Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Dosen Kelautan Unair Ingatkan Dampak Ekologis dan Sosial dari Tanggul Laut Raksasa

Pembangunan tanggul laut raksasa harus disesuaikan dengan karakteristik geografis suatu wilayah. Dosen Kelautan Unair ini sodorkan alternatif.

17 Desember 2024 | 18.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Surabaya - Pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall) terus didorong oleh pemerintah untuk menghadapi ancaman kenaikan air laut di pesisir utara Pulau Jawa. Pakar Kelautan Universitas Airlangga (Unair), Sapto Andriyono, mengingatkan bahwa proyek tanggul laut ini dapat memberikan dampak ekologis dan sosial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dampak ekologis adalah bakal berubahnya pola garis pantai. Sapto menyoroti pergerakan arus dan gelombang laut yang akan membawa sedimen dan menyebabkan peningkatan sedimentasi maupun abrasi. “Hal ini tentunya dapat menyebabkan perubahan lingkungan secara geografis,” kata dosen di Fakultas Perikanan dan Kelautan Unair itu, Selasa 17 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dampak sosial bagi masyarakat sekitar adalah melalui banyak tambak budidaya di pesisir. Tambak-tambak itu diprediksinya bisa bermasalah apabila pembangunan tanggul laut menggunakan fondasi yang dalam. "Itu dapat menyebabkan intrusi air laut atau naiknya salinitas air budidaya," katanya.

Sebagai solusinya, Sapto menekankan pentingnya dibangun kanal-kanal yang mengalirkan air tawar dari sungai menuju kolam-kolam budidaya tersebut. Menurut dia, “Belanda dan Kota Venesia di Italia sudah menerapkan kanal-kanal untuk menyalurkan peningkatan volume air.”

Sapto menambahkan, sejumlah daerah lain juga harus diperhatikan saat pembangunan tanggul laut raksasa dilakukan di suatu wilayah. Sebab, sebagian besar daerah di pantura rutin terdampak pasang air laut dan banjir saat musim hujan.

Rojali (53) warga Muara Angke berjalan di tengah banjir di kawasan Muara Angke, Jakarta, 16 Desember 2024. TEMPO/Ilham Balindra

Karena banyak risiko yang terjadi, Sapto pun memberikan solusi alternatif dari pembangunan tanggul laut raksasa. Dia menunjuk pemasangan pemecah gelombang berbentuk armor yang disebutnya dapat meredam energi dari gelombang menuju ke pantai. "Sehingga, potensi abrasi dan kenaikan air laut dapat diatasi," ujarnya.

Sapto menegaskan, pembangunan tanggul laut harus disesuaikan dengan karakteristik suatu wilayah. Tidak semua wilayah pesisir pantai utara Jawa, kata dia, memiliki karakteristik geografis yang sama. "Pada beberapa daerah dapat digunakan tanggul fisik dan beberapa daerah dapat menggunakan pemecah gelombang laut,” tuturnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus