Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Asembling uranium

Direktur jenderal batan, ir. djali ahimsa meresmikan reaktor serba guna di serpong. instalasi teknologi nuklir yang bisa menghasilkan elemen bahan nuklir. (ilt)

28 Juli 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBUATAN Instalasi Elemen Bakar Reaktor Riset dimulai. Peresmiannya Sabtu lalu, dilakukan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) Ir. Djali Ahimsa. Instalasi ini adalah kedua dari lima instalasi teknologi nuklir yang direncanakan di Puspitek, Serpong, sekitar 30 km sebelah barat Jakarta. Pembangunan instalasi utama, yaitu Reaktor Serba Guna, sudah dimulai Maret lalu. Kompleks teknologi nuklir ini terbilang paling besar di Indonesia - walaupun bukan yang awal. Reaktor Serba Guna, misalnya, memiliki daya termal 30 MW. Untuk perbandingan: dayanya 30 kali reaktor atom di Bandung dan sekitar 120 kali Reaktor Kartini di Yogyakarta. Instalasi yang dibangun minggu lalu itu diharapkan bisa menghasilkan elemen bakar nuklir tipe MTR atau U3O8 (triuranium oktosid), lengkap sampai pembuatan balok-balok seberat 2 kilogram. Elemen bakar ini siap pakai: langsung dapat dimasukkan ke reaktor. Elemen bakar pada reaktor adalah bagian yang paling penting. Dapat dikatakan sumber yang memancarkan radiasi elektromagnetis (netron) dan membuat sesuatu zat yang akan diteliti menjadi radioaktif. Zat yang menjadi radioaktif itulah yang kemudian diteliti dengan berbagai teknologi nuklir. Misalnya, membedakan dua jenis padi - dalam mencari jenis unggul - dari struktur atom beberapa unsur kandungannya. Indonesia sebenarnya mempunyai sejumlah tambang uranium, unsur yang sangat radioaktif, di Sulawesi, Sumatera, Irian Jaya. Tapi bahan yang dikenal sebagai U238 ini tak langsung dapat digunakan. Harus dimurnikan dulu menjadi U235. Indonesia sementara ini belum dapat memurnikan uranium tambang itu, yang dalam istilah teknis disebut "memperkaya U238". Menurut Dirjen, dalam pembuatan elemen bakar nuklir, Indonesia masih mengimpor U235 (dengan kadar pengayaan 19,95%) dari Jerman Barat. "Selain menyangkut teknis juga finansiil," ujar Dirjen mengemukakan alasan. Proses yang di Indonesia ialah mengolah uranium impor itu menjadi UF6 (uranium hexafluoride) dan kemudian menjadi U3O8. Dari keseluruhan proses pembuatan elemen bakar, instalasi yang dibangun di Indonesia diperkirakan bisa menghemat dana sekitar 30%, daripada bila mengimpor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus