TIDAK disangsikan lagi bahwa penggunaan sarana dan teknik
kultivasi modern dalam pertanian mampu meningkatkan hasil
produksi secara nyata. Tapi banyak teknik modern itu mempunyai
akibat sampingan yang akhirnya merugikan. Ini dibuktikan dalam
suatu tesis yarlg berjudul "Pengaruh Penggunaan Pupuk Kandang
dan Insektisida pada Populasi Fauna Tanah."
Tesis ini dipertahankan Ir. Adianto, 38 tahun, di muka senat
guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB), dua pekan lalu. Ia
berhasil memperoleh Doktor dalam ilmu Biologi, dengan judicium
sangat memuaskan.
Menurut Adianto, staf pengajar di ITB, insektisida yang
dipergunakan sebagai pelindung tanaman dapat pula merugikan
fauna tanah yang bukan sasaran insektisida itu. Akhirnya
kesuburan tanah menjadi berkurang dan merugikan tanaman itu
sendiri. Peranan fauna tanah dalam proses pembentukan tanah
sebagai substrata tanaman, teramat penting. Aktivitas fauna
tanah itu meliputi stabilisasi air tanah, aerasi tanah, sumber
mineral dan penguraian materi organik di tanah itu.
Yang perlu dipikirkan, menurut Adianto, ialah populasi serangga
hama tetap di bawah tingkat kerusakan yang tidak merugikan
secara ekonomis. Hama tidak perlu dibasmi tapi perlu
dikendalikan, hingga juga penggunaan insektisida menjadi
sesedikit mungkin. Dengan begitu pengaruhnya yang negatif
terhadap keseimbangan biologis pun diperkecil.
Salah satu kunci pemberantasan hama adalah kesadaran akan adanya
interaksi antara hama, musuh hama alamiah dan berbagai komponen
lain dalam agro-ekosistem. Dianggap perlu mengadakan penelitian
lebih banyak atas pengaruhnya terhadap organisme yang bukan
sasaran.
Penelitian semacam itu masih baru di Indonesia, namun cukup
penting. Insektisida selain harganya mahal, akibat sampingannya
pun banyak. Misalnya timbul resistensi hama, terbunuhnya
predator dan parasit hama itu. Serbuan ulat di Pasar Minggu,
Jakarta, mungkin satu contohnya (lihat: Lingkungan).
Adianto mendukung semua dalih ini dengan hasil penelitian
seksama selama empat tahun. Seperti di Cabang Lembaga Penelitian
Hortikultura di Baruajak dan Margahayu, keduanya di Lembang.
Juga di hutan pinus di Lembang dan hutan alamiah di
Tangkuban-perahu. Adianto meneliti berbagai jenis fauna tanah di
keempat daerah tadi. Ada udang tanah (crustacea), serangga
bersayap lurus (orthoptera), bersayap perisai (coleoptera),
tidak bersayap (collembola), tungau (acarina), laba-laba
(araneae) serta dermaptera, homoptera dan lithobiidae
(cbilopoda).
Adianto membuktikan beberapa hipotesa. Menurut pendapatnya,
perbedaan keadaan lingkungan dari berbagai biotope akan
mengakibatkan perbedaan struktur maupun sifat fauna tanah. Ia
pun mengharapkan menemukan indikator biologis tentang penggunaan
insektisida dari pengukuran terhadap perubahan fauna tanah itu.
Pupuk Kandang
Ia menilai bahwa aktivitas penggunaan pestisida maupun pemberian
pupuk kandang sama-sama memberi pengaruh terhadap populasi fauna
tanah. Ia menemukan bahwa pemakaian pupuk kandang dalam tanah
menaikkan populasi fauna tanah. Terutama empat jenis seperti
collembola, acarina, diptera dan coleoptera yang adalah
dekomposer. Kelompok fauna tanah ini sangat penting dalam proses
perubahan materi nabati menjadi materi lebih halus dan membentuk
struktur tanah yang kaya akan bahan organik.
Dari penelitiannya terbukti bahwa bertambah tinggi populasi
fauna tanah diakibatkan penambahan pupuk kandang. Juga tanah
menjadi lebih kompak, dan ini penting terutama bagi tanah
andosol seperti terdapat di Lembang. Kesarangan tanah pun dapat
diperkecil hingga mengurangi larut dan hanyutnya zat hara oleh
air hujan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini