Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palangka Raya - Tim peneliti dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Litbang Kementerian Kesehatan mengaku kesulitan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai khasiat kayu bajakah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah seorang peneliti (BP2P2TOOT), Mujahid, mengaku tertarik untuk meneliti kayu bajakah, dan mengatakan memang sudah seharusnya ada penelitian lanjutan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tapi kenyataannya si pemilik yang memiliki bajakah tunggal masih meng-keep dan masih belum mau membuka, sementara di luar sana banyak yang diperjualbelikan dan kita tidak tahu apakah asli atau tidak," ujarnya usai melakukan pembahasan masalah kayu bajakah dengan jajaran Pemprov Kalteng, Selasa, 20 Agustus 2019.
Menurutnya, jika ingin melindungi masyarakat dari bahan yang tidak sesuai seperti yang terdapat di pasaran atau online, memang harus diuji dulu. Pengujian menyangkut apakah kayu bajakah itu mempunyai khasiat antikanker atau tidak.
"Tetapi kalau tidak punya khasiat sebagai antikanker masyakat harus diedukasi bahwa bajakah yang di pasaran itu tidak mempunyai khasiat jadi harus distop," tegasnya.
Penjual akar bajakah dadakan di bilangan Jalan RTA Milono Km 6, Kota Palangka Raya mulai bermunculan, Kamis (15/8/19). (Foto Antara/Istimewa).
Dengan diambil tindakan seperti itu diharapkan kekhawatiran terhadap kerusakan hutan bisa berhenti. "Bila tidak dihentikan maka persepsi semua orang mengenai kayu bajakah yang mempunyai khasiat sebagai antikanker bisa terjadi dan akhirnya diambil dan dijual semua," katanya.
Saat ini, menurut dia, yang harus dilakukan segera yakni bajakah yang ada di pasaran diambil kemudian diujikan ke laboratorium untuk mengetahui khasiatnya dibandingkan dengan obat modern. "Nanti dengan data itu kita bisa merekomendasikan bahwa bajakah boleh digunakan atau tidak," katanya.
Diakuinya, untuk penelitian lebih lanjut obat tradisional butuh waktu panjang, tapi dalam waktu dekat setidaknya satu bulan bisa dikerjakan. "Namun bila untuk obat prosesnya tahunan," jelas Mujahid.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul mengatakan spesies kayu bajakah ada 200 jenis dan bila semua diteliti akan memerlukan waktu lama. "Di sisi lain tang tahu khasiat kayu bajakah ini adalah orang-orang tertentu dan saya sendiri juga tidak mengetahui jenis bajakah yang dimaksud," ujarnya.
Hal ini dikarenakan untuk obat tradisional itu biasanya berbasis pada pengalaman orang lain yang menggunakan dan sebetulnya tak perlu dibuktikan. "Contohnya jamu kalau sudah mengakui khasiatnya tak perlu lagi dibuktikan," jelasnya.
Karena itu Suyuti mengimbau agar masyakat selektif dan berhati-hati untuk menggunakan bajakah. Selain itu apabila masih menggunakan obat dokter jangan sampai dihentikan hanya karena bajakah. "Iya kalau bajakahnya benar, tapi kalau tidak bisa berujung kematian," pungkasnya.
KARANA WW