Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kupang - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiapkan dana sekitar Rp 16,4 miliar untuk kebutuhan logistik pengungsian korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ada juga Rp 1 miliar lainnya yang dipakai untuk operasional bantuan selama masa darurat pasca-erupsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sambil menyerahkan bantuan, Kepala BNPB, Suharyanto, sempat mengunjungi pengungsian pada Selasa kemarin. Dia mampir di Desa Bokang yang menampung 606 jiwa, Desa Konga yang menampung 1.219 jiwa, serta Desa Lewolaga yang menampung 647 jiwa. Karena Bandara Larantuka ditutup, Suharyanto dan rombongannya menjangkau lokasi lewat jalur darat dan laut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami berangkat dari Lombok, lalu menggunakan kapal dari Lembata ke Larantuka,” ujar Suharyanto melalui keterangan tertulis pada Rabu, 6 November 2024.
Lantaran masih ada risiko erupsi, Suharyanto mengimbau masyarakat menghindari area dalam radius 7 kilometer dari puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki. Sebagian masyarakat diminta mempertimbangkan relokasi hunian.
"Gunung tidak bisa dipindah, maka kita yang harus pindah demi keselamatan anak cucu kita," ucap Suharyanto.
Dana dari BNPB nantinya bakal dioptmalkan untuk kebutuhan utama di pengungsian, mulai dari makanan, minuman, air bersih, tempat berlindung, pakaian, dan susu bayi. Suharyanto juga menjanjikan pembangunan rumah bagi warga lokal yang terdampak.
Saat ini tim BNPB meminta masyarakat di Flores Timur mewaspadai ancaman banjir lahar, khususnya di kawasan Dulipali, Padang Pasir, dan Nobo. Meski sedang tidak ada hujan di hilir tidak terjadi hujan, area-area tadi tetap berisiko dilanda banjir lahar dingin.
Setelah rangkaian erupsi yang menewaskan 10 orang pada Senin, 4 November lalu, pemerintah masih menetapkan status Awas untuk Gunung Lewotobi Laki-Laki. Badan Geologi sempat menemukan indikasi sumbatan pada aliran magma gunung api tersebut.
Indikasinya adalah peningkatan aktivitas gempa namun penurunan erupsi pada 1 dan 2 November. Ada pula tremor dalam tapi tidak terlihat secara visual. “Ada aktivitas letusan tapi cenderung mengecil dan bahkan semacam ‘hidden’, justru kami curiga ada penyumbatan,” kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, sebelumnya.