Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Hormatilah sapi

Gagasan m. gandhi di india, memanfaatkan kotoran sapi untuk dijadikan gas bio diikuti indonesia. dimulai di bali, bogor dst. kotoran sapi dicampur air menghasilkan gas untuk masak, ampasnya untuk pupuk.(ilt)

7 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAPI di Bali bukan hanya sumber tenaga penarik bajak. Tapi juga tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual kepada eksportir (karena eksportir di Bali tak memelihara sapi sendiri), serta pensuplai pupuk kandang secara gratis. Bukan itu saja. Kotoran sapi juga dapat "dicernakan" menjadi gas bio methane--CH4) sebagai bahan bakar untuk penerangan dan gas kompor. Gagasan yang telah digalakkan oleh almarhum Mahatma Gandhi di India, kini sudah mulai populer juga di Indonesia. Bermula di Bali, kemudian di Bogor, lalu dengan bantuan ITB diperkenalkan oleh Yayasan Dian Desa di pedesaan Yogyakarta. Dan paling akhir diperkenalkan oleh Proyek Pengembangan Masyarakat Pedesaan Universitas Brawijaya di desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang (Jawa Timur), yang baru diresmikan Oktober tahun lalu. Prinsipnya sederhana saja. Kotoran ternak bercampur air, disalurkan ke dalam tanki yang hampa udara. Di situ bakteri-bakteri anaerobic (yang bekerja tanpa bantuan udara) menguraikan gas metan dalam ampas-ampas hasil pencernaan di usus sapi. Melalui pipa atau keran, gas dapur itu dapat disadap dengan hati-hati, agar udara tak ikut menyelip ke dalam tanki pencerna (digester) itu. Adapun air bercampur kotoran ternak minus gas bio itu, masih dapat dimanfaatkan mengairi sembari memupuk kebun, pekarangan, atau padang rumput. Malah kalau sebelumnya disaring melalui kolam, plankton dalam kolam itu akan berbiak lebih subur, yang pada gilirannya menyuburkan populasi ikan, itik, dan . . . manusia. Penyesuaian ir. Baskoro Namun kalau mau dibatasi fungsi pencernaan tahi sapi itu sebagai pembangkit gas bio saja, juga bisa. Percobaan di Bandung dan Bogor memperlihatkan, bahwa sepasang sapi yang kotorannya dicernakan melalui dua bekas drum minyak, cukup untuk menyalakan kompor dan petromaks gas metan bagi satu rumah tangga desa. Tentu saja, kompor dan petromaks minyak tanah yang lazim digunakan harus diadaptasikan konstruksinya. Penyesuaian ini telah dilakukan pula oleh Tim PMD Unbraw yang dipimpin oleh ir. Baskoro Winarno. Jadi siapa yang berminat, silakan datang ke desa Tegalweru. Pokoknya, berbagai percobaan penyediaan "enerji tahi sapi" itu memperlihatkan banyaknya manfaat ternak ini. Hubungan harmonis--bahkan organis--antara manusia dan hewan pekerjanya itu, rupanya kurang disadari oleh Bupati Cirebon. Di sana, khususnya di Cirebon Selatan, kini kerbau yang masih sepupu sapi itu sudah punah. Sebabnya bermula dari instruksi bupati yang mau menghapus kebiasaan penduduk memparkir kerbaunya di kandang di sebelah rumah. Kebiasaan itu, dianggap tidak higienis dan tak cocok dengan ide rumah sehat yang ada di benak orang-orang pintar penasehat bupati. Maka kerbau-kerbau penduduk pun sore hari dikumpulkan di luar kampung, dan hanya dijaga bocah angon. Tahu-tahu, penyakit mulut & kuku (anthrax) menyerang kawanan kerbau itu, sehingga habislah ternak besar milik penduduk desa di Cirebon Selatan itu. Begitu dituturkan seorang pegawai PMD (Pembangunan Masyarakat Desa) dalam Lokakarya Teknologi Desa BUTSI (Badan Urusan Tenagakerja Sukarela Indonesia) di Jakarta, awal bulan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus