SONY memang unggul dalam soal menghibur orang di jalanan. Hampir sepuluh tahun silam, perusahaan raksasa Jepang itu melahirkan walkman tape recorder, dan meledak di pasaran. Lebih dari 30 juta unit model ini terjuak Agaknya, Sony ingin mengulang sukses itu tahun ini dengan meluncurkan video alkman ke pasaran. Video walkman ini, seperti pendahulunya, juga berukuran kecil dan ringan, sekitar 13 X 6,7 X 21 cm, dengan berat 1,1 kg. Bila batere dan kaset dimasukkan, bobotnya menjadi tak lebih dari 1,3 kg. Tak merepotkan untuk ditenteng ke mana-mana. "Orang bisa menikmati video itu di taman, kereta api, atau di mana pun dia suka, dan kapan saja," ujar Masaaki Morita, bos Sony Corporation Amerika. Sony memberi nama personal video untuk walkman bergambar itu. Generasi pertama yang dilempar ke pasar adalah model GV-8. Personal video dari Sony itu tidak pula manja. Tak ada batere, listrik atau aki pun bisa dipakai sebagai sumber tenaga oleh GV-8 itu. Hanya saja, konsumsi baterenya agak rakus. Dalam satu jam dia memerlukan enam buah batere alkali ukuran kecil. Namun, jenis batere NP-77, yang bisa di-charge kembali, kabarnya tahan dipakai sampai 100 menit. Layar mini dengan panel LCD (liquid crystal display) pada GV-8 mampu memberikan gambar yang jernih. Kendati kecil, berdiagonal 8 cm, personal video itu punya kapasitas 92.160 elemen gambar. Kualitas suaranya cukup lumayan, tidak kalah dengan pendahulunya, tape walkman. GV-8 bisa berperan ganda: untuk memutar kaset video, dan sekaligus menerima siaran TV. Acara televisi pun, bila diinginkan, bisa langsung direkam di dalamnya. Rekaman disimpan dalam kaset yang berpita selebar 8 mm. Model GV-8 itu bisa diperintah kapan harus merekam siaran TV tanpa harus ditunggui. Rupanya, personal video itu dilengkapi pula dengan komputer mini, yang bisa menyimpan dan meneruskan perintah. Komputer itu tentu bisa diprogram, untuk merekam siaran sepak bola dinihari, misalnya. Tentukan waktu kapan dia harus merekam, dan saluran tivi mana yang mesti diikuti. Tak sulit menyampaikan perintah itu. Tersedia panil khusus untuk memasukkan instruksi. Setelah semuanya beres, GV-8 boleh ditinggal tidur. Pada jam yang telah ditentukan, GV-8 secara otomatis akan menyala, dan berperan sebagai pesawat tivi. Dia akan mengikuti siaran tivi pada jalur yang telah ditentukan: Pada saat yang sama, sistem perekam pada pesawat itu akan langsung bekerja. Hasil rekaman sepak bola itu bisa ditonton esok paginya di dalam mobil, atau kereta, sambil berangkat ke tempat pekerjaan. Bila khawatir mengusik orang lain manakala diputar di tempat umum, suara dari pesawat ini bisa didengarkan lewat headphone. Model GV-8 sanggup merekam terus-menerus selama empat jam, tanpa memerlukan seorang operator pun. Yang perlu diingat, bila hendak melakukan perekaman lebih dari satu jam, GV-8 memerlukan sumber tenaga yang awet: aki atau listrik, bukan tenaga batere. Program yang ada pada video walkman itu hanya sanggup melayani perintah maksimum 24 jam ke depan. Personal video oleh Sony ditawarkan dengan harga 128 ribu yen, atau sekitar Rp 1,6 juta. Memang, bisa lebih mahal dibanding video ukuran besar tanpa tivi. Bulan Agustus nanti, GV-8 itu akan serentak memasuki pasaran Jepang dan Amerika. Sony tampak optimistis bahwa produk barunya itu bakal mampu menembus pasar. "Personal video akan diperlukan sebagai hiburan di tengah kehidupan kita yang sibuk ini," kata Masaaki Morita. Untuk sementara waktu, baik di Jepang maupun Amerika, memang belum banyak beredar film cerita yang direkam dalam kaset 8 mm. Namun, Sony punya rencana hendak membeli hak edar film-film cerita dan pertunjukan musik untuk di-copy-kan pada kaset video 8 mm. Perusahaan raksasa itu bahkan mengajak perusahaan pers untuk mem-videokan maialah. Ajakan itu ternyata mendapat sambutan hangat dari Kodansha, sebuah perusahaan penerbitan besar di Jepang. September nanti, insya Allah Kodansha akan mulai menerbitkan majalah video dwibulanan, pada pita 8 mm, dengan waktu putar 30 - 40 menit. Sebagai ancer-ancer, Kodansha hendak memberikan nama Hot Dog Press untuk majalah video yang mungkin pertama di dunia itu. Majalah itu sasarannya adalah ibu-ibu dan remaja putri. Isinya? "Fashion dan masakan. Keduanya sulit dijelaskan dengan huruf," tutur juru bicara Kodansha. Budaya video, kendati kini telah merambah hampir ke seluruh dunia, sesungguhnya merupakan produk teknologi yang relatif baru. Alat penghibur elektronik itu baru meluncur ke pasar pada pertengahan tahun 1970-an. Dalam soal video ternyata Sony jugalah kampiunnya. Video generasi pertama yang paling berhasil menembus pasar adalah Sony Betamax VCR (video cassette recorder). Sony Betamax mulai memancangkan kejayaannya di pasar Amerika danJepang pada akhir 1975. Video serta-merta tumbuh menjadi ladang bisnis yang subur. Dalam waktu lima tahun, ada 20 perusahaan raksasa yang bersaing keras di bidang itu, dengan menawarkan tak kurang dari 60 model VCR. Omset penjualan pada tahun kelima, di seluruh dunia tercatat US$ 1 milyar. Persaingan antara Sony dan Matsushita melahirkan dua tipe video: Beta dan VHS. Dari segi kualitas teknis, keduanya seimbang. Agaknya, strategi pasarlah yang menghendaki kaset hasil kopian pada mesin Beta tak bisa diputar di VHS, juga sebaliknya. Yang jelas, keduanya berhasil memaksa produk lain mengikuti salah satu dari kedua tipe itu. Cuma, belakangan, tipe VHS lebih luas penggunaannya di seluruh dunia, meski di Indonesia, Beta masih merajai. Keberhasilan kaset video itu kemudian diikuti oleh masuknya video disc, yang dipelopori oleh Philips di awal 80-an lalu. Perusahaan Belanda kala itu menawarkan Magnavision, generasi pertama video disc. Belum sempat Magnavision berkibar, perusahaan Jepang Pioneer meluncurkan laser disc, yang membuat video Belanda keteter. Persaingan barang-barang serba-video makin hari makin seru. Setelah video rumahan memasyarakat, berbagai model kamera video melambai-lambai di pasar. Lantas datanglah kini era video walkman. Seiichi Okawa (Tokyo) dan Putut Tri Husodo (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini