Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (Unpad), Mansyur, menemukan lima jenis rumput kikuyu terbaik di pegunungan sekitar Bandung, Jawa Barat. Dari hasil risetnya, kandungan protein kikuyu tergolong tinggi, sekitar 18-22 persen, dan total kandungan nutrisi yang tercerna mencapai 65 persen. Terbukti sangat baik untuk ternak kuda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mansyur meracik 25 persen rumput kikuyu dengan 75 persen rumput gajah mott atau odot sebagai pakan kuda ternak. Racikan pakan itu, menurutnya, sanggup meningkatkan bobot kuda dan kekebalan tubuh hewan itu. Ahli tanaman pakan ternak itu fokus mengembangkan rumput sebagai pakan ternak potensial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, kikuyu dikenal sebagai rumput hasil impor dari Nigeria. Pencarian Mansyur mendapatkan varietas rumput kikuyu lokal di wilayah Jawa Barat.
Riset lalu dilakukannya dengan menggandeng PT Bio Farma. Perusahaan farmasi ini memerlukan serum dari kuda-kuda yang sehat. “Selama titter antibodinya masih tinggi, panen produksi serum dari kuda bisa lebih panjang,” ujarnya di laman Unpad, Kamis 20 Mei 2021.
Sejak 2019 jenis rumput untuk pakan kuda itu ditanamnya pada lahan seluas empat hektare per tahun dari sebelumnya yang sempat mencapai 10 hektare. Kawasan lahan dikelompokkan menjadi beberapa blok.
Dia mengubah total manajemen penanaman rumput. Caranya seperti mengubah cara penanaman, kesuburan tanah, menggunakan pupuk organik dan kapur, serta mengatur vegetasi. “Orang bilang saya gila karena menanam rumput seperti menanam kentang. Tanahnya saya traktor, lalu dimasukkan pupuk organik dan kapur,” kata Mansyur.
Terbukti metodenya menuai hasil. Setiap petak yang berukuran 100 meter persegi dapat menghasilkan 1,5 ton rumput kikuyu setiap panen. Kunci sukses penanaman dan hasil panen rumput itu menurutnya dari pupuk organik dari kotoran ternak.
Menurutnya, metode tanam rumput kikuyu itu bisa diterapkan di lahan peternakan kuda lainnya, sekaligus menjadi solusi pilihan ketika lahan penggembalaan sudah semakin sempit. “Kalau kita bisa mengoptimalkan peranan hijauan, petani bisa sejahtera, peternakan lebih maju,” kata Mansyur.