Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Cambridgeshire - Stephen Hawking, pakar astrofisika terkemuka asal Inggris, baru saja merayakan ulang tahun ke-76, Senin, 8 Januari 2018. Umur panjang adalah anugerah bagi profesor Lucasian bidang matematika di University of Cambridge ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebab, pengarang The Brief History of Time (1988) ini mengidap penyakit langka, yakni amyotrophical lateral sclerosis atau yang lebih dikenal dengan ALS sejak 50 tahun lalu. Hawking didiagnosis penyakit ALS pada umur 21 tahun. Saat itu, umurnya diprediksi tinggal 2 tahun. Namun, kenyataannya, dia mampu hidup hingga sekarang. Bahkan, menjadi sangat populer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ALS adalah penyakit saraf yang mematikan segala anggota gerak. Dalam kasus Hawking, hanya otak yang bekerja dan menyokong kehidupannya. Gejala awalnya seperti cedera saraf biasa: otot kram dan tegang. Gejala berlanjut hingga sulit untuk mengunyah hingga kehilangan kemampuan menelan. Untuk memenuhi nutrisi sehari-hari, Hawking mendapat asupan melalui selang kecil ke mulutnya.
Tim medis Hawking saat itu menyatakan, bahwa jarang ada yang selamat dari penyakit saraf langka ini. Penyebab utamanya lantaran jalur pernapasan terganggu. Atau, karena malnutrisi dan dehidrasi, jika otot untuk menelan kian memburuk. Namun Hawking mampu melawan. Tak hanya 2-5 tahun, dia mampu hidup sampai 50 tahun sejak pertama kali didiagnosis penyakit ALS.
Hingga kini, belum ada satu pun ilmuwan yang mampu menjawab kenapa hidup Hawking bisa begitu panjang. Menurut ALS Association, organisasi dokter spesialis dan pakar ALS, lima persen pasien mampu bertahan lebih dari 20 tahun. Sebanyak 20 persen pasien ALS hanya bertahan lima tahun, sedangkan 10 persennya bertahan selama 10 tahun.
Salah satu dugaan pasien ALS bertahan adalah genetika. Studi yang pernah dilakukan Anthony Geraci, pakar ALS yang juga Direktur Neuromuscular Center di Neuroscience Institute, New York, Amerika, mengungkap ada 20 gen berbeda dari seluruh penderita ALS. "Bisa saja ada gen yang kuat, ada yang sebaliknya. Dan itu mempengaruhi penderitanya," kata Geraci, seperti dilansir laman Live Science, Senin, 8 Januari 2018.
Ada juga studi yang mengungkap bahwa pasien ALS yang terjangkit pada usia muda mampu bertahan lebih lama ketimbang yang terjangkit pada usia senja. Hawking terjangkit penyakit ini saat berumur 21 tahun. Menurut data National Institute of Neurological Disorders and Stroke, penyakit ini kerap menjangkiti orang berumur 55-75 tahun.
Selama ini, baru dua obat yang sudah disetujui U.S Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan dan terapi pasien ALS. Keduanya, yaitu riluzole dan edaravone, yang mampu memberikan harapan hidup selama enam bulan. "Tapi kasus Hawking sangat unik," ujar Geraci. "Dia luar biasa."
Simak kabar terbaru dari Stephen Hawking hanya di kanal Tekno Tempo.co.
LIVE SCIENCE | THE INDEPENDENT | SCIENTIFIC AMERICAN