Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mengapa Banyak Di Jerman Barat?

Mahasiswa indonesia yang tercatat resmi di jerman barat kurang lebih 2700 orang. perhimpunan pelajar indonesia (ppi) belum bisa menyimpulkan dengan tepat alasan mahasiswa indonesia belajar di sana.

23 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEWAT kongsi penerbangan Garuda dari Amsterdarn, 102 mahasiswa anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Jerman Barat, awal September kemarin sempat libur di tanah-air. Tadinya, karena biaya perjalanan pulang-pergi mendapat potongan harga, fihak Garuda meminta agar paling sedikit rombongan berjumlah 150 orang. Namun maklumlah selain tidak semua mahasiswa melayu di sana berduit (biaya perjalanan dengan pesawat itu DM. 1210), kebanyakan di antara mereka minta agar jangka waktu tinggal di tanah-air paling sedikit tiga bulan, serta minta agar diperkenankan masing-masing pulang ke kampung halamannya. Target itu tidak tercapai. Namun panitia agaknya tidak kurang akal. Kabarnya sempat juga dikampanyekan tawaran untuk datang ke Indonesia kepada masyarakat Jerman di sana. Hasilnya, jumlah rombongan menjadi 172 orang. Tambahan orang-orang Jerman yang hampir separohnya itu tidak semuanya mahasiswa. Ada juga pekerja. Pokoknya, bisa ke Indonesia. 2.700 Orang Memang "acara pulang kampung" yang diorganisir PPI Jerman Barat itu memiliki program juga. Antara lain dalam rangka program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan rencana menghadiri seminar KNPI yang tadinya akan diselenggarakan tanggal 4-7 September kemarin. Program pertama, PPI telah keliling Jawa dan Bali ke beberapa Dewan Mahasiswa, mengadakan diskusi dan piknik tentunya. Sementara program untuk mengadakan seminar KNPI, tidak pernah terjadi karena kabarnya diundur. Ketua rombongan yang juga Ketua PPI Jerman Barat, Riza Tadjoedin sendiri tidak mengetahui dengan pasti, kenapa program yang satu ini juga gagal. "Ah percuma saja", keluhnya pendek. Karena ternyata kegagalan acara pulang kampung, selain barangkali memang programnya setengah matang, rombongannya pun cerai berai. Ada yang pulang kampung masing-masing, sementara orang-orang Jerman itu melakukan kegiatan sendiri-sendiri. Lebih banyak sebagai turis tentunya. Sehingga tidak heran bila acara diskusi mereka yang terakhir dengan DM-UI, dari masing-masing fihak hanya hadir beberapa gelintir mahasiswa saja. Rombongan PPI Jerman Barat itu kembali pertengahan Oktober baru lalu. Kenapa banyak mahasiswa Indonesia bersekolah di Jerman Barat? Negeri itu menurut catatan yang ada, merupakan tempat belajar mahasiswa Indonesia yang paling banyak. Di Lembaga Pendidikan Tinggi Jerman, jumlah mahasiswa Indonesia yang tercatat resmi ada 2.500 orang. "Tapi saya kira minimal ada 2.700 orang. Karena ketika lebih dari 100 perguruan tinggi di sana disurati, hanya 70% saja yang membalas", ujar Riza Tadjoedin. Lewat penelitian yang dilakukan PPI, dari sebanyak 8.832 orang Indonesia di sana, yang tercatat sebagai mahasiswa sudah 2.778 orang. Selebihnya, 1.700 merupakan pekerja, 595 golongan anak-anak, sisanya sebanyak 3.759 orang masih belum dapat ditentukan coraknya. Dari penelitian lewat angket itu, kemudian memang ketahuan motif kedatangan pelajar Indonesia itu ke Jerman Barat. Dari jawaban yang masuk, hampir separohnya memberikan alasan kemajuan teknologi di negeri itu sebagai pendorong kedatangannya ke sana. Sekitar 307O karena merasa di negeri itu bisa belajar sambil bekerja, 17% karena mendapat biaya dari orang tua, 15% karena pengaruh berita tentang negeri itu. Selebihnya, mereka yang mendapat beasiswa atau yang dikirim pemerintah RI. Kemudian memang diketahui bahwa ada sebanyak 6670 di antaranya memilih disiplin teknik: jurusan mesin, arsitektur, sipil, elektro, kimia teknik dan perancangan industri (Industrial Design). Kemudian menyusul disiplin ekonomi dan kedokteran, selain terdapat juga mereka yang memilih jurusan kosmetik. Namun tentu saja beberapa alasan itu, kini perlu diteliti lebih lanjut lagi. Paling tidak kebenarannya perlu dicocokkan dengan perkembangan dewasa ini yang terjadi di negeri tersebut. Misalnya tentang kemungkinan bekerja bagi orang asing di negeri itu yang dewasa ini semakin sulit, atau keterbatasan pengertian orang tua tentang kemungkinan belajar di Jerman Barat. Sehingga dalam analisa terhadap jawaban angket tersebut, flhak PPI berpendapat belum bisa menarik kesimpulan yang tepat, kenapa pelajar Indonesia mesti sekolah di Jerman Barat. Bekerja Di Mana? Tapi lepas dari motif apapun, para mahasiswa yang kebanyakan merencanakan tinggal di Jerman Barat rata-rata antara 5 sampai 8 tahun itu (ada juga yang merencanakan tinggal sampai 10 tahun), banyak juga yang menginginkan bila kembali kelak akan bekerja di lembaga pemerintah. Di antara 107 yang ditanyai, ada 31 orang yang ingin bekerja dipemerintahan. 31 lainnya ingin bekerja di swasta, 28 ingin berusaha sendiri, sedangkan sisanya, 17 orang ingin menjadi dosen di perguruan tinggi. Angket itu juga menanyakan tentang perubahan pandangan atau fikiran dalam bidang politik. Dari jumlah itu, 38 di antaranya menyatakan di bidang ini mereka berubah. 60 orang mengemukakan pandangan sosialnya berubh, dan 50 orang mengemukakan pandangan kemahasiswaannya berubah. Menurut analisa PPI, perubahan dalam hal ini tidak dapat disamakan dengan anti terhadap nilai dan konstelasi politik yang ada di Indonesia dewasa ini. Sebab perubahan itu bisa juga diartikan sebagai pergeseran pada prefensi nilai. Malahan juga bisa berbalikan dengan perubahan yang bersifat anti, misalnya dengan mengerti setelah melihat dengan lebih kritis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus