Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Hilangnya Penciuman Ikan

Keasaman laut mempengaruhi penciuman ikan untuk mendeteksi bau.

31 Juli 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Keasaman laut mempengaruhi penciuman ikan untuk mendeteksi bau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Indra penciuman ikan digunakan untuk menemukan makanan, habitat yang aman, menghindari predator, mengenali sesama, dan menemukan tempat untuk bertelur. Kehilangan indra ini dapat membahayakan kelangsungan hidup mereka. Faktanya, hal itulah yang terjadi saat ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa karbon dioksida (CO2) mempengaruhi kemampuan ikan untuk mendeteksi bau. Lonjakan kadar CO2 di atmosfer meningkatkan keasaman laut ketika gas itu larut dalam air, cara yang selama ini digunakan untuk melarutkan lapisan luar dari kerang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penelitian ini dipimpin Cosima Porteus, peneliti dari Universitas Exeter, Inggris. Hasil penelitian itu telah diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change, dua pekan lalu. "Ini studi pertama kali untuk meneliti dampak peningkatan CO2 di laut pada sistem penciuman ikan," kata Porteus.

Porteus dan timnya membandingkan perilaku ikan laut (seabass) dewasa di dalam air dengan kandungan CO2 saat ini dan prediksi untuk akhir abad. Hasilnya, seabass di perairan asam berenang lebih sedikit.

Selain itu, mereka cenderung tak merespons ketika menemukan bau pemangsa. "Ikan-ikan ini juga cenderung berdiam diri yang mengindikasikan kecemasan," ujarnya.

Para ahli di Universitas Exeter bekerja sama dengan para ilmuwan dari Pusat Ilmu Kelautan (CCMar, Faro, Portugal) dan Pusat Lingkungan, Perikanan, dan Ilmu Akuakultur (Cefas), yang juga menguji kemampuan penciuman ikan laut (seabass) untuk mendeteksi bau berbeda.

Mereka melakukannya dengan merekam aktivitas di sistem saraf. Hidung atau penciuman mereka pun terkena air dengan kadar CO2 dan keasaman yang berbeda.

"Perasaan bau seabass berkurang hingga setengahnya di air laut diasamkan dengan tingkat CO2 yang diprediksi terjadi pada akhir abad ini," kata Porteus. Sejak Revolusi Industri, kadar CO2 di laut meningkat 43 persen dan diprediksi menjadi dua kali lipat pada akhir abad ini.

Selain itu, Porteus melanjutkan, kemampuan ikan untuk mendeteksi dan merespons beberapa bau yang terkait dengan makanan dan situasi yang mengancam terkena dampak lebih kuat dibandingkan dengan bau lainnya. Hal ini dapat dijelaskan oleh air yang diasamkan dan bagaimana molekul bau mengikat reseptor penciuman di hidung ikan."

Meski hanya seabass yang dipakai dalam penelitian ini, proses yang terlibat dalam penciuman adalah umum untuk banyak spesies akuatik. Karena itu, Porteus menegaskan bahwa temuan ini harus diterapkan sangat luas.

"Kami ingin memeriksa apakah ikan memiliki kemampuan untuk mengkompensasi rasa penciuman yang berkurang. Namun, alih-alih meningkatkan ekspresi gen untuk reseptor bau di hidung ikan, mereka melakukan yang sebaliknya, memperburuk masalah," ujar Porteus.

Rod Wilson dari Universitas Exeter turut berkomentar perihal kondisi ikan dengan kadar CO2 lebih tinggi. Menurut Wilson, yang menarik adalah CO2 mempengaruhi hidung ikan secara langsung. "Ini menjadi tambahan akan dampak CO2 pada fungsi sistem saraf pusat ikan," kata Wilson.

Namun, Wilson melanjutkan, belum diketahui seberapa cepat ikan mampu mengatasi masalah ini ketika kadar CO2 meningkat. "Mengatasi dua masalah berbeda akibat CO2, bukan hanya satu, dapat mengurangi kemampuan mereka beradaptasi. Yang menarik, berapa lama waktu yang dibutuhkan," ucapnya. SCIENCE DAILY | INDEPENDENT | AFRILIA SURYANIS


Alur Pengasaman Laut

Pengasaman laut, yang disebabkan oleh peningkatan karbon dioksida di atmosfer, memiliki dampak merugikan bagi kehidupan laut secara global. Lautan saat ini sedang diasamkan sebagai hasil dari karbon dioksida (CO2) yang diproduksi oleh aktivitas manusia.

Peningkatan kadar emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil telah menyebabkan peningkatan eksponensial dalam jumlah bersih CO2 di udara.

Ketika lautan menyerap karbon dioksida atau CO2, perubahan kimia air laut dan air menjadi lebih asam.

Pengasaman laut menghabiskan air laut dari senyawa yang dibutuhkan organisme untuk membangun cangkang dan kerangka (karang, kepiting, bintang laut, dan plankton).

Saat mangsa hewan menderita, begitu juga hewan yang tak terhitung jumlahnya yang memakannya. Pengasaman laut bisa mengganggu seluruh ekosistem laut.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus