TEPAT 28 hari setelah badannya "dijumpai" di Ancol, potongan kepala Christine Indrajaya ditemukan di rawa jalan tol Prof. Sedyatmo-Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Dengan demikian berakhirlah segala keraguan tentang identitas mayat "potong empat" yang menggegerkan Jakarta sejak akhir Agustus lalu. Mayat poton empat itu tak disangsikan lagi adalah Christine Indrajaya, gadis 22 tahun, karyawati Bank Umum Nasional. Sebenarnya, potongan kepala Christine Indrajaya telah ditemukan 12 September lalu. Ketika itu, Mudin bersama anaknya, Mursidi, serta menantunya, Suyono, dan Suwanto, adik Suyono, mencari ikan di empang sepanjang jalan tol Prof. Sedyatmo. Ketika mereka akan memasan jala, Mursidi melihat benda berwarna putih di pinggir empang. "Saya kira ikan 'bentek'," ujar Mursidi. Ia lalu memberi tahu rombongannya. Ketika benda itu dibalik dengan sebilah kayu, ternyata kepala manusia. Kontan para penemu itu gemetar dan lemas. "Waduh, saya korek pas matanya," kata Suyono lagi. Rambut di kepala mayat itu sudah rontok. Akibat penemuan benda mengerikan itu, Mursidi, Suyono, dan Suwanto langsung jatuh sakit. Anak dan menantunya memang masih berusia belasan tahun. Tiga hari mereka bertiga tak bisa bangun, lemas, dan gemetar terus-menerus. Diakui Mudin, ketika itu, ia tak sempat lapor ke polisi. "Saya sibuk mengurus yang sakit," ujarnya. Setelah keluarganya sembuh dan petugas, tol sibuk mencari potongan kepala manusia, barulah ia ikut membantu. Sejak Senin pekan lalu, Mudin terjun ke rawa bersama lima penduduk Kapuk Muara lainnya dan dua petugas jalan tol. Tapi, setelah dua hari mengubek rawa, mereka tak menemukan apa-apa. "Ketika itu sudah nggak ada minat lagi mencari kepala itu," ujar Lukman, salah seorang pencari. Tapi, pada hari Kamis 28 September lalu, Mudin bagai dituntun firasat menuju lokasi kepala yang pernah dilihatnya. "Sampai di sana, saya melihat barang itu di pinggir tanggul empang," kata Mudin. Dari jarak dua meter, ia yakin itulah potongan kepala yang dicari-cari selama ini. Lokasi ditemukannya kepala Christine itu sekitar 150 m dari pinggir jalan tol. Tepatnya, di saluran air selebar sekitar dua meter. Posisi kepala tertelungkup dan sejak penemuan pertama sudah bergeser 15 meter lebih jauh ke dalam dari jalan tol. Menurut tersangka pembunuhnya, Nata Erwadi alias Ipoeng, potongan kepala Christine dibuang dalam kantung plastik ke selokan di pinggir jalan itu. Kalau itu benar, berarti potongan kepala itu sudah bergeser lebih dari 100 meter. Dengan kondisi air selokan, yang tak begitu dalam, agaknya pengakuan Nata itu perlu dicurigai. Jangan-jangan ia menyuruh orang lain untuk turun ke pematang dan membuang potongan kepala jauh dari jalan tol. Ahli forensik RCS!I Jakarta dr. Abdul Mun'im Idries langsug memeriksa kepala yang baru ditemukan itu. "Malam hari setelah penemuan itu, sudah dapat dipastikan kepala tersebut memang milik Christine," ujar Mun'im. Kepastian bahwa itu potongan kepala wanita bisa dilihat dari ciri-ciri khusus dan anatomi tertentu. Misalnya, "Tekstur wajahnya halus," kata Mun'im. Diperkirakan umur tengkorak di atas 20 tahun -- bandingkan dengan usia Christine 22 tahun. Susunan giginya juga cocok, ada tambalan. Yang terpenting, kepala itu pas benar dengan badan yang sejak 31 Agustus lalu tersimpan di RSCM. "Bentuk luka di kepala sama dengan bentuk luka di leher mayat," kata Mun'im lagi. Bentuk rahangnya sama dengan rahang milik Christine di foto. Walhasil, "Sudah jelas, itu memang kepala Christine." Sementara itu, di depan polisi, kabarnya, Nata Erwadi berbelit-belit memberikan keterangan. Misalnya, soal cara membawa mayat dari motel di By-Pass, Jakarta Timur, ke Ancol. Nata mengaku membawa mayat Christine di jok di samping kiri depan. Kepalanya yang sudah copot, kabarnya, ditutupi dengan koran. Cerita ini agak meragukan. Soalnya, kurang masuk akal kalau mayat "duduk" itu tak dilihat petugas pintu masuk Taman Impian Jaya Ancol. Apalagi, kaca depan mobil sedan merah Nata tak memakai kaca film yang gelap. Apalagi menurut sumber TEMPO, ceceran darah di sedan merah yang dipakai membawa mayat, ditemukan di bagian bagasi. Dengan pengakuan tadi, diduga, Nata inin meyakinkan polisi bahwa ia bekerja sendiri. Yang jelas, menurut bekas istrinya Selna -- bibi Christine -- Nata Erwadi memang bertemperamen kasar. Suatu saat, karena sebuah kesalahan kata Selna, ia disiksa. "Saya digebuk gagang telepon, lalu disundut api rokok dan dipukuli," tutur Selna, yang bercerai dengan Nata pada 1986. Pernah pula Nata menyilet kedua tangannya dan menyekapnya selama 17 jam. Selna percaya, Nata punya keberanian untuk membunuh. "Ia memang pernah mengancam akan membunuh saya. Nata itu badak," katanya. Hanya saja, ia tak habis pikir kenapa Christine menjadi korban. Wanita itu bahkan tak menyangka keponakannya itu punya hubungan khusus dengan Nata. Hanya saja, ia mengaku pernah menolak ajakan Nata untuk bersodomi. "Saya tolak, saya tidak mau," ujarnya. "Kami juga merasa 'surprise' kalau betul Nata dan Christine punya hubungan. Biar kami lebih jelas siapa sebenarnya Christine," kata Gunawan, kakak Christine. penasaran. Pihak keluarga Christine di Jalan Haji Kaiman, Jatinegara, kini bersiap menguburkan jenazah Christine di TPU Pondok Kelapa, Pulo Gebang, Jakarta Timur. Juga ada kabar bahwa Buti Kusnadi akan tetap menikahi jenazah Christine di pemakaman nanti. Tapi Buti membantah. "Itu bohong. Semua tidak benar, saya tak pernah bilang begitu," ujar Buti kepada TEMPO. Hanya saja sampai kini motif pembunuhan itu masih gelap. Sementara ini, Nata mengaku di polisi, ia cemburu kar.ena Christine akan menikah dengan Buti Kusnadi pada akhir tahun ini. Juga belum jelas siapa saja yang terlibat. Siapa tahu ada motif lain di balik semua itu. Toriq Hadad, Agung Firmansyah, Adrian Taufik Gesuri, dan Muchlis Lubis (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini