INI komputer sudah masuk mobil. Sedan wah BMW 750i L agaknya boleh disebut sebagai generasi pertama mobil berkomputer itu. Harganya memang selangit, sekitar Rp 360 juta sebuah. Namun kendaraan 12 silinder ini memang menjanjikan sejumlah keunggulan, dalam soal keselamatan, kenyamanan, dan gengsi. Periksalah interior seputar jok depan. Dua buah kursi yang tersedia dilapis dengan lembaran kulit, sangat halus. Pengemudi tak perlu repot menarik tuas kursi untuk mengatur posisi duduknya. Sebuah panil ditekan -- tak perlu terlalu keras -- maka badan jok gampang digeser maju-mundur. Tanpa perlu mengeluarkan perintah tambahan, kedua kaca spion di kanan-kiri bodi mobil akan bergegas menyesuaikan diri posisinya terhadap mata pengemudi. Di saat berjalan, gerak roda yang berpengaruh terhadap kaca spion itu. Bila roda membelok cermin cembung itu pun ikut menggeleng ke kanan, dan sebaliknya. Alhasil, sopir senantiasa memperoleh sudut pandangan yang paling pas untuk mengamati situasi di kanan-kiri dan belakang. Ketika starter dinyalakan, komputer pengatur kerja mesin kontan siaga menjalankan tugas. Kerja rutin yang dilakukan komputer itu, antara lain, mengatur giliran kerja bagi kedua belas silinder yang ada. Pembakaran BBM diatur bergantian satu per satu pada silinder itu, agar mobil memperoleh daya dorong optimal, tanpa terjadi pemborosan bahan bakar. Untuk melihat konsumsi bahan bakar dari waktu ke waktu, pengemudi tinggal melirik ke layar video berwarna yang menempel pada dashboard. Selain melaporkan situasi bahan bakar, layar video itu menyajikan data kecepatan rata-rata sepanjang perjalanan, tanggal, jam saat itu, juga temperatur udara luar. Kondisi rem sedan mahal ini ditanggung pakem, safe, berkat diterapkannya teknik rem ABS (antilock braking system). Ngebut di jalanan licin pun tetap cukup aman. Pasalnya, jika pedal rem diinjak, mobil tak bakal ngepot atau meluncur tak terkendali. Kasus ngepot atau meluncur itu tak lain gara-gara roda terkunci, tak mampu bergerak. Sedangkan pada sistem ABS, ban bis kembali berputar bila batang setir digerakkan. Putaran roda pada situasi genting itu berguna untuk memberikan reaksi perlambatan terhadap gerak mobil yang tak terkendali itu. Kenyamanan penumpang pun mendapat perhatian. Bila penumpang selesai memasang sabuk pengaman, kontan sandaran kepala pada jok itu bergerak mencari posisi yang pas. Bila penumpang bertubuh tinggi, sandaran kepala itu akan beringsut naik. Sebaliknya, sandaran itu akan turun jika sang penumpang bertubuh pendek. Turun-naiknya sandaran kepala itu bukan saja menyangkut soal kenyamanan. Sandaran kepala itu sesungguhnya mengait soal serius, keselamatan. Bayangkan, jika mobil itu tersodok dari arah belakang oleh kendaraan lain yang melaju kencang, apa yang terjadi. Tanpa sandaran empuk itu, kepala penumpang akan seperti dientak ke belakang. Salah-salah bisa gegar otak. Sedan BMW 750i L ini memang layak disebut mobil computerized. Program mesin pintar itu telah dibuat secara standar oleh sang pabrik. Singkat kata, pada sedan jenis mutakhir keluaran pabrik BMW di Dingolfing, Jerman Barat, banyak komponen mekanik yang digantikan oleh komponen elektronik. Sepuluh tahun mendatang, boleh jadi sedan BMW 750i L itu tak lagi jadi primadona jalanan. Para ahli permobilan kini sedang ramairamai merancang mobil canggih untuk menyongsong abad ke-21. Dengan menempatkan sistem komputer di dalamnya, mobil itu kelak bakal bisa melakukan pekerjaan macam-macam. Mobil masa depan itu sering disebut smart car, mobil cerdas. Komponen elektronik pada mobil pintar itu menurut taksiran, bakal tiga kali lipat lebih banyak dibanding BMW seri 750i L itu, tapi haranya bisa jauh lebih murah. Dari segi ongkos produksi, komponen elektronik itu bakal menempati bagian sebesar 30 persen. Namun, kepintaran mobil itu bisa mencengangkan. Betapa tidak. Kapasitas komputer dalam kendaraan itu diperkirakan setara dengan PC (Personal Computer) IBM mutakhir, yang sanggup menampung 6 juta instruksi per detik. Perangkat komputer itu memungkinkan hubungan kawat mekanik antara pedal gas dan katup pembuka bahan bakar diganti dengan kabel tembaga atau serat optik. Sensor pada sistem gas itu mampu mencatat seberapa besar pedal gas ditekan. Lantas catatan itu dilaporkan ke komputer. Mesin pintar inilah yang akan mengatur berapa banyak BBM yang perlu dialirkan ke ruang bakar, dan berapa banyak udara yang dibutuhkan untuk pembakaran. Hubungan mekanik antara setir dan roda, atau pedal rem dan roda, juga akan dilayani oleh seutas kabel. Berada dalam mobil berkomputer ini konon, tak merasakan perbedaan antara jalanan mulus dan jalan berlubang. Sistem suspensi yang ada begitu pintar menyervis para penumpang. Di saat ban mulai menginjak jalanan rusak, misalnya, sebuah sensor bergegas membuat laporan tentang gangguan itu. Dalam tempo yang sangat singkat, komputer berhasil mengolah laporan itu, dan keluar perintah agar sistem pegas yang bertumpu pada roda itu diperlunak, untuk mengakomodasikan penurunan permukaan jalan yang mendadak. Sebaliknya, komputer akan memerintahkan shockbreaker mengeras pada jalan yang mulus. Hasilnya, badan mobil tak perlu terguncang. Bukan mobil cerdas bila tak punya sistem navigasi. Layar yang menempel pada dashboard itu bisa menyajikan peta jalan. Katakanlah, mobil akan dibawa ke suatu tempat. Pengemudi cukup memasukkan data tujuan, niscaya dalam sekejap sebuah peta akan terpampang. Posisi mobil terhadap tujuan tergambar pada peta itu. Para perancang mobil masa depan ini juga tengah mencoba memasang sistem sonar di hidung mobil. Fasilitas ini dipercaya bisa mencegah mobil bertabrakan. Di saat hendak menyalip truk gandeng, umpamanya, sistem sonar itu bisa mendeteksi ada tidaknya kendaraan lain di depan truk yang melaju berlawanan arah. Komputer pada mobil pintar itu kelak bisa digunakan untuk menerima informasi jarak jauh, lewat gelombang radio. Untuk sementara, mobil hanya akan menerima pesan-pesan cuaca dan kelalulintasan. Soal kemacetan lalu lintas, kecelakaan, misalnya, atau gangguan kabut. Dikombinasikan peta tadi, komputer bisa memberikan saran tentang jalur alternatif mana yang sebaiknya diambil. Sinyal radio yang diterima oleh komputer mobil itu dipancarkan oleh "rambu-rambu" lalu lintas yang dipasang di sepanjang jalan. Dengan demikian, mobil pmtar itu juga memerlukan "jalan pintar". Riset tentang jalan berambu komputer ini kini tengah berlangsung atas prakarsa Daimler Benz, pemilik pabrik Mercedes. Biaya untuk riset tujuh tahun yang akan berakhir lima tahun mendatang itu menelan dana hampir Rp 1,5 trilyun. Puas? Kalau belum, masih ada sistem kamera. Daerah liputannya terbatas di seputar mobil. Bila mobil tak sengaja nyelonong keluar jalur, atau mobil belakang tengah mengambil ancang-ancang mendahului, si pengemudi bisa mengetahui secara dini. Gambar hasil liputan kamera itu disajikan pada TV kecil yang terpisah dari layar video utama. Bila mobil cerdas itu mulai diproduksi secara luas pemakaian komponen komputer pun tentu akan mengalami lonjakan drastis. Pada pertengahan dekade 1990, diperkirakan sektor permobilan bakal mengonsumsi material komputer senilai sekitar Rp 100 trilyun setahun. Tentu, perusahaan chip dan komputer bakal tertawaria. Perkembangan baru ini rupanya telah diamati secara saksama oleh perusahaan Jepang, Motorolla Inc. Selama ini Motorolla telah belajar memasok bahan komputer untuk induknya, Toyota, yang telah memasang 33 mikroprosesor pada Toyota Crown mutakhirnya. Kalau ini benar, tentu Toyota Crown berada di atas angin. Pasalnya, rata-rata sedan Jepang terbaru masih menggunakan mikroprosesor tak lebih dari selusin. Namun, tentu saja, merk lain tak mau tinggal diam. Persaingan bakal ramai. Motorolla yakin betul bahwa kompetisi itu akan berakibat baik bagi kantungnya. Perusahaan Jepang itu berani memproyeksikan hasil penjualan komponen komputernya lima tahun mendatang bisa mencapai Rp 17 trilyun. P.T.H.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini