang salah satu di antaranya
dikenal bernama Fausan (bukan nama yang sebenarnya).
Fausan bukan orang lain bagi keluarga Yasin. Maka itu tak
disangsikan keterangan tentang dirinya dari para pembantu
rumah. Tapi polisi tak dapat menemukannya di rumahnya, di
Surabaya. Dengan begini kecurigaan polisi untuk sementara jatuh
kepadanya -- setidaknya disangka turut terlibat.
Motifnya? Belum terungkap. Namun dari beberapa fakta, begitu
kesimpulan polisi sementara, Nyonya Yasin dibunuh bukan karena
si pembunuh menghendaki hartanya. Beberapa barang perhiasan
masih lekat di tubuh si korban. Isi rumah juga utuh. Jadi?
Sumber di kepolisian berpendapat: si pembunuh mungkin hanya
orang suruhan -- baik dibayar maupun tidak.
Lima Lemari
Hingga hari ke tujuh keadaan masih gelap. Di kursi beranda
Yasin, laki-laki gemuk berumur 33 tahun, duduk dengan tubuh
lemas dan tak banyak bicara. Mengenakan sarung dan kopiah 'Raja
Besi Tua' yang memimpin CV H.M. Sukri -- perusahaan yang
bergerak di bidang jual-beli besi tua -- itu, cuma bisa geleng
kepala: "Saya tidak tahu apa motif musibah ini. "
la ketika masih berada di Surabaya menangis meraung-raung dan
kemudian pingsan ketika sebuah telepon mengabarkan keadaan
istrinya.
Seorang kerabat Yasin bercerita: Yasin mengawini Julie -- yang
dulunya bernama Siti Zaenab -- sekitar 12 tahun lalu. Yaitu
ketika Yulie, anak pedagang kayu asal Kalimantan, masih duduk di
sekolah dasar di suatu madrasah. Sayang, tutur kerabat tadi,
hina saat terakhir keluarga itu tak dikaruniai anak.
Belakangan Siti Zaenab masuk klub IMA (Indonesian Modelling
Agency). Terdaftar dengan nama Julie Yasin, peragawati kelas C
(urutan terbawah setelah B, A dan Top), tinggi badan 163 cm dan
ukuran sepatu 37. Keterangan lain, seperti ukuran vital, tak
dicantumkannya.
Menurut kerabatnya, Julie tak ingin jadi peragawati sungguhan,
cuma iseng-iseng saja. "Ia memang suka berpakaian bagus --
bajunya ada lima lemari," katanya. Adakah suaminya senang dengan
hobi istrinya itu? "Ah, saya tak begitu peduli, " kata Yasin.
Namun, sebuah sumber Harian Kompas menyatakan, beberapa hari
sebelum peristiwa itu telah terjadi pertengkaran cukup seru
antara Yasin dengan Julie. Soalnya tak jelas -- baik mengenai
keperagawatian maupun isu yang menyatakan Julie berhubungan
dengan seorang dokter. Yasin kemudian terbang ke Surabaya.
Terjadi peristiwa itu. Dan kemudian muncul para tersangka.
Selebihnya masih gelap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini