Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Pemerintah akan menerapkan penggunaan Biodiesel B40 per 1 Januari 2025. Kadar biodieselnya naik dari yang sebelumnya 35 persen atau B35. “Artinya ada beberapa sifat kurang baik di biodiesel akan naik juga,” kata dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Sabtu 30 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepada Tempo, dosen dari kelompok keahlian konversi energi itu menunjuk beberapa faktor yang dimaksudnya. Pertama, terkait dengan penyerapan uap air. Pada Biodiesel B35, kadar air naik 1,01 ppm (part per million) per hari. Sedangkan pada B40, kenaikan kadar airnya pada bahan bakar menjadi 1,54 ppm per hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, Tri menjelaskan, kenaikan kadar air itu tidak masalah di tangki truk BBM yang muatannya cepat habis terjual. Begitu pun biodiesel di tangki kendaraan yang sering isi ulang. “Volumenya kan kecil, kenaikan kadar airnya kecil juga,” ujarnya.
Dia hanya mengingatkan bahwa percampuran air dengan bahan bakar minyak menghasilkan emulsi yang menjadi tempat tumbuhnya bakteri, jamur, dan lain-lain sehingga muncul gel. Jika diisap pompa bahan bakar, gel itu bisa menyumbat di penyaring atau filter. "Akibatnya, daya yang dihasilkan mesin akan menurun karena pasokan bahan bakarnya berkurang."
Potensi kerugian dari B35 menjadi B40 juga terkait dengan kotoran hasil oksidasi yang pada filter berupa jelaga atau endapan basah hitam. Pada alat berat jadi bakal lebih sering ganti filter. “Kemudian konsumsi bahan bakarnya jadi lebih boros karena nilai kalor biodiesel B40 lebih rendah daripada B35,” ujar Tri. Pada kendaraan yang biasa sekali mengisi biodiesel B35 untuk sepekan, dengan B40 ditaksir bakal berkurang sehari.
Lalu, Tri menambahkan, pada injector saat mesin kendaraan dimatikan, sisa bahan bakarnya di ruang bakar yang panas menjadi deposit kotoran karena kadar biodieselnya naik. Akibatnya, pasokan bahan bakar ke ruang bakar akan berkurang sehingga menurunkan daya mesin. “Ketika kecepatan kendaraan turun, sopir akan menginjak gas lagi sehingga suplai bahan bakar akan bertambah dan emisinya akan naik termasuk emisi partikulat,” tuturnya.
Namun begitu, menurut Tri, biodiesel punya kemampuan melarutkan kotoran di tangki dan pipa yang lebih baik saat ini. Sehingga penggunaan B40 tidak akan seperti saat kendaraan bermesin diesel yang dulu pertama kali menggunakan B5. Saat itu kotoran di pipa, tangki, banyak yang rontok sehingga menyumbat di filter hingga penyaring harus diganti beberapa kali sebagai solusi masalahnya.
Tri mengatakan, pengguna kendaraan sebaiknya menggunakan tambahan aditif pada biodiesel yang dicampur pada bahan bakar. Tujuannya supaya permasalahan terkait Biodisel B40 tersebut bisa diatasi. Takaran bahan aditifnya 0,5 cc per liter biodiesel.
Pilihan Editor: Air Tanah Terus Disedot Bikin Bumi Jadi Miring?