KERANJINGAN orang bersepeda di negara industri terus menonjol
sejak embargo minyak 1973. Tadinya karena menghemat bensin,
kini orang sunguh-sungguh mengikuti Oma (Ratu) Juliana untuk
menghemat jantung ada pula karena berseda memang lebih cepat
ketimbang naik mobil, terutama di kota besar yang sering macet
lalu-lintasnya. Tapi kalau jaraknya terlalu jauh, bagaimana?
Kaum pengusaha rupanya memikirkan jawaban itu. Salah satu di
antara mereka -- Hub & Axel Bicycle Works Inc. di Newton,
Massachusets (AS) --hampir berhasil.
Pocket Bicycle (sepeda kantong), demikian E. Hubbard Yonkers
dan Sven Axel Tullberg menamakan penemuan mereka yang sudah
di-patent-kan pula. Jenis sepeda ini holeh dilipat dan gampang
dijinjing.
Gagasan membikin sepeda lipat sebenarnya sudah dirintis juga
oleh kaum produsen lainnya. Bahkan ia pernah dijual dan beredar.
Namun belum ada yang dianggap menjamin keselamatan
pengendaranya. Maka dua tahun lalu Consuer Product Safety
Commission, satu badan resmi di AS yang melindungi konsumen
terhadap barang dagangan, pada hakekatnya menyisihkan sepeda
lipat dari pasaran Amerika. Alasannya berbahaya untuk dipakai.
Kenapa? Dulu lipatannya menggunakan engsel. Disain Hub & Axel
muncul tanpa engsel. Ia menggunakan topangan dan kabel, yang
membuat tempat duduk dan bagian roda muka-belakang kokoh.
Rentangan kabel bajanya mirip dengan yang terlihat pada jembatan
gantung. Bila rentangannya dilepas, sepeda itu berlipat sekitar
sambungan di pedal dan setangnya.
Dalam keadaan berlipat, ia hanya sebesar kopor kecil yang selalu
dipakai orang keluar kota untuk kunjungan singkat. Ia memecahkan
persoalan parkir dan pencurian sepeda. Walaupun di negara kaya,
pencuri sepeda tetap ada. Pencuri di sana terutama tergoda oleh
sepeda yang berharga ratusan dollar. Makin banyak giginya --
untuk menambah atau mengurangi kecepatan, makin mahal harganya.
Orang kaya, tentu saja, tidak akan memakai yang murahan. Seperti
pada mobil, lambang status juga ada pada sepeda zaman kini.
Sepeda Kantong itu bisa dibawa ke dalam ruang kantor anda untuk
diletakkan di samping meja atau di belakang pintu. Lipatannya
demikian kecil, hingga anda bisa menjinjingnya di dalam bis atau
trem kota, bahkan boleh juga ke cabin pesawat udara bila anda
bepergian agak jauh. Melipat atau memasangnya dengan tiga
gerakan saja, dan bisa dalam waktu 20 detik atau kurang.
Bagi direktur yang tinggal jauh, hobi bersepeda masih akan bisa
dilanjutkannya untukpergi ke kantor. Bila letih mendayung, dia
boleh menyambung perjalanan dengan bis kota atau kereta api
untuk melawan lalu-lintas yang macet.
Hub & Axel, begitu majalah Business Week di New York melaporkan,
masih harus menempuh ujian keselamatan untuk penemuan
teknologinya. Tanpa persetujuan CPSC, ia boleh saja membikin
sepeda itu untuk dijual tapi harganya akan setinggi $ 750.
"Ongkos dapat secara gampang dipotong separoh," kata Yonkers,
bila dipakai teknik produksi besar-besaran guna mencapai pasaran
luas dengan harga bersaing.
Pasaran ekspor pasti menjadi idamannya juga. Tapi mereka di
Eropa yang juga membikin sepeda dan bisa bersaing di pasaran AS,
menurut pendapat CPSC, diduga akan segera memperbaiki disain
produk masing-masing. Tampaknya zaman sepeda lipat hampir tiba.
Di Indonesia, sepeda lipat semacam itu sudah terlihat di
Salatiga, Jawa Tengah, 10 tahun yang lalu. Seorang dosen
Universitas Kristen Satya Wacana, ir. Theo van Beusekom,
membawanya dari negeri asalnya, Belanda. Sore hari, insinyur
elektro itu dulu sering terlihat di jalan-jalan kota gunung. Ia
mendaki dan menurun itu dengan sepeda lipatnya yang ketika itu
masih aneh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini