Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyakit jantung menjadi ancaman serius bagi masyarakat Indonesia. Kurangnya perawatan kesehatan jantung menjadi penyebab utama timbulnya penyakit ini. Jumlah dokter spesialis dan fasilitas pemeriksaan jantung di Indonesia yang terbatas menambah besar ancaman.
Menurut Wisnu Jatmiko, peneliti dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, distribusi dokter spesialis jantung, yang jumlahnya sekitar seribu orang, tidak merata. "Sebagian besar di Pulau Jawa, terutama Jakarta. Peralatannya juga terbatas," kata Wisnu pada Selasa pekan lalu.
Untuk membantu mengatasi masalah tersebut, para peneliti di Fakultas Ilmu Komputer UI mengembangkan perangkat deteksi dini penyakit jantung. Alat yang diberi nama E-Cardio ini bekerja seperti elektrokardiogram (EKG) di rumah sakit untuk memantau dan merekam denyut jantung.
Ukurannya kecil dan ringkas dengan panjang 25 sentimeter dan tinggi 10 sentimeter. Di dalamnya tertanam sistem algoritma cerdas buatan para peneliti UI. Alat ini didesain untuk dipasang di puskesmas yang jauh dari kota. "Untuk membantu masyarakat yang kesulitan mengakses dokter spesialis," kata Wisnu, peraih Habibie Award 2015, yang mendapat gelar doktor di Universitas Nagoya, Jepang.
Wisnu dan koleganya merancang E-Cardio sejak tiga tahun lalu. Perangkat ini terdiri atas sensor berbasis EKG, aplikasi e-Health untuk telepon pintar, dan server untuk menyimpan data. E-Cardio masuk daftar 108 Inovasi Nasional yang diumumkan pada Oktober tahun lalu. Hak ciptanya didapat pada 2014 atas nama universitas.
E-Cardio bekerja dengan mengambil sinyal detak jantung lewat elektrode yang ditempelkan di pergelangan kedua tangan dan salah satu kaki. "Ditempelkan di tiga titik untuk menjaga akurasi detektor denyut jantung," kata Novian Habibie, asisten riset di Fakultas Ilmu Komputer yang turut mengembangkan E-Cardio setahun terakhir.
Di pasar, ada alat deteksi denyut jantung berbentuk jam tangan pintar. Tapi hasilnya terbatas karena hanya mengukur frekuensi denyut jantung dan tak dapat memberikan gambaran model denyut jantung. Padahal yang dibutuhkan adalah kurva naik-turunnya detak jantung. Sinyal detak jantung, dalam bentuk besaran voltase listrik, ditampilkan di monitor di perangkat E-Cardio. Data lalu dianalisis apakah normal atau ada kelainan jantung.
Menurut Dewa Made Sri Arsa, peneliti lain di Fakultas Ilmu Komputer, data tersebut juga bisa direkam dan disimpan di server. "Hasilnya akan diverifikasi ke spesialis jantung," ucap Made, yang juga terlibat dalam riset sistem ultrasonografi (USG) jarak jauh. Perangkat USG ini juga disokong aplikasi untuk telepon pintar.
Sistem perekaman data dalam E-Cardio memudahkan tenaga medis mengirimkan data ke dokter lewat Internet. Data bisa diakses melalui aplikasi yang dipasang di telepon pintar. Lewat aplikasi itu, dokter akan memberi saran medis. Hanya, lantaran koneksi Internet di Indonesia kurang baik, Wisnu melengkapinya dengan sistem kompresi data.
E-Cardio hanyalah alat bantu untuk mendeteksi kelainan jantung. Pasien dan petugas medis yang memakai alat ini tetap harus berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung. Keputusan akhir penanganan medis, kata dia, tetap ada di dokter.
Tahun ini, para peneliti E-Cardio bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran UI melakukan tes kepada pasien setelah mendapatkan sertifikat uji klinis alat. Sejauh ini Wisnu dan koleganya lebih banyak menguji E-Cardio menggunakan simulator denyut jantung. "Data mereka yang memasok, alat kami yang membuat," kata Wisnu.
1.Elektrode ditempelkan di pergelangan kedua tangan dan salah satu kaki.
2.Sinyal yang ditangkap elektrode ditampilkan di monitor. Sistem E-Cardio mencocokkan pola kurva dengan data kelainan jantung yang dimiliki. Data dan kurva denyut jantung direkam dan diubah menjadi data digital.
3.Data digital dikirim ke telepon pintar secara nirkabel lewat Bluetooth.
4.Data diakses via aplikasi di telepon pintar dan disimpan di server.
5.Lewat aplikasi, data bisa dikirim ke dokter spesialis atau rumah sakit rujukan untuk mendapatkan rekomendasi medis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo