Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Makanan Berlemak Buyarkan Konsentrasi

Asam lemak juga bisa menembus sawar aliran darah otak.

4 Juni 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Studi yang dilakukan para ilmuwan di Ohio State University, Amerika Serikat, menemukan hubungan antara hilangnya konsentrasi seseorang dengan makanan lemak jenuh tinggi. Para ahli gizi menyarankan untuk mengganti makanan lemak jenuh tinggi dengan makanan lemak tak jenuh. Banyak manfaat yang didapat, antara lain menurunkan kadar kolesterol jahat dan tingkat trigliserida, selain meningkatkan konsentrasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Bagi kebanyakan orang, makanan berlemak tentu terasa nikmat.

  • Di balik kelezatan itu, terdapat banyak efek negatif. Salah satunya dapat menurunkan kemampuan seseorang berkonsentrasi.

  • Temuan tersebut dijabarkan secara rinci dalam American Journal of Clinical Nutrition, pekan lalu.

Bagi kebanyakan orang, makanan berlemak tentu terasa nikmat. Namun, ternyata, di balik kelezatan itu terdapat banyak efek negatif. Salah satunya dapat menurunkan kemampuan seseorang berkonsentrasi.

Temuan tersebut dijabarkan secara rinci dalam American Journal of Clinical Nutrition, pekan lalu. Studi ini melibatkan 51 sukarelawan wanita yang melakukan tes konsentrasi setelah makan makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi dan lemak tak jenuh.

Hasilnya, kinerja mereka menurun setelah makan makanan berlemak jenuh tinggi. Sebaliknya, kinerja mereka stabil setelah makan makanan yang mengandung lemak sehat. Hal tersebut menandakan adanya hubungan antara makanan berlemak dan kemampuan otak.

Para peneliti juga melihat apakah kondisi yang disebut sebagai “usus bocor”, yang memungkinkan bakteri usus memasuki aliran darah, memiliki efek pada konsentrasi. Faktanya, peserta dengan usus bocor memiliki konsentrasi buruk, tak peduli makanan apa yang mereka konsumsi.

“Studi sebelumnya lebih melihat efek kausatif diet selama periode tertentu. Namun dalam penelitian kali ini hanya satu kali makan. Sangat luar biasa bahwa kita dapat melihat perbedaan,” kata Annelise Madison, penulis utama studi ini dari Ohio State University.

Madison juga mencatat bahwa makanan yang digoreng dengan minyak lemak tak jenuh, seperti minyak bunga matahari, tetap dipandang sebagai makanan tak sehat. “Karena makanan itu berlemak, sehingga berpotensi menimbulkan masalah,” kata dia.

Namun, Madison menambahkan, efek makanan berlemak jenuh tinggi lebih besar dibandingkan dengan makanan rendah lemak. Dalam penelitian ini, Madison melakukan analisis data sekunder dari studi Kiecolt-Glaser, yang menilai apakah makanan berlemak tinggi meningkatkan kelelahan dan peradangan pada penderita kanker.

Semua wanita yang menjadi obyek penelitian ini diminta menyelesaikan tugas yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Menggunakan parameter yang disebut tes kinerja berkelanjutan, reaksi dan konsentrasi mereka dicatat setelah 10 menit melakukan aktivitas berbasis komputer.

Sebelumnya mereka diberi makanan berlemak tinggi beserta telur, biskuit, sosis kalkun, dan saus yang mengandung 60 gram lemak, baik dari minyak berbasis asam palmitat tinggi lemak jenuh maupun minyak bunga matahari rendah lemak jenuh.

Kedua makanan tersebut mengandung 930 kalori dan dirancang untuk meniru isi berbagai makanan cepat saji, seperti Double Whopper dari Burger King dengan keju atau Big Mac buatan McDonald dan kentang goreng berukuran sedang.

Lima jam kemudian, para peserta mengikuti tes kinerja berkelanjutan lagi. Satu hingga empat minggu kemudian, mereka mengulangi langkah-langkah ini, tapi kali ini mereka makan makanan yang berlawanan dari apa yang mereka makan pada kunjungan pertama.

Para peneliti juga menganalisis sampel darah peserta saat berpuasa untuk menentukan apakah terdapat molekul inflamasi yang menandakan keberadaan endotoksemia—racun yang keluar dari usus dan memasuki aliran darah ketika usus terganggu.

Setelah mengkonsumsi makanan berlemak jenuh tinggi, rata-rata daya konsentrasi semua wanita yang berpartisipasi menurun 11 persen. Penurunan juga terlihat pada wanita dengan tanda-tanda usus bocor. Waktu respons mereka lebih tidak menentu dan mereka tak mampu mempertahankan konsentrasi saat menjalani tes selama 10 menit.

“Jika seseorang memiliki tingkat endotoksemia cukup tinggi, mereka akan berkinerja buruk tak peduli apa pun jenis lemak yang mereka makan,” kata Madison.

Meski penelitian ini tak menyebutkan apa yang terjadi di otak, berdasarkan penelitian sebelumnya, makanan berlemak jenuh tinggi dapat meningkatkan peradangan di seluruh tubuh dan mungkin otak. Asam lemak juga bisa menembus sawar aliran darah otak.

“Bisa jadi asam lemak berinteraksi dengan otak secara langsung. Apa yang terjadi adalah akibat adanya masalah yang berkaitan dengan usus,” ucap Madison.

SCIENCEDAILY | OHIO STATE UNIVERSITY | FIRMAN ATMAKUSUMA


Makanan Berlemak Buyarkan Konsentrasi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus