Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Mega-mega yang terapung

Beberapa perusahaan kapal memodernisasi rancang bangun kapal. ada kapal yang dilengkapi hotel, pulau buatan, dan sarana rekreasi. konsep baru untuk kapal-kapal itu dirancang tahan ombak.

7 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENGALIRNYA ribuan emigran asal Jerman Timur pada hari-hari belakangan ini telah membuat Pemerintah Jerman Barat pening kepala. Tentu saja para pendatang itu butuh tempat penampungan yang layak, menurut standar insan Eropa Barat. Guna memenuhi keperluan itu, Jerman Barat membuat serangkaian tindakan darurat, termasuk mendatangkan flat terapung dari Swedia. Beberapa rumah susun apung itu kini tampak di pelabuhan Hamburg. Rumah-rumah susun darurat itu ada yang enam lantai tingginya dengan luas tiap lantai 10 m x 15 m, dan sanggup menampung hingga 300 orang. Bangunan yang terbuat dari pelat-pelat besi itu nongkrong di atas sebuah ponton besar. Bangunan di atas air kini memang menjadi pilihan. Pemerintah Uni Soviet pun, menurut harian Izvestia edisi pertengahan September lalu, berniat membangun lapangan terbang di atas air. Menurut rencana, kata surat kabar pemerintah tadi, lapangan terbang dengan landasan pacu yang panjangnya lebih dari 2 km itu akan dibangun di pantai Laut Hitam, dekat Kota Odessa. Lebih mahal? Tidak. Menurut ketua himpunan arsitek Odessa, Vishtalenko, untuk membangun bandar udara konvensional yang bisa didarati pesawat berbadan lebar, diperlukan 250 juta rubel, sekitar US$ 390 juta. Jika bandar itu dibangun di laut, hanya diperlukan dana sekitar US$ 380 juta. Soal teknologi untuk konstruksi sekarang memang tak lagi dianggap sebagai batu pengganjal. Berbagai bangunan raksasa di atas air kini telah banyak dibikin orang, terutama dalam bentuk tanker, kapal induk, dan kapal penumpang (turis). Tanker terbesar saat ini adalah Seawise Giant yang berbobot mati 565 ribu ton. Panjangnya lebih dari 540 m dan lebar sekitar 70 meter. Supertanker ini dibangun oleh raksasa Nippon Kokan Jepangpada tahun 1980. Kapal induk dan kapal turis mana pun akan tampak kecil dibandingkan dengan tanker ini. Bandingkan saja, misalnya, dengan kapal induk AS, Nimitz, yang bobot matinya hanya sekitar 90 ribu ton. Kapal pembawa pesawat tempur itu panjangnya 325 meter dan lebar lambung 60-an meter. Dia memiliki pelataran untuk parkir dan lepas landas pesawat seluas 1,8 ha. Pentagon harus mengeluarkan dana sekitar US$ 3,25 milyar untuk.pembuatan satu kapal induk itu. Dibandingkan dengan kapal induk dan tanker, sampai saat ini kapal turis memang masih kalah. Kapal turis terbesar yang ada saat ini hanyalah Sovereign of Sea. milik perusahaan pelayaran Amerika Royal Caribbean Lines, yang berbobot mati 74 ribu ton. Kapal pesiar termewah itu sanggup mengangkut 2.282 penumpang. Fasilitas di situ cukup lengkap. Ada gedung bioskop, kasino, restoran, diskotek, toko-toko kelontong dan. cendera mata, ruang rapat, dan aula untuk latihan kebugaran (fitness center). Semua fasilitas mewah itu terserak di 12 lantai kapal. Untuk menghubungkan setiap lantai, di situ terpasang beberapa buah elevator kaca. Perkembangan kapal pesiar yang mengarah ke konstruksi "mega" (konstruksi yang rumit dan berukuran besar) memang cukup mengejutkan. Selama 2 dekade, dari 1960-an ke 1980-an, terjadi lompatan jauh. Dua dekade silam, kapal pesiar terbesar hanya sampai 18.000 ton, dengan jumlah penumpang 700 orang Tapi di dekade kini, bilangan itu berlipat sampai ke angka 74 ribu ton (seperti pada Sovereign), dengan jumlah penumpang lebih dari 2.000. Maka, para ahli perkapalan yakin betul bahwa konstruksi berukuran "mega" itu akan terus berkembang di arena kapal pesiar. Bahkan, di awal abad ke-21 nanti, kapal-kapal pesiar itu diperkirakan bakal berukuran dua atau tiga kali lipat Sovereign. Sebuah perkiraan yang masuk akal, mengingat semakin makmurnya sebagian penduduk di muka bumi ini. Berbekal keyakinan ini, kini sebuah konsorsium industri kapal Jerman Barat sedang merancang sebuah "mega" lainnya, ymg diberi nama Phoenix World City. Kelak Phoenix, yang diharapkan beroperasi di awal tahun 2000-an, bakal sanggup mengangkut 5.600 penumpang, tentu saja, dari kalangan yang berduit. Pada dek Phoenix, dalam rancang bangunnya, bakal terdapat tiga buah hotel, sebuah di haluan, satu di tengah, dan sebuah yang lain di bilangan buritan. Masing-masing punya delapan lantai. Di sini para turis bisa mendapatkan arena rekreasi yang eksklusif, lewat empat buah kolam renang di atas dek. Di sisi kolam itu ditanam pohon-pohon palem dan hamparan pasir putih. Namun, kini sedang berkembang pula konsep baru untuk kapal-kapal "mega" itu. Pola lama, yang menumpukan semua beban hanya pada satu cerung kapal, mulai ditinggalkan. Pada konsep baru, dek kapal dibangun bertumpu di atas dua atau tiga buah ponton. Dengan begitu, terdapat kolong di bawah dek yang bisa dilalui kapal-kapal kecil. Rupanya, kolong itu mendatangkan manfaat khusus. Gelombang laut dari arah depan, yang kekuatannya bertambah lantaran bertabrakan dengan laju kapal, bisa dijinakkan dengan cara mengalirkannya lewat lorong. Pada kapal konvensional, gelombang itu bisa menendang haluan dan membuat kapal berayun naik turun. Dan badan kapal yang berat itu susah digoyang-goyang oleh gelombang dari arah samping. Konsep baru itu juga memungkinkan apal dibuat lebih gemuk. Pada model konvensional, tubuh kapal selalu dibuat langsing, dengan perbandingan 7:1 atau 6:1. Bentuk langsing itu antara lain dimaksudkan agar hidung haluan cukup tajam untuk memecah ombak. Namun, pada konsep baru, setelah ancaman ombak itu ditiadakan, perbandingan panjang dan lebar bisa diubah menjadi 2,5:1. Konsep baru itu diterapkan pada desain SWATH (Small Water Aeroplane Twin Hull) 2000, yang dirancang Wartsila Marine, sebuah perusahaan kapal Finlandia. Tubuh SWATH 2000 itu bertumpu di atas sepasang ponton kembar. Badan kapal ini agak gemuk, panjang 165 m, lebar 63 m (2,5:1), dan bisa menampung 2.000 turis. Yang unik, kapal ini punya "ekor" di buritan. Dari situlah penumpang naik ke kapal, melewati dua buah eskalator. Di atas dek SWATH 2000 itu terdapat hotel berbentuk U. Di tengahnya dibangun taman rekreasi seluas hampir 3.000 m2. Di situ terdapat kolam renang, lapangan tenis, dan ditanami pula pohon palem dan semak-semak hias. Hotel delapan lantai itu juga akan dilengkapi dengan berbagai sarana hiburan, tempat belanja, dan fitness centre. Nippon Kokan tak mau kalah. Dia membuat rancangan MACS (multi-activity cruise ship), yang panjangnya 285 m, dan sanggup menampung 3.000 penumpang. Tubuh hotel terapung ini disangga oleh tiga buah ponton. Berbagai sarana hiburan digelar di situ. Namun, yang paling edan adalah Island Cruiser, hasil rancangan Chantier de l'Atlantique, perusahaan kapal dari Prancis. Dek Island Cruiser ini disulap menjadi sebuah pulau seberat 70 ribu ton, yang di tengahnya ada danau buatan berair payau. Di tengah danau itu terdapat pulau karang kecil, dan di sekelilingnya terhampar pasir putih, semak, dan taman. Di salah satu pojok, ada gundukan tanah yang membentuk bukit kecil. Lantas, di sudut lain ada hotel. Lapangan tenis, dan sarana hiburan lain. Agaknya, inilah mimpi untuk abad mendatang. Putut Tri Husodo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus