Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Arus Naik, Ikan Naik

Pengetahuan tentang gerak arus ke atas (upwelling) penting untuk mengelola sumber-sumber makanan dari laut. sudah saatnya bagi indonesia memanfaatkan perairannya dan meniru metode perikanan jepang. (ilm)

27 Desember 1975 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA ahli oceaografi telah meneliti upwelling atau daerah di mana arus-arus bergerak ke atas membentuk suatu pengadukan yang memecah lapisan loncatan suhu, sehingga zat-zat yang terkandung dari dalam dasar laut naik ke permukaan. Gerak arus ke atas ini meninggikan produktivitas perairan di daerah photic zon (daerah yang mengandung cahaya). Dengan mengambil contoh plankton secara teratur di suatu daerah yang luas, kita dapat menentukan daerah mana paling kaya jenis ikan yang dikehendaki. Sedangkan dengan analisa kimia dari contoh air laut yang diambil dari berbagai kedalaman -- serta mempelajari intensitas cahayanya -- dapatlah diketahui perairan apakah yang paling kaya akan suatu zat. Faktor utama terjadinya gerak arus ke atas (air naik) adalah karena pengaruh angin dan sirkulasi air: Angin sangat erat dengan musim. Sedangkan sirkulasi air yang disebabkan oleh pola arus laut mempunyai hubungan erat dengan keadaan angin. Air laut di lapisan atas suhunya tinggi. Sedangkan kadar garamnya rendah dan kandungan zat-zat hara pun rendah. Sedangkan air di lapisan yang lebih dalam mempunyai suhu lebih rendah, kadar garam lebih tinggi dan kaya akan zat-zat hara. Kandungan zat-zat hara di lapisan atas ini jadi rendah karena pemakaian dalam proses fotosintesa oleh tumbuhan hijau - terutama fitoplankton yang terdapat di lapisan atas. Ekspedisi Naiknya arus air ke atas bisa berakibat mempengaruhi keadaan iklim terutama di daerah pantai. Karena dia membawa zat-zat hara (fosfat, nitrat, silikat) ke atas mengakibatkan lapisan atas laut menjadi subur. Ini dapat ditandai dengan meningkatnya produksi plankton yang kemudian diikuti dengan meningkatnya produksi perikanan. Dan dari aspek sirkulasi, daerah kenaikan air akan merupakan tempat pertemuan antara air dari lapisan atas dan air dari lapisan bawah -- yang suhunya rendah. Untuk menganalisa proses naiknya air ke atas, maka kada zat hara, suhu, kadar garam sangat diperlukan. Data atau harga-harga tersebut dapat dikumpulkan dengan cara mengadakan pengamatan atau pengukuran dalam pelayaran atau ekspedisi ilmiah. Dan harus diusahakan agar masing-masing ekspedisi dapat mengetahui saat-saat awal dan akhir dari prpses naiknya air itu. Perairan Indonesia, penaikan air terjadi di laut Banda, laut Arafura, sebelah selatan Selat Makassar dan Selat Bali. Di laut Banda dan Arafura penaikan air terjadi pada musim Timur yang berlangsung selama 4 bulan (antara bulan Oktober dan Maret). Jumlah pemindahan air sebesar 2 juta m3/detik. Sedang di selat Makassar terjadi pada musim Timur dan berlangsung selama 4 bulan juga (Juni s/d September) dengan jumlah penaikan sekitar 48.000 kmÿFD. Naiknya air di selat Bali terjadi pada musim Timur selama 4 bulan (Maret - Juni). Selat Bali yang luasnya 900 mil persegi mempunyai hubungan langsung dengan samudera Indonesia sehingga keadaan airnya memang dipengaruhi oleh samudera Indonesia. Baru 10% Penyebaran suhu dan kandungan fosfat bisa membuktikan adanya penaikan air yang meliputi daerah luas (antara Jawa dan Australia). Pengetahuan tentang penaikan air memang terbilang penting untuk mengelola sumber-sumber makanan dari laut - sebagimana yang juga dilakukan Scully Power- dari Australia yang mempelajari pusaran air (TEMPO, 1 Nopember). Menurut Kurnaen Sumadhiharga dalam tulisannya dalam bulletin Lona Warta Ambon, jumlah protein yang dihasilkan dari laut baru sekitar 10% dari persediaan makanan dunia. Makanya jika hasil-hasil dari daratan tak dapat ditingkatkan lagi, memang sudah waktuny mengelola lautan. Nyatanya yang punya perhatian besar adalah Jepang. Setelah Perang Dunia ke-II armada kapal ikan Jepang terus diperbesar. Mereka mengetahui dengan pasti bahwa lapisan dalam dari lautan bebas kaya akan populasi ikan-ikan tuna yang besar, albacore, marlin, sailfish, swordfish. Dan sekarang kapal-kapal Jepang itu banyak beroperasi di samudera Indonesia, samudera Pasifik (Utara dan Selatan dan samudera Atlantik. Metode-metode perikanan Jepang banyak ditiru dan dikembangkan oleh berbagai negara maritim. Sedangkan kapal-kapal Soviet dan Amerika mengadakan kerjasama dengan Jepang untuk melakukan penyelidikan dalam bidang perikanan - terutama di lautan bebas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus