Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Chip Penawar Air Laut

30 September 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KRISIS air bersih tidak hanya terjadi di Indonesia. Masalah itu, menurut Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon, kini terjadi di setiap negara. "Kebutuhan penduduk dunia akan air minum meningkat tak sebanding dengan kemampuan alam untuk kembali memproduksinya. Jika didiamkan, ini akan menjadi bencana bagi semua," kata Ban Ki-moon dalam pidato acara Hari Internasional Keanekaragaman Hayati, 22 Mei lalu, di Wina, Austria.

Isu tentang air bersih layak minum mengemuka dalam pertemuan tahunan organisasi negara sedunia itu. Meski air mudah terbarukan, daur bersihnya kini terganggu lantaran kerusakan ekosistem dunia yang kian parah. "Rusaknya keanekaragaman hayati dunia sudah mencapai tingkat kritis, sehingga mengganggu siklus suplai air bersih," ujar Irina Bokova, Direktur Jenderal UNESCO—badan PBB yang mengurusi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan.

Pemanfaatan air laut demi memenuhi kebutuhan air minum manusia kemudian menjadi harapan. Masalahnya, teknologi untuk mengubah air laut agar bisa diminum seperti reverse osmosis masih sangat mahal.

Beruntung, baru-baru ini kabar baik datang dari kolaborasi ilmuwan Universitas Texas, Amerika Serikat, dan Universitas Marburg di Jerman. Mereka berhasil mengembangkan sebuah prototipe chip yang dapat menyaring air garam menjadi air tawar secara mudah dan murah.

Para ilmuwan itu menggunakan metode elektrokimia, yakni memisahkan garam dari air dengan bantuan medan listrik. Yang dibutuhkan cuma sekeping chip dan baterai bertegangan 3 volt—setara dengan dua baterai ukuran AA jika dirangkai secara seri.

Cara kerjanya sederhana. Siapkan chip berelektroda itu, sambungkan ke baterai, lalu tempatkan dalam setiap percabangan kecil dari sebuah saluran air. Selesai.

Tony Frudakis, pendiri Okeanos Technologies, yang merupakan pemegang paten temuan ini, menjelaskan, ketika saluran mulai dialiri dan chip terkena air garam, otomatis akan tercipta medan mag­net di sekitarnya. Medan magnet ini kemudian membentuk zona penyusutan ion, yang memungkinkan garam dengan sendirinya terpisahkan dari air dan jatuh ke saluran yang berbeda dengan air. Dengan demikian, kandungan garam dari air asin yang melewati medan listrik itu akan berkurang.

Sejauh ini, teknologi itu baru berhasil "menyaring" air laut hingga tingkat desalinasi 25 persen. Padahal, agar air itu layak dan sehat diminum, kadar garamnya harus berkurang sedikitnya 99 persen. Namun Richard Crooks, ketua tim peneliti, optimistis mereka dapat mencapai target itu. Tim ini tengah menunggu hak paten untuk teknologinya, yang mereka ajukan melalui Okeanos Technologies.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus