Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Disket Optik Berbahan Jagung

26 Oktober 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Sanyo Electric Co., Ltd. telah merancang disket optik dari polimer berbahan baku jagung. Meski berbahan jagung, kekuatan disket ini sekukuh disketplastik. Disket jagung juga punya kelebihan: jika dibuang, bisa terurai secara biologis.Mengklaim sebagai penemu pertama, Sanyo akan memasarkan MildDisk—sebutandisket itu—Desember nanti.

Ryan Watson, juru bicara Sanyo, menjelaskan disket itu dirancanguntuk mengatasi kesulitan pembuangan disket plastik. Jika dibakar, plastikmengeluarkan gas beracun ke atmosfer. Ini bisa memicu penyakit dan pemanasan global.Jika dikubur, plastik juga tidak hancur. Ini pun bisa menjadi masalah bagigenerasi mendatang. MildDisk, kata Watson, rusak setelah 50 sampai 100 tahun.Materinya akan hancur menjadi air dan karbon dioksida. "Dengan masa hancur yangcukup lama, pengguna MildDisk juga tak perlu khawatir kehilangan informasi didisketnya," ujarnya.

Proses produksi disket dimulai dengan mengubah jagung menjadi asampolylatic. Caranya, jagung digiling untukmemisahkan kanjinya, lalu diproses untuk mendapat dekstrosa yang tak tersaring. Memakaiproses fermentasi yang mirip proses produksi bir, dekstrosa dikonversi menjadi asamlaktat. Selanjutnya, asam diubah menjadi polimer bahan dasar disket. Untuk prosespengolahan ini, Sanyo bekerja sama dengan Japan's Mitsui Chemicals.

Untuk produksi sebuah disket optik berukuran 4,7 inci, rata-rata diperlukan 85biji jagung berbobot biji setengah gram. Satu tongkol jagung ukuran rata-rata bisamenghasilkan sepuluh keping disket. Asosiasi Media Rekaman Internasional(International Recording Media Association, IRMA) memperkirakan permintaan disketdunia sekitar 9 miliar keping per tahun. Produksi jagung dunia, menurut perkiraanDepartemen Pertanian Amerika, mencapai 600 juta ton. Jadi, untuk memenuhipermintaan disket, hanya diperlukan sekitar 0,1 persen produksi jagungdunia.

Dalam tahap awal, Sanyo hanya berfokus pada pembuatan disket untuk industriprarekam, seperti CD musik, video CD, atau CD-ROM. Saat pemasaran akhir tahunini, disket kosong MildDisk akan dijual dengan harga tiga kali harga disket plastik.Sanyo memperkirakan harga produknya akan berkurang hingga 1,2 kali lipat begituproduksinya menjadi berskala besar.

Keliling Bumi tanpa Henti

Virgin Atlantic, perusahaan penerbangan internasional saingan terbesar British Airways,mengumumkan peluncuran pesawat pertama berpilot tunggalyang bisa mengitari bumi tanpa henti—meski sekadarmengisi bahan bakar. GlobalFlyer, nama pesawat itu,berbentuk mungil dan ramping. "Seperti Concorde, GlobalFlyerakan tampak rapi dan ramping, tapi pesawat inisuper-irit bahan bakar," kata pemimpin Virgin Atlantic, SirRichard Branson, saat acara peluncuran pesawat itu diLondon pekan lalu.

Dengan bobot maksimum 22.066 pon—bobotkosongnya hanya 3.577 pon—pesawat itu memiliki 17 tangki bahanbakar. Ruang kokpit sepanjang 7,7 kaki (2 meter lebih)cukup untuk tempat pilot berbaring serta menyimpanmakanan, air, dan perlengkapan pribadi lainnya.

GlobalFlyer akan lepas landas tahun depan.Pesawat bersandi Model 311 itu dirakit Scaled Composite diMojave Desert, Amerika Serikat. Perancangnya Burt Rutan,mantan perancang Voyager—pesawat berpilot dua ciptaantahun 1986. GlobalFlyer akan terbang pada ketinggian 45ribu kaki (sekitar 13,5 kilometer), menempuh jarak 40ribu kilometer, dengan kecepatan 250 knot atau sekitar 440kilometer per jam.

GlobalFlyer akan diawaki Steve Fosset, temansejawat Branson dalam proyek pembuatan balon dunia. Padapesawat berpilot dua, saat satu pilot melakukannavigasi, mempertahankan komunikasi dengan darat, danmengalihkan bahan bakar, pilot lainnya bisa beristirahat.Sebagai pilot tunggal, Fosset akan melakukan semuatugas tanpa istirahat. Pembuat GlobalFlyer dan mesinnyaakan merangkum data mutakhir yang bisa meningkatkanefisiensi pesawat. Menurut para komentator, terobosan inibakal membantu pengembangan pesawat komersialgenerasi baru yang lebih hemat.

Jendela Ajaib Pembuka Dunia

Orang berjarak ribuan kilometer bakal bisa saling melihat dan saling menyapa melalui"jendela raksasa". Jendela itu segera terpasang di beberapa kotadi Inggris mulai tahun depan. Perangkat utamajendela Tholo itu—dipinjam dari nama candi zaman Yunanikuno—terdiri atas layar lebar dengan tinggi 10 kaki(sekitar 3 meter) dan lebar 23 kaki (sekitar 7 meter).

Satu dari dua jendela ajaib pertama dunia akandipasang di jantung London. Jendela lainnya akan dipasang diWina, Austria. Struktur silinder Tholo memakai teknologiyang bisa mengirim dan menerima gambar bergerak secaraserempak. Orang di depan Tholo London akan bisa melihatpemandangan yang tertangkap layar Tholo Wina. Padasaat yang sama, adegan yang berlangsung di London bisaterlihat di ibu kota Austria. Warga bisa saling melihat danberbicara melalui seperangkat mikrofon dan pengerassuara. Adegan yang berlangsung mirip pertemuan di tengah kota.

Jika perizinan dan dana sponsor mengalir lancar, layar kembar Tholo akan beroperasi kuartal kedua tahun depan. Bahkan ada rencana ambisius. Sebelum 2008, jaringan Tholo akan tersebar di 16 kota Eropa dan sejumlah kota di Amerika Utara dan Asia. Untuk membangun satu layar Tholo, diperlukan biaya sekitar 1,4 juta pound (sekitar Rp 20 miliar). Meski biaya membangunnya mahal, akses publik tetap gratis. Biaya operasi akan diambil dari iklan, yang memakan 13 persen waktu tayang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum