Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Intensitas Distribusi Hujan Jabodetabek Lebih Tinggi di Utara, Simak Peta dan Data Ini

Hujan pada malam dan dinihari di Jakarta menjalar dari laut di utara. Penjalaran itu diperkuat dengan konveksi yang terbentuk di Lampung.

31 Januari 2024 | 06.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi cuaca hujan. (ANTARA/Akhyar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hujan pada malam dan dinihari di Jakarta menjalar dari laut di utara. Penjalaran itu diperkuat dengan konveksi yang terbentuk di Lampung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peneliti klimatologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, membagikan informasi itu pada Selasa malam, 30 Januari 2024. Saat yang bersamaan hujan kembali turun di sebagian Jabodetabek.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Erma menunjukkan peta arah angin yang menunjukkan bagaimana angin dari utara yang kuat di utara Jakarta berperan utama membuat hujan menjalar dari Lampung. Peta berasal dari pemodelan Sadewa atau Satellite Based Disaster Early Warning System yang dikembangkan BRIN.

"Itulah (angin dari utara yang kuat) yang kita sebut dengan CENS," cuitnya di akun media sosial X pribadinya. Dia menambahkan, "Perbedaan angin sejelas ini tak mungkin tertangkap dari model global. SADEWA mampu menangkapnya."

Angin dari utara yg kuat (pink menunjukkan >10m/det) di utara Jakarta berperan utama membuat hujan menjalar dari Lampung ke Jakarta. FOTO/X

CENS adalah Cross Equatorial Northerly Surge. Istilah yang juga kerap digunakan untuknya adalah seruak dingin dari kawasan Siberia. Dalam keterangan sebelumnya, Erma menjelaskan bahwa fenomena CENS yang memperkuat angin monsun dari Asia ini yang berada di balik kejadian banjir-banjir besar di Jabodetabek.

Menggunakan peta sebaran hujan Jabodetabek dari BMKG, periode 29 Januari pukul 07.00 WIB sampai 30 Januari Pukul 07.00 WIB, Erma menunjukkan efek CENS yang terkini. Dari peta itu ditunjukkannya intensitas distribusi hujan di Jabodetabek tidak lagi di selatan (Bogor).

"Tapi di utara dengan intensitas sudah hampir mencapai 60 mm," kata dia, juga dikutip dari akun media sosialnya. Intensitas hujan 60 mm per hari sudah termasuk hujan lebat.

Distribusi hujan di Jabodetabek 29 Januari 2024 pukul 07.00 WIB hingga 30 Januari 2024 pukul 07.00 WIB. Warna hijau untuk hujan ringan, kuning hujan sedang, coklat hujan lebat. FOTO/X

Jika distribusi seperti itu, bahkan lebih, bertahan sepanjang pekan awal Februari nanti, Erma menyarankan pemerintahan dan masyarakat di Jabodetabek segera mitigasi bencana banjir. "Ingat, Jakarta juga dapat kiriman (debit banjir) dari Bogor," katanya.

Terpisah, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan kalau saat ini adalah puncak musim hujan, mulai akhir Januari hingga Maret mendatang. Menurut perkiraan BMKG, intensitas hujan pada puncak musim hujan ini tak mengalami anomali jika dihitung bulanan. 

Intensitasnya mencapai 400 mm dalam satu bulan, sesuai rata-rata bulanan selama 30 tahun terakhir. Namun, dia menambahkan, hujan ekstrem harian bisa terjadi setiap saat.

“Jadi curah hujannya bisa mencapai lebih dari 100 milimeter per hari, dan kadang 150 milimeter, tentunya ini akan mengganggu lingkungan, mengakibatkan longsor, bisa mengakibatkan banjir badang,” kata Dwikorita di Gedung Sate, Bandung, Selasa.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus