Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Katup Jantung Buatan

9 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi pengembangan sel tunas bakal menjadi tumpuan dunia kedokteran masa depan. Tim ilmuwan Inggris, misalnya, pekan lalu berhasil mengembangkan katup jantung manusia pertama dari sel tunas. "Sepuluh tahun mendatang, seluruh jantung bisa diproduksi dari sel tunas," kata Sir Magdi Yacoub, ahli bedah jantung yang memimpin tim peneliti.

Penemuan ini dianggap amat penting karena selama ini sel tunas baru dikembangkan untuk memproduksi tendon, tulang rawan, dan kandung kemih. Sementara eksperimen untuk bagian tubuh yang pelik, seperti jantung, belum pernah dilakukan.

Banyak ilmuwan yakin sel tunas dapat berubah menjadi beragam jenis sel dan tumbuh menjadi berbagai macam jaringan. Manfaat yang dipetik dari sini adalah jaringan yang tumbuh bisa memperbaiki kerusakan bagian tubuh dan memulihkan penyakit.

Tim yang dipimpin Yacoub itu mengambil ekstrak sel tunas dari sumsum tulang. Kemudian peneliti dari Rumah Sakit Harefield, Inggris, mengembangkan sel katup jantung. Setelah sel-sel ditempatkan dalam perancah yang dibentuk dari collagen, cakram jaringan katup jantung selebar 3 sentimeter pun terbentuk.

Tahun ini mereka mencangkokkan sel-sel tersebut pada babi dan biri-biri untuk melihat perkembangannya. Tiga tahun lagi mereka baru akan mencangkokkannya pada manusia. Proyek yang sudah berjalan 10 tahun ini dikerjakan oleh tim peneliti gabungan yang terdiri dari ahli farmasi, dokter, pakar klinik, dan pakar teknologi seluler.

Kanvas Rem dari Ampas Tebu

Industri gula membutuhkan ratusan ton tebu sebagai bahan baku utama. Namun, setelah tebu diperas, ampasnya kerap kali dibuang begitu saja. Pusat Penelitian Metalurgi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memanfaatkan ampas itu untuk bahan membuat kanvas rem kendaraan bermotor.

Dari hasil penelitian, kan-vas rem buatan LIPI kekuatannya hampir sebanding dengan bahan logam. Umur pakai kanvas antara enam bulan sampai setahun. Kanvas itu juga tidak merusak cakram pada roda.

Biaya produksi kanvas ampas tebu itu juga relatif lebih murah. Para peneliti LIPI cukup mengganti ba-han kanvasnya (brake lining) saja sehingga dapat menggunakan peralatan yang sudah ada.

Rekor Kereta Supercepat

Kereta api supercepat Shinkansen milik Jepang semakin kedodoran jika dibandingkan produk Prancis. Selasa pekan lalu, kereta TGV (Train a Grande Vitesse) melaju dengan kecepatan 574,8 kilometer per jam melintasi Paris hingga Strasbourg di Prancis Timur. Pemecahan rekor ini disiarkan langsung televisi Prancis.

Rekor kecepatan TGV sebelumnya 515 kilometer per jam yang dicetak pada 1990. Kereta terbaru yang diberi nama V150 ini merupakan versi modifikasi. Rodanya lebih besar daripada ukuran biasa dan dengan dua mesin yang menggerakkan gerbong bertingkat tiga.

Saat ini kecepatan Shinkansen belum beranjak dari 300 kilometer per jam. Jepang kemudian menguji coba kereta baru jenis apung magnetis bernama Maglev. Kereta ini mampu mencapai kecepatan 581 kilometer per jam, namun belum diproduksi secara massal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus