Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Balai Arkeologi Papua menemukan fosil kayu di perbukitan sebelah barat Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura, Papua. Fosil kayu ini tepatnya ditemukan pada ketinggian 162 mdpl, dan diperkirakan berasal dari Zaman Pertengahan Miosen atau 15 juta tahun yang lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut arkeolog Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, untuk mencapai lokasi ditemukannya fosil kayu ini, tim peneliti berjalan kaki menyusuri kampung tersebut. Kemudian dilanjutkan mengikuti jalan setapak yang mendaki bukit yang seluruh permukaannya berupa savana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Perjalanan membutuhkan waktu sekitar satu jam di bawah terik matahari, tanpa ada satu pun pohon peneduh,” ujar dia kepada Tempo, Senin, 19 Juli 2021.
Lokasi ditemukannya fosil kayu berusia 15 juta tahun di Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura, Papua. Kredit: Balai Arkeologi Papua
Setelah melewati puncak bukit, kata Hari, warga mengambil tanah liat bahan gerabah, kemudian tiba di lokasi ditemukannya fosil kayu. Fosil kayu ini ditemukan pada lapisan tanah yang tergerus oleh air hujan.
Bentuknya berupa batang pohon, berwarna coklat, tampak serat-serat kayu yang sudah membatu. Fosil ini ditemukan pada lapisan tanah berwarna liat, bercampur dengan kerikil batu kapur.
“Secara geologi, fosil kayu ini berada pada jenis lapisan tanah yang sama dengan lapisan ditemukannya fosil moluska laut di kawasan Danau Emfote atau Danau Love,” tutur Hari.
Arkeolog lulusan Universitas Udayana itu menambahkan, fosil ini diperkirakan bagian dari proses geologi terbentuknya Danau Sentani jutaan tahun yang lalu. Menurut Naftali Felle, kepala suku Abar, pada 2015 ketika musim batu akik, warga Kampung Abar mencari fosil kayu ini untuk dijual sebagai bahan batu akik.
Bahkan ketika Menteri Pariwisata pada saat itu, Arief Yahya, berkunjung, warga Kampung Abar memberikan cinderamata berupa batu akik fosil kayu. “Saat meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kampung Abar pada 20 Juni 2015,” kata Naftali.
Baca:
Ada Fosil Kerang Laut di Kawasan Bukit Danau Emfote Papua, Dulu Lautan?