Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah komitmen dunia untuk melakukan transisi energi bersih demi mencapai target nol emisi karbon pada 2060 dan rendahnya lifting minyak dan gas kita, muncul pertanyaan bagaimana peran migas bagi Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan data Kementerian ESDM dan SKK Migas yang dikutip Antara, perolehan minyak dan gas Indonesia pada Triwulan I 2024, masih di bawah target APBN. Untuk minyak, realisasi lifting 563 ribu BPOD (barrel oil per day) atau 88,5 persen dari target.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sedangkan gas yang berhasil disedot 5.075 MMSCFD (million standard cubic feet per day) atau 88,5 persen dari target.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi impor minyak dan gas bumi RI selama Januari-Maret 2024 mencapai US$ 9 miliar atau sekitar Rp 145,8 triliun, naik 8,13% dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang sebesar US$ 8,33 miliar
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menegaskan bahwa sektor minyak dan gas bumi masih berperan penting, meskipun dunia berkomitmen untuk melakukan transisi energi bersih demi mencapai target nol emisi karbon pada 2060.
“Bagi Indonesia, selama transisi menuju Net Zero Emission pada tahun 2060, minyak dan gas akan terus memainkan peran penting dalam mengamankan pasokan energi, khususnya di bidang transportasi dan pembangkit listrik,” ujar Arifin pada pembukaan Indonesia Petroleum Association Conference and Exhibition (IPA Convex) 2024 di Tangerang, Banten, Selasa, 14 Mei 2024.
Ia menambahkan, gas akan digunakan untuk menjembatani 100 persen penerapan pembangkit energi terbarukan. “Meskipun demikian, industri hulu migas harus menerapkan strategi penurunan emisi, termasuk penerapan teknologi energi bersih seperti CCS/CCUS (Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization and Storage),” ujar Arifin.
Untuk memenuhi kebutuhan migas, Arifin mengatakan bahwa saat ini Indonesia fokus pada upaya eksplorasi cekungan migas. “Indonesia masih menyimpan banyak cadangan migas yang belum dimanfaatkan. Dari 128 cekungan hidrokarbon, 68 di antaranya belum dieksplorasi,” kata dia.
Terkait dengan masa depan migas secara keseluruhan, Arifin merujuk pada laporan BP Energy Outlook yang menunjukkan total konsumsi akhir, termasuk minyak dan gas, yang mencapai puncaknya pada pertengahan hingga akhir tahun 2020-an dalam skenario Accelerated dan Net Zero.
"Sebaliknya, dalam skenario New Momentum, yang mencerminkan sistem energi dunia saat ini, total konsumsi akhir meningkat hingga sekitar 2040, setelah itu konsumsi energi mencapai titik stabil pada tahun 2050," ujarnya.
Arifin mengatakan, dalam tiga skenario transisi energi, yakni Accelerated, Net Zero, dan New Momentum, pemanfaatan minyak dan gas tetap dilakukan hingga 2050, meskipun penggunaan langsungnya menurun karena peningkatan efisiensi energi, penggunaan listrik, dan dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan.
Arifin menegaskan perlunya kolaborasi seluruh pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan pemenuhan energi di era transisi energi. "Saya ingin menekankan pentingnya meningkatkan kolaborasi dan kemitraan dalam menghadapi tantangan pemenuhan kebutuhan energi sekaligus mengurangi emisi," kata Arifin.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat sektor minyak dan gas di Indonesia masih menjanjikan. Hal ini terlihat dari adanya 21 Production Sharing Contract (PSC) kontrak bagi hasil baru yang ditandatangani sejak 2021.
Direktur Pembinaan Hulu Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Ariana Soemanto, mengatakan 21 kontrak tersebut mendapatkan komitmen eksplorasi sebesar Rp 4 triliun. Angka itu pun tidak termasuk Rp 11 triliun dari perpanjangan kontrak.
"Sehingga, total biaya eksplorasi sejak tiga tahun yang lalu telah mencapai Rp 15 triliun," kata Ariana di acara Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) 2024 pada Kamis, 16 Mei 2024, dikutip Tempo dari keterangan tertulis.
Ariana menuturkan 20 dari 21 kontrak blok baru yang ditandatangani sejak 2021, sebagian besar berada di Indonesia Barat. Karena itu, ia menyebut Indonesia Barat masih memiliki potensi besar. Di saat yang sama, kementeriannya juga menyiapkan blok-blok potensial dii Indonesia Timur.
Berikutnya: Penemuan Cadangan Gas Raksasa di Andaman Selatan
-
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Mubadala Energy mengumumkan penemuan gas dari sumur eksplorasi laut dalam Tangkulo-1 yang dibor di Blok South Andaman sekitar 65 km lepas pantai bagian utara Pulau Sumatera.
Ini merupakan temuan kedua yang bersumber dari sumur laut dalam Mubadala Energy. Adapun sumur Tangkulo-1 dibor hingga kedalaman 3.400 meter di kedalaman laut 1.200 meter, hanya beberapa bulan setelah penemuan besar di sumur Layaran-1, yang masih berada di Blok South Andaman.
”Atas nama SKK Migas, saya memberikan apresiasi atas keberhasilan Mubadala Energy yang kembali menemukan potensi gas di South Andaman, setelah sebelumnya pada tahun lalu menemukan gas melalui sumur Layaran-1 dengan potensi sebesar 6 TCF (trillion cubic feet) gas in place, sehingga potensi di South Andaman saat ini mencapai sekitar 8 TCF gas in place," ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Senin.
Ia mengatakan temuan ini menjadi dukungan positif bagi SKK Migas dan Industri Hulu Migas dalam mendukung ketahanan energi nasional.
Temuan ini, lanjut dia, menegaskan potensi Andaman yang besar sehingga diharapkan KKKS lain yang saat ini menjadi operator di blok lain di Andaman dapat melakukan eksplorasi yang agresif, serta industri midstream maupun downstream dapat sepenuhnya memanfaatkan produksi gas di blok-blok Andaman pada masa mendatang.
Gas ini ditemukan sekitar 80 meter kolom gas pada reservoar oligocene sandstone berkualitas pada sumur Tangkulo-1 yang telah dikonfirmasi melalui pengumpulan data selama pengeboran, termasuk mendapatkan 72-meter full core, wireline logging, sidewall core, pressure dan sampel fluida.
Dengan memanfaatkan desain terbaru Drill Stem Test (DST), sumur Tangkulo-1 sukses mengalirkan 47 MMSCFD gas berkualitas dan 1.300 barel kondensat. Walaupun hasil pengujian terbatas karena fasilitas yang tersedia, namun kapasitas sumur diperkirakan mencapai 80-100 MMSCFD dan lebih dari 2.000 barel kondensat.
CEO Mubadala Energy Mansoor Mohammad Al Hamid menjelaskan, penemuan ini menggambarkan blok South Andaman menjadi pemain energi dunia yang menjanjikan.
Mubadala Energy dengan 80 persen hak partisipasi di Blok South Andaman menjadi pemegang net areal terbesar di wilayah lepas pantai bagan utara pulau Sumatra.
Bersama dengan sumur layanan-1, penemuan ini menambah volume cadangan kontingen dan memberikan media untuk melanjutkan pertumbuhan organik di wilayah itu lewat eksplorasi dan appraisal selanjutnya.