Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kulkas Rakyat dari Sekayu

16 Juni 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kegelisahan dua sahabat yang sedang menimba ilmu di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sekayu, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, berbuah prestasi. Muhtaza Aziziya Syafiq atau Moza, saat ini kelas XI, dan Anjani Rahma Putri atau Anggi, yang baru lulus SMA, berhasil menciptakan kotak pendingin tanpa listrik dan freon.

Mereka menciptakan alat itu setelah melihat hasil perkebunan petani di Desa Bailangu, Musi Banyuasin, tak banyak yang bertahan lama. Buah-buahan, seperti duku, rambutan, avokad, dan durian, cepat busuk sebelum sempat dipasarkan. "Kalau sudah busuk, harga jual menurun, bahkan tidak bisa dijual sama sekali," kata Moza saat ditemui di sekolahnya, Selasa pekan lalu.

Hal itulah yang kemudian membuat Moza berpikir membuat alat pendingin sederhana yang bisa menjadi pengawet. Tantangannya adalah mayoritas warga di kampungnya tak memiliki fasilitas aliran listrik. "Bisa tidak, ya?" ujarnya.

Moza kemudian mengajak Anggi-kakak kelas Moza-melakukan penelitian melalui kegiatan ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja di sekolahnya. Penelitian didasarkan pada prinsip hukum Gas Ideal, yaitu bila tekanan turun, suhu akan turun. Anggi mengatakan pada akhirnya ditemukan perbandingan ideal antara arang aktif dan etanol yang terjadi ketika kombinasi antara 300 mililiter etanol 70 persen dan 300 arang aktif. "Suhu awal 28 derajat jadi 5,5 derajat dalam waktu 2 jam 20 menit ketika dipompa," kata Anggi.

Karya mereka diberi nama Green Refrigerator Box, yang total hanya menghabiskan dana Rp 55 ribu. Bahannya terbuat dari empat kaleng minuman soda, satu botol minuman plastik bekas, Styrofoam, aluminium foil, slang plastik, arang dari kayu gelam, dan double tape. Semua komponen tersebut dirangkai dalam kotak. Anggi menuturkan dua kaleng berfungsi sebagai evavorator, yakni penampung cairan etanol 70 persen. Sedangkan dua kaleng lain berfungsi sebagai adsorbent, yakni menampung arang aktif dari kayu gelam. "Kaleng adsorbent untuk menjerat uap etanol," ujar Anggi.

Guru pembimbing Dimas Candra Atmaja mengatakan proses pendinginan agak sulit disaksikan secara kasatmata adanya pembekuan ataupun timbulnya bulir-bulir air di luar kotak. Hanya, alat itu tidak terbantahkan ketika di dalamnya ditempatkan termometer, yang menunjukkan suhu 5,5 derajat Celsius. "Bukti lain: buah bahkan sayuran tidak rusak meski disimpan hingga berhari-hari."

Penelitian selama setahun itu akhirnya diganjar medali perak dalam Olimpiade Peneliti Siswa Indonesia tahun lalu. Kemudian, pertengahan Mei lalu, mereka menyabet penghargaan di Intel International Science and Engineering Fair (ISEF) di Los Angeles, Amerika Serikat, untuk kategori Engineering Materials & Bioengineering dan mendapatkan hadiah senilai Rp 10 juta lebih. Penghargaan juga diberikan US Agency for International Development dengan hadiah uang lebih dari Rp 100 juta.

Nur Haryanto, Parliza Hendrawan (Sekayu)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus