Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Jembatan Air ala Jerman

9 Januari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jerman punya seribu cara agar transportasi lewat sungai mereka berjalan lancar. Salah satunya adalah membangun jembatan sungai di atas sungai. Jembatan air ini dibangun di atas Sungai Elbe, di Magdeburg, dekat Berlin. Dengan jembatan ini, dua sungai sama-sama bisa dilalui kapal penumpang.

Untuk membangun jembatan sepanjang 918 meter ini Jerman menghabiskan dana 500 juta euro (sekitar Rp 5,8 triliun) dan butuh waktu enam tahun. Bangunan ini menghubungkan eks Jerman Timur dan Jerman Barat. Ini adalah salah satu bagian dari proyek meleburnya dua Jerman.

Baterai Gel untuk RFID

Tak lama lagi masalah pembacaan label radio frequency identification (RFID) dari jarak jauh dapat diatasi. Hal itu dimungkinkan setelah NEC, perusahaan asal Jepang, mengembangkan organic radical battery (ORB), akhir Desember lalu. ”Baterai ini membuat sebuah label berukuran kartu kredit dapat dibaca dari jarak 90 meter,” kata Mark Roberti, editor RFID Journal.

Tanpa baterai, jarak pembacaan label RFID hanya 4,5 meter. Inilah yang membuat label itu kurang populer saat ini. Padahal, label RFID lebih pintar ketimbang barcode biasa. Dengan teknologi ini, kelak orang bisa belanja di pasar swalayan tanpa harus menggesek kartu kredit dan memindai barcode barang belanjaan satu per satu di kasir. Soalnya, RFID memancarkan gelombang yang ditangkap oleh alat tertentu.

Kehadiran baterai NEC bisa membuat kemudahan itu segera terwujud. Baterai gel setebal kurang dari satu milimeter itu berbentuk seperti plastik, lentur dan bisa ditekuk-tekuk. Proses pengisian ulang sumber energi ini juga hanya memakan waktu 30 detik. Namun, NEC sendiri belum mau menyebutkan berapa harga eceran baterai tersebut. Tapi mereka berjanji akan terus meningkatkan daya tahan dan stabilitas baterai sebelum dilempar ke pasar.

Robot Laser Pemerah Susu

Hari-hari mendatang akan lebih menyenangkan bagi para peternak sapi di Australia. Bayangkan, dengan jam kerja yang berkurang, produksi susu yang bisa dinikmati para peternak malah meningkat. Itu semua berkat robot pemerah susu. Robot ini bukan seperti mesin pemerah susu konvensional, yang cuma berupa mesin berlengan yang bisa meletakkan cangkir khusus ke setiap puting sapi.

”Dengan memanfaatkan sinar laser, robot secara otomatis akan menemukan kelenjar susu sapi,” kata Bill Fulkerson, pim-pinan proyek yang juga ahli peternakan dari Universitas Sydney, akhir Desember lalu. Selanjutnya, komputer akan menyimpan berbagai ukuran kelenjar sebagai bahan pertimbangan pemerahan berikutnya.

Bahkan, komputer itu akan memantau seberapa sering sapi datang untuk diperah dalam sehari, berapa banyak makanan yang dihabiskannya, serta jumlah susu yang diproduksi. Robot bikinan pemerintah New South Wales dan Universitas Sydney ini akan menggantikan fungsi peternak yang selama ini harus menaruh 200 hingga 300 cangkir secara manual setiap hari.

”Teknologi ini menawarkan proses pemerahan yang lebih alami,” ucap Ian MacDonald, Menteri Pertanian New South Wales. Sebab, sapi akan diperah pada saat yang mereka inginkan, dan peternak tidak harus bergantung pada waktu pemerahan yang rutin dilakukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus