Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagaimana material letusan gunung api bisa menyuburkan tanah? Peneliti yang juga guru besar bidang Ilmu Tanah di Universitas Andalas, Dian Fiantis, menunjukkannya lewat hasil analisa terbaru yang dilakukannya di Gunung Marapi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dian menganalisa kandungan dalam 40 sampel abu vulkanik gunung api itu di laboratorium. Peneliti yang dikenal sebagai pemburu abu vulkanik di Indonesia ini mengumpulkan sampelnya sejak erupsi Marapi pada Desember lalu hingga yang terbaru pada Februari ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasilnya, Dian mendapati kalau abu Gunung Marapi memiliki pH atau tingkat keasaman 5,50 hingga 7.00. Kisaran ini disebut Dian baik bagi tanaman, sebab struktur hara tanah yang ideal dan membuat tanaman subur mensyaratkan derajat keasaman tanah harus berada di rentang 5,5 hingga 6,5.
Dian juga menganalisis kandungan lainnya dalam abu vulkanik Gunung Marapi selama erupsi terjadi. Di antaranya kadar CaO (kalsium oksida) 10-17 persen, MgO (magnesium oksida) 0,1-1,9 persen, K20 (kalium oksida) 3,26-5,23 persen, P2O5 (fosfor pentoksida) 1.91-5,89 persen dan SO3 (sulfur trioksida) 0,71-13,50 persen.
"Inilah nanti yang akan disumbangkan alam ke tanah untuk kesuburan pertanian masyarakat, tanpa perlu diolah lagi, sudah bisa menjadi pupuk alami dan subur, bahkan tingkat kesuburan tanah yang tercampur abu vulkanik itu, terbaik di dunia," tutur Dian saat dihubungi, Selasa, 13 Februari 2024.
Pulau Gunung Api Bisa Lebih Subur Lagi
Kandungan lain yang ditemukan Dian terdapat di abu vulkanik Gunung Marapi adalah SiO2 atau silika oksida. Kadar senyawa yang terbentuk dari atom silikon dan oksigen ini berada di bawah 50 persen dan masuk kategori basaltik.
Warga mengendarai motor saat Gunung Marapi mengeluarkan abu vulkanik saat erupsi di Batang Silasiah, Nagari Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat, Jumat, 19 Januari 2024. Pemerintah setempat menetapkan status siaga darurat hingga 24 Januari 2024 agar bisa memaksimalkan penanganan warga yang berada di zona bahaya Gunung Marapi. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Dian menerangkan, semakin rendah kandungan silika oksida maka kandungan anorganik seperti CaO, MgO, K20, P2O5 dan SO3 semakin tinggi. Kondisi ini menjadikan tanah semakin subur lagi--jika abu vulkanik itu sampai ke tanah. "Biasanya gunung yang memiliki silika oksida rendah adalah gunung di lautan, semisal di Hawaii. Kalau kita tidak ada, normal saja," kata Dian.
Cara Alam Jaga Kesuburan Tanah
Itu sebabnya, Dian berharap masyarakat tidak membenci abu vulkanik yang dimuntahkan saat terjadi erupsi Gunung Marapi, ataupun gunung api lainnya di Indonesia. Sebab, menurutnya, fenomena alam seperti itu adalah bentuk kesadaran alamiah dari alam menjaga kesuburan tanahnya.
Guru Besar di Universitas Andalas, Dian Fiantis. Foto : Unand
Namun yang perlu diperhatikan masyarakat sekitar terdampak erupsi, kata Dian, dari segi kesehatan pernapasan. Juga menjaga bahan pokok makanan supaya tidak terpapar abu vulkanik.
Bila sebaran abu vulkaniknya tipis, Dian menyarankan, ladang dan sekitar pemukiman, bisa dibersihkan dengan air saja. Tapi bila abunya cukup besar, maka patut diwaspadai dan jangan sampai terkena tubuh atau terkumpul di atap rumah.
"Saya selalu melakukan edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa bila diolah dengan baik, abu vulkanik ini bisa jadi pupuk alami yang sangat berguna," ucap Dian.
Pilihan Editor: Daftar 7 Website untuk Melaporkan Kecurangan Pemilu 2024