KONTROVERSI mengenai menciut atau meluasnya kesempatan kerja yang di bawakan oleh teknologi baru makin sengit diperbincangkan akhir-akhir ini. Ada pendapat teknologi baru selalu hemat tenaga kerja, di samping irit sumber daya dan energi. Tetapi, menurut argumentasi ini, teknologi baru juga membuka kesempatan baru, ditambah kenyataan bahwa angkatan kerja dunia akan selalu meningkat dengan berkembangnya jumlah penduduk. Jadi, yang harus disalahkan ialah berkembang biaknya manusia itu, bukan teknologi. Pada dasarnya, masalah yang dihadapi memang ruwet. Tim penelitian Universitas Bradford, Inggris, menyatakan dengan tegas bahwa teknologi baru dapat mengurangi jumlah pekerja tambang batu bara Inggris dari 195.000 menjadi 60.000 orang dalam jangka waktu lima tahun mendatang (kita ketahui bahwa pada April lalu terjadi kerusuhan antara pekerja tambang batu bara di Inggris). Tambang batu bara di Selby dengan 4.000 pekerja, akan memproduksikan batu bara dengan menggunakan teknologi baru, sama banyaknya dengan tambang yang mempekerjakan 16.000 pekerja dengan cara lama. Di suatu rumah makan di San Fransisco, AS, "seorang" robot dapat membuat 30 jenis minuman coctail sekaligus. Di Jepang, robot sudah dapat menggantikan sebagian tenaga manusia di pabrik-pabrik mobil besar, seperti Honda, Toyota, secara lebih efisien dan efektif. Padahal, ini baru tahap awal. Diperkirakan, dalam tahun ini penanaman modal yang cenderung ke arah pembuatan robot dan komputer akan meliputi 12% di AS, 2% di negeri-negeri MEE, dan 1% di Jepang. Di AS dan Eropa, penjualan alat-alat serupa diduga akan mencapai US$ 25 milyar setahun, sedangkan untuk beberapa jenis laju pertumbuhan dapat mencapai 50%, dalam tahun ini saja. Di Jepang, robot mula dihubungkan dengan komputer, sehingga robot itu dapat melakukan berbagai fungsi, tidak terbatas hanya pada satu jenis pekerjaan. Sebagai bahan perbandingan, dalam industri mobil AS sebuah robot dapat menggantikan enam tenaga kerja. Upah seorang pekerja rata-rata US$ 23 - US$ 24 per jam. Sedangkan "upah" sebuah robot rata-rata hanya US$ 6 per jam, terhitung perawatan dan penyusutan. Menurut taksiran sementara, pada 1990 nanti "populasi" robot akan mencapai 70.000 di Jepang, 57.000 di AS, 22.000 di Jerman Barat, 11.000 di Inggris, dan 7.000 di Prancis. Jumlah itu akan terus bertambah, sehingga negara-negara maju yang sudah kaya dapat menekan biaya produksi, sementara negara-negara berkembang akan lebih sulit memenangkan persaingan. Pada masa lampau, negara-negara berkembang setidak-tidaknya masih bisa mengandalkan tenaga kerja yang murah. Kelak, keandalan itu bisa saja dilumpuhkan oleh robot dan komputer. M.T. Zen
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini