KUDETA di Muangthai bukanlah satu-satunya berita dari sana.
Setidak-tidaknya bagi penelitian arkaeologi yang sedang
berjalan di Ban Chieng dan 36 ribu mil2 di sekitarnya, Muangthai
Timur Laut. Di sana, sudah 2 1/2 tahun lamanya berlangsung
penggalian yang tidak kalah pentingnya dengan penggalian bekas
istana & kuburan pemersatu Tiongkok, Ch'in Shih Huang Ti (TEMPO,
2 Oktober).
Di desa itu, sudah ratusan tahun penduduknya menemukan pot-pot
tanah liat yang digunakan sebagai wadah macam-macam. Baru tahun
1966, orang luar mulai 'mencium' pentingnya nilai pot-pot
prasejarah itu. Orang pertama itu adalah Stephen Young, putera
dubes AS waktu itu. Mahasiswa sosiologi Harvard itu
menghadiahkan beberapa pot pemberian penduduk Ban Chieng pada
Puteri Chumpot dari Narga Svarga. Sang puteri, selanjutnya
menyerahkannya ke Museum Nasional, Bangkok. Kagum melihat
pot-pot purba itu, seorang konsultan Ford Foundation mengirimkan
beberapa pot ke Museum Universitas Pennsylvania, AS.
Revolusioner
Analisa para ahli di Amerika itu memperlihatkan satu hal yang
mengejutkan: ternyata pot-pot itu, sudah berumur 5000 tahun.
Berarti benda kuningan yang ditemukan di dalam pot-pot itu,
kurang lebih sebaya dengan kuningan paling tua di Timur Tengah.
Penemuan itu merupakan hasil test themoluminisence yang baru
berkembang di akhir 1960-an. Jadi waktu itu hasilnya cukup
revolusioner, sebab dengan penyelidikan yang lebih konvensionil
disimpulkan bahwa pot-pot itu berasal dari tahun 1000 Sebelum
Masehi.
'Hadiah' pot purba dari penduduk Ban Chieng untuk Stephen Young
segera menarik minat para pemburu benda-benda antik, yang
berduyun-duyun datang ke desa itu. Tentara-tentara Amerika dan
CIA-nya segera mengangkut pot-pot itu dengan kendaraan
militernya ke Vientiane sebagai suvenir, atau ditimbun di
Bangkok dulu. Menurut B~angkok Post, 10 Agustus 1975, 30-ribu
potong diangkut dengan truk ke lapangan terbang Don Muang untuk
diterbangkan ke Eropa. Maka mulailah penyelundupan pot-pot Ban
Chieng secara besar-besaran. Baru 5 tahun kemudian, tahun
1972 PM Thanom Kittikhachorn -- yang tahun berikutnya
digulingkan mahasiswa -- melarang ekspor harta kekayaan
nasional Muangthai itu. Namun penyelundupan masih berjalan
terus. Terbukti dengan ditemukannya beberapa perhiasan kuningan
Ban Chien~ oleh polisi dalam sebuah taksi di Bangkok, September
1973.
Buat penduduk Ban Chieng, penyelundupan pot-pot ke luar
Muangthai ituÿ20ada juga berkatnya. Sebab meskipun dibeli dari
mereka dengan harga murah -- sekedar ongkos menggali -- toh
ada tambahan penghasilan sedikit bagi 1000 orang penduduk desa
miskin itu yang hanya hidup dari bertani ketan ~(khao nio) dan
ternak kecil. Tapi buat kepentingan ilmu pengetahuan, khususnya
penyelidikan metalurgi pra-sejarah, penyelundupan pot-pot dan
isinya itu merupakan satu kerugian besar. Hal itu baru disadari
setelah tulisan Theodore A. Wertime dalam majalah Science,
tahun 1973. "Umur kuningan yang ditemukan di Ban Chieng inl",
tulis Wertime, "merupakan tantangan utama terhadap anggapan
selama ini bahwa kuningan ditemukan di Asia Barat".
Sebuah artikel lain lagi mempertanyakan mata-rantai yang hilang
dalam jalur perdagangan timah ke Timur Tengah: meskipun
pedagang-pedagang Assyria (kini Turki) sudah memperdagangkan
timah tahun 3000 Sebelum Masehi orang belum tahu dari mana timah
itu berasal. Seperti diketahui, timah itu perlu untuk membuat
kuningan. Yang diketahui hanyalah sumber timah itu "di satu
tempat di Timur". Sementara itu tiga ahli lain, Dr W.F. Solheim
II, Dr. D.T. Bayard dan Dr Chester Gorman, hampir bersamaan
dengan "penemuan" Stephen Young menemukan benda-benda kuningan
yang musykil di dataran tinggi Korat dekat Ban Chieng.
Baru pada bulan Januari 1974 hampir 8 tahun setelah 'penemuan'
Stephen Young -- dimulai penggalian ilmiah di bawah pimpinan Dr
Gorman dari Universitas Pennsylvania AS dan Dr Pisit dari
Muangthai. Penggalian sedalam 3,50 meter, dibagi dalam tiga
lapisan berdasarkan umur artifak-artifak yang dite-mukan. Di
lapisan teratas, hanya ditemukan pot-pot bagus dari milenium
pertama, s/d tahun 200 Sebelum Masehi. Di lapisan kedua,
ditemukan poros-poros kuningan dan baja berkwalitas rendah.
Teknik pembuatan poros-poros kuningan itu lebih awal dari pada
yang sudah ditemukan di India dan Tiongkok, dan mirip dengan apa
yang ditemukan di Timur Tengah. Artifak-artifak ini berasal dari
periode s/d tahun 1500 Sebelum Masehi. Sedang di lapisan
terdalam, ditemukan ornamen-ornamen kuningan dengan perbandingan
tembaga: timah= 9:1, persis seperti kuningan masa kini.
Penggalian ini berasal dari periode tahun 3500 Sebelum Masehi,
atau 500 tahun sebelum kuningan serupa ditemukan di Timur
Tengah. Dan 1500 tahun lebih tua dari pada kuningan Pre-Shan,
Tiongkok.
Sementara itu, di sekitar tempat penemuan pot-pot pra-sejarah
itu banyak juga ditemukan sisa-sisa timah dan tembaga. Komentar
Dr Corman, 37 tahun menyaksikan hasil penggalian itu: "Setelah
100 tahun menggali di Timur Tengah, belum pernah ditemukan
bahan-bahan dari Zaman Kuningan sebanyak di tempat ini. Padahal
kita baru menggali beberapa tahun saja. Pokoknya, tidak ada
tempat lain di dunia yang begitu produktif untuk penelitian
metalurgi prasejarah seperti tempat ini". Makanya dia menyerukan
pada lembaga-lembaga PBB seperti Unesco, untuk mengawasi
lalu-lintas internasional artifak-artifak itu, membiayai dan
mengkordinasi penelitian lebih lanjut secara besar-besaran.
Walhasil, dari hasil penggalian sampai pertengahan tahun lalu
itu dapat disimpulkan bahwa:
þ kuningan yang ditemukan di Timur Tengah masih 500 tahun lebih
muda dari pada kuningan Ban Chieng. Jadi bukan Asia Barat yang
memperkenalkan kuningan ke Asia Tenggara, tapi sebaliknya.
þ Asia Tenggara, yang selama ini sering dianggap "daerah
terkebelakang" dalam penelitian kebudayaan pra-sejarah, ternyata
40 abad yang lalu sudah bermasyarakat, mampu menjinakkan
binatang, bertani, mengenal lapisan-lapisan sosial dan pertama
kali menguasai metalurgi kuningan.
þ kebudayaan Asia Tenggara ini malah lebih tua dari pada
kebudayaan India dan Tiongkok, yang selama ini dianggap pembawa
kebudayaan ke Asia-Tenggara (ingat istilah 'Indo Cina' dan
'Indonesia').
þ bijih timah dan tembaga, sudah dikenal di Asia Tenggara 35
abad yang lalu, terbukti dari tambang-tambangÿ20dekat Ban Chieng
sampai 36 ribu Mil2 sekitarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini