Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Ilmuwan Temukan Fosil Laba-laba Berekor di Myanmar

Di samping memiliki sifat laba-laba modern seperti struktur penghasil sutra yang disebut spinneret, fosil ini memiliki ekor berbulu tipis.

6 Februari 2018 | 17.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi laba-laba Chimerarachne yingi yang ditemukan terjebak dalam batu amber berusia 100 juta tahun di Myanmar. Kredit: Dinghua Yang/University of Kansas/Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Washington - Fosil seekor hewan sejenis laba-laba yang memiliki ekor ditemukan terjebak di dalam potongan batu ambar di Myanmar. “Ini adalah fosil utama untuk mengetahui asal-usul laba-laba,” ujar ahli paleontologi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Cina Bo Wang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fosil tersebut, kata Wang, kemungkinan merupakan laba-laba paling awal dan mengungkap adanya laba-laba berekor yang berasal dari paleozoik (era geologi yang berakhir 251 tahun lalu).

“Meskipun menakutkan, fosil laba-laba (Chimerarachne yingi) memiliki ukuran dengan panjang 7,5 milimeter,” kata Wang, seperti dilansir laman Reuters pada Selasa, 6 Februari 2018.

Para ilmuwan menggambarkan empat spesies hewan berkaki delapan, disebut Chimerarachne yingi, yang hidup di hutan tropis Periode Kapur sekitar 100 juta tahun yang lalu.

Di samping memiliki sifat laba-laba modern seperti struktur penghasil sutra yang disebut spinneret, fosil hewan sejenis serangga ini memiliki ekor berbulu tipis seperti cambuk yang diduga digunakan untuk pertahanan diri.

Ahli paleontologi dari Universitas Kansas, Amerika Serikat, Paul Selden mengatakan penemuan ini mewakili semacam pertemuan antara laba-laba sejati dan pelopor laba-laba sebelumnya yang memiliki ekor tapi tidak memiliki spinneret. "Itu bisa dianggap sebagai laba-laba," kata Selden.

Baca: Fosil Kelelawar Raksasa 19 Juta Tahun Ditemukan di Selandia Baru

Di Myanmar telah banyak penemuan penting fosil hewan dan tumbuhan yang indah dan diawetkan di dalam batu ambar. Penelitian tersebut dipublikasikan secara daring pada 5 Februari 2018 di jurnal Nature Ecology & Evolution.

REUTERS

Erwin Prima

Erwin Prima

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus