Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Makanan dari Kertas
Printer kini semakin canggih. Setelah berhasil mencetak kulit manusia, kini giliran mencetak makanan.
Datang saja ke Restoran Moto di Chicago, Amerika Serikat. Anda akan disuguhi makanan dari kertas. Ini serius. Koki rumah makan tersebut, Homaru Cantu, berhasil menciptakan komputer yang bisa menghasilkan kertas yang bisa dimakan.
"Anda bisa mencetak gambar apa saja melalui printer," kata Homaru. "Bayangkan, Anda tengah melihat majalah bergambar pizza, hamburger, atau makanan khas Jepang, sushi. Lalu Anda menyobek dan memakannya," ujarnya menjelaskan.
Komputer Homaru mengadaptasi cara kerja printer biasa. Rahasianya terletak pada tinta yang terbuat dari buah dan sayuran cair seperti wortel, tomat, kacang kedelai, dan kentang. Sedangkan ker-tasnya dibuat dari ekstrak kedele atau kentang. Hasilnya kertas bergambar makanan ringan rendah kalori.
Anda tinggal memilih apakah akan dicampurkan dalam sup, dibakar, atau digoreng. "Sebuah penampilan progresif yang menyejukkan mata dan rasa," tulis Chicago Magazine.
Cermin Masa Depan
Pepatah buruk rupa, cermin dibelah, mengandung peringatan tentang tingkah laku yang kurang bijaksana. Tujuannya, siapa tahu bisa mengubah kebiasaan buruk selama ini. Accenture Laboratories, perusahaan asal Prancis, mengembangkan kaca pintar yang bisa menampilkan bagaimana rupa Anda 5 atau 10 tahun mendatang.
Caranya, sebuah kamera merekam wajah Anda. Lalu komputer akan menanyakan semua gaya hidup seperti kebiasaan berolahraga, aktivitas kerja, diet, kebiasaan merokok, dan minum minuman keras. Semua data ini dianalisis komputer, kemudian hasilnya ditampilkan lewat cermin yang sebenarnya merupakan layar kristal cair yang datar.
Jika komputer menganalisis kebiasaan makan Anda terlalu banyak, layar akan menunjukkan tubuh Anda bertambah tambun beberapa kilogram. Atau jika terlalu banyak minum, tampilan akan menunjukkan kerutan di kulit.
Beberapa pakar mengatakan penemuan ini bakal membantu orang-orang mengubah kebiasaan buruk mereka dengan menunjukkan efek yang terjadi 5 atau 10 tahun mendatang. "Teknologi yang digunakan sangat persuasif," kata Martin Illsey, Direktur Laboratorium Accenture Technology di Sophia Antipolis, dekat Nice, Prancis.
Rumah Luar Angkasa
European Space Agency (ESA) mengembangkan SpaceHouse, rumah yang menggunakan teknologi ruang angkasa. Rumah ini merupakan hasil riset sejak lima tahun lalu setelah gempa raksasa di Izmit, Turki, pada 1999. "Kami menggunakan teknologi stasiun ruang angkasa un-tuk membangun rumah tahan gempa," kata Fritz Gampe, Senior Technology Transfer Officer di Technology Transfer Program (TTP) ESA.
Bangunan yang terbuat dari ultra-light CFRP (carbon-fiber-reinforced-plastic), bahan yang juga digunakan ESA untuk membangun proyek stasiun ruang angkasa, mampu menahan gempa berkekuatan 7,5 skala Richter, angin dengan kecepatan 220 kilometer per jam, banjir hingga 3 meter, serta tahan hujan es dan panas api.
Bangunan ini berbentuk lingkaran dengan diameter 12-40 meter, terdiri dari lima tingkat. Untuk penunjang dilengkapi panel sinar matahari, sistem daur ulang, penyulingan air, dan alat komunikasi satelit.
Rumah ini akan diuji coba untuk Neumayer III, stasiun penelitian Jerman di Antartika. Rencananya, bangunan yang menghabiskan biaya 26 juta euro atau sekitar Rp 312 miliar itu akan menggantikan Neumayer II tahun 2008.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo